BOUNDARIES
.
Pernahkah kita memperhatikan:
– Ada orang-orang yang disegani dan ada pula yang tidak. Mengapa?
– Ada pasangan yang saling menghargai, namun ada pula yang terbiasa memaki, memperlakukan pasangannya dengan tidak hormat. Mengapa?
– Kebanyakan mertua tidak cocok dengan menantunya? Mengapa?
Jawabannya adalah: BOUNDARIES alias batas atau pagar. Karena mereka tidak menetapkan batasan yang jelas.
.
.
Gambaran yang paling mudah dari batasan adalah membayangkan sebuah perumahan. Rumah yang satu dengan rumah yang lain dibatasi oleh pagar. Ini menggambarkan area mana yang menjadi milik kita dan area mana yang menjadi milik tetangga. Setiap rumah memiliki peraturannya sendiri. Kita boleh melakukan apa saja di area rumah kita namun ketika keluar pagar, kita harus mengikuti aturan di rumah tetangga. Jika hendak bertandang ke rumah tetangga, maka kita harus membunyikan bel terlebih dahulu. Tetangga berhak menerima atau menolak. Kalau kita bertindak berlebihan, menyebabkan gangguan, maka tetangga berhak melaporkan ke polisi bahkan menuntut kita secara hukum. Demikian pula dengan sebuah hubungan, entah itu hubungan bisnis atau pertemanan, mau pun hubungan dengan pasangan dan mertua: hubungan membutuhkan batasan dan aturan yang jelas, agar setiap warganya bisa hidup berdampingan dengan teratur, saling menghormati, menghargai, aman dan damai. Agar masing-masing tahu hak dan kewajibannya.
.
Seorang wanita mengeluh bahwa teman-teman pria di kantornya sering menggoda. Dia merasa risi tetapi tidak berani. Pada awalnya, teman prianya mulai coba-coba menggoda. Mungkin melalui kata-kata guyonan yang menjurus ke hal-hal yang kurang pantas atau mulai dengan sedikit sentuhan kecil. Saat wanita ini tidak menetapkan pagar yang jelas atau bahkan tidak ada pagarnya, maka pria ini makin berani. Jika sejak awal wanita ini berani bersikap tegas, maka pria itu akan mundur. Sikap dan respon yang ditampilkan menunjukkan sinyal apakah pria itu boleh terus maju atau harus stop di sini atau bahkan harus melangkah mudur.
.
.
Demikian pula dengan suami yang memperlakukan istrinya dengan kasar atau istri yang tidak menghargai suaminya, itu tidak terjadi dalam waktu semalam. Semua sudah terjadi berulang kali dan makin lama makin berani. Ketika ditoleransi maka orang cenderung makin seenaknya. Masalah jika didiamkan akan bertambah berat. Ketika pertama kali, pasangan atau siapa pun memperlakukan dengan tidak hormat, bereskan masalahnya segera. Berikan batasan, tetapkan konsekuensinya jika dia terus melakukan hal yang sama. Biasanya, orang akan mentaati jika kita berani membicarakannya secara terbuka dan menerapkan batasan yang jelas mana yang bisa kita terima dan mana yang tidak. Pastikan dengan jelas dan tegas bahwa setiap orang harus memperlakukan kita dengan sopan, bermartabat dan hormat. Kita tidak mentoleransi perlakuan apa pun yang kurang dari itu. Kita harus memperlakukan diri kita sendiri dan orang lain seperti itu juga, dengan percaya diri, hormat dan bermartabat.
.
.
Sebuah pernikahan ibarat mendirikan sebuah negara. Setiap negara punya undang-undang dan peraturannya sendiri. Undang-undang ini disepakati bersama oleh pasangan suami istri tersebut, sehingga tidak perlu mengikuti peraturan atau kebiasaan di rumah orangtua atau mertua. Jika peraturannya jelas, maka baik orangtua mau pun mertua akan menghormati batasan dalam rumah tangga ini. Seyogyanya, orangtua dan mertua tidak boleh mencampuri urusan dalam negeri anaknya. Memberi saran, diperbolehkan tetapi saran diterima atau tidak, tergantung kesepakatan presiden (suami) dan wakil presiden (istri) di negara baru tersebut. Negara tetangga, termasuk orangtua dan mertua, tidak boleh tersinggung. Ini sebuah negara merdeka dan berdaulat.
.
Batasan yang jelas, mengurangi ribuan pertengkaran yang tidak perlu. Idealnya, sebelum memasuki pernikahan atau kerjasama bisnis, sudah ditetapkan terlebih dahulu batasan untuk hal-hal yang sensitif dan berpotensi menimbulkan pertengkaran di kemudian hari sehingga batasan bisa ditetapkan dengan rasional, jernih dan dalam keadaan tenang. Jika batasan ditetapkan setelah timbul masalah, biasanya emosi, gengsi, kepentingan pribadi dan perasaan egois mendominasi sehingga lebih sulit mencapai kesepakatan
.
Kesimpulannya, komunikasi yang baik adalah kunci untuk menyelesaikan berbagai masalah dan batasan yang jelas membuat kita bisa saling menghargai dan menghormati. Bagaimana menurut pendapat Anda?
*****
Kita mengajar orang lain,
Bagaimana mereka seharusnya memperlakukan kita,
Dengan cara apa yang kita ijinkan,
Apa yang kita hentikan,
Dan bagaimana kita memotivasi mereka
Saat melakukan sesuatu yang kita inginkan.
Selain itu,
Mereka juga melihat
bagaimana cara kita menghargai diri kita sendiri,
Apa yang kita ucapkan,
Dan bagaimana sikap kita.
Pada intinya,
Orang lain menghargai kita atau tidak,
Tergantung kita sendiri.
Karena itu,
Mari kita membangun diri
dengan lebih baik dan bijaksana.
Kita diciptakan unik, spesial dan berharga-
bahkan Tuhan Yesus rela mati di kayu saib untuk kita.
Sadarkah kita akan hal ini?
Ayooo…
jadilah pribadi yang bisa memrepresentasikan Allah dengan baik!
*****
.
Oleh YennyIndra
.
Photo:
– Building Service with Professional Boundaries : Expertise In …