Pelajaran Dari Badai Taifun Saat Kami Di Jepang.
Note:
Hebohnya phobia terhadap Virus Corona, mendorong saya post ulang kisah Seruput Kopi Cantik ini.
Perhatikan betapa berbedanya, antara berita dan kenyataannya.
Semoga menjadi berkat dan melegakan hati teman-teman:
Perlukah panik menghadapi Virus Corona?
Seruput Kopi Cantik
Yenny Indra
Pelajaran Dari Badai Taifun Saat Kami Di Jepang.
Bersama dengan teman-teman P. Indra dari alumni Kolose Santo Yusuf Malang, KOSAYU’76, kami berlibur ke Jepang. Mendarat di Osaka, kami menuju ke Kyoto.
Keesokan harinya terdengar kabar, terjadi Badai Taifun besar. Semua penerbangan internasional mau pun domestik dibatalkan.
TV tidak henti-hentinya menayangkan akibat badai yang mengerikan. Banjir, rumah-rumah roboh dsb. 74 orang meninggal, 5500 orang berada di pengungsian, semestara 230.000 orang dievakuasi
Meski Taifun bukan hal langka di Jepang, namun kali ini badai sangat brutal, tulis media, terbesar sejak Taifun yang terjadi 2011.
Sahabat-sahabat dari Indonesia, bergantian menanyakan kabar kami.
“Ma, pulang saja. Berita Badai Taifun di Jepang menyeramkan,” tulis Elisa, putri sulung saya dalam chat WAnya.
Untunglah Kyoto hanya kena ekor Taifun, menurut tour guide. Hujan seharian tetapi semuanya aman.
Hingga hari-hari berikutnya kami bisa mengikuti jadwal liburan dan semuanya aman damai, seolah tidak terjadi apa pun.
Hanya tour guide menjelaskan, karena adanya Badai Taifun, banyak daun-daun yang rontok. Tetapi kami masih bisa menikmati keindahan daun-daun yang menguning, memerah bahkan berwarna ungu. Perpaduan warna-warni musim gugur yang memikat.
Seolah Tuhan mengingatkan, seperti itulah kehidupan anak-anak Tuhan.
Seringkali kita berpikir, apa gunanya beribadah dan mentaati Tuhan? Toh semua sama saja.
Tidak!
Ketika mengasihi Tuhan, taat kepada-Nya, hidup kita bagaikan diluputkan dari Badai Taifun.
Apakah banjir dan rumah roboh ada? Ada. Terjadi di bagian lain Jepang, yang tidak kami lewati.
Jembatan hancur, mobil-mobil tenggelam memang ada? Yes!
Tetapi anak-anak-Nya diluputkan. Seolah-olah tidak terjadi apa pun. Semua berjalan lancar.
Jika keluarga baik, bisnis baik, rekan kerja baik, kesehatan baik, dipertemukan dengan orang-orang baik pula, sehingga hidup kita lepas dari stres, itu bukan kebetulan, melainkan anugerah Tuhan.
Kadang kita lupa…. menganggap berkat itu harus sesuatu yg diterima. Uang, aset, barang atau hal-hal yang bersifat material.
Padahal hal-hal baik seperti keluarga, bisnis, pertemanan yang baik, itu berkat yang tak ternilai harganya.
Setuju?
Mari kita lebih taat, setia dan mengasihi Tuhan. Dan bersyukur senantiasa!
Setuju?
The Lord is faithful, and he will strengthen you and protect you from the evil one.
Tuhan itu setia. Ia akan menguatkan hatimu dan memelihara kamu terhadap yang jahat.
YennyIndra
TANGKI AIR & PIPA PVC
MPOIN PLUS & PIPAKU
PRODUK TERBAIK
PEDULI KESEHATAN