Dasar Pernikahan Bahagia
Jika kita pernah mendengar Hukum Murphy, mungkin kita pernah mengalaminya:“If anything can go wrong, it will.” (“Apa pun yang bisa salah, akan salah”). Demikian pula dengan pernikahan, jika dasarnya salah, maka kecenderungannya akan menuju arah yang salah. Untuk membangun pernikahan yang bahagia diperlukan dasar dan fondasi yang benar. Jika dasar dan arahnya sudah benar, maka kita akan menuju arah yang benar.
.
Sesuatu yang paling sederhana yang mendasar dalam pernikahan adalah komitmen bahwa suami/istri kita menjadi SATU-SATUnya pria/wanita seumur hidup kita, titik. Tidak bisa ditawar.
.
Dasar yang ke dua adalah pernikahan itu ibarat masuk sebuah rumah kemudian didirikan tembok sehingga tidak ada pintu atau jendela untuk ke luar. NO EXIT DOOR! Hanya ada kisi-kisi kecil agar udara masuk dan kita bisa melihat ke luar namun kita TIDAK bisa keluar.
.
Mengapa banyak pasangan bercerai? Karena saat mereka menghadapi masalah kecil saja, mereka cepat-cepat mencari ‘pintu keluar’ Jika kita sudah memegang ke dua prinsip ini, maka perceraian, selingkuh dan hal-hal lainnya tidak memiliki peluang untuk menganggu. Satu-satunya jalan untuk berbahagia adalah mengusahakan kebahagiaan itu sendiri. Hanya kita dengan pasangan serta anak-anak kita yang dapat membangun kebahagiaan sesuai versi kita. Apa pun masalah yang kita hadapi, seberat apa pun, jika kita bekerja sama mencari solusi lalu kita melibatkan Tuhan sebagai Kepala dari rumah tangga kita, maka solusi baik yang melebihi apa yang bisa kita pikirkan, akan tercipta. Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan.
.
Biasakan untuk memberi label yang membuat komitmen kita pada pasangan menjadi kuat. Saya memberi label pada suami saya sebagai “Suami yang luar biasa, Ayah yang hebat untuk anak-anak saya dan Sahabat di mana saya bisa merealisasikan mimpi-mimpi saya”. Saya berulang-ulang mengatakannya dalam berbagai kesempatan kepada suami saya. Dengan label ini mengingatkan saya bahwa dia adalah pria terbaik yang dikaruniakan Tuhan dalam hidup saya dan yang menarik, label ini membuat suami saya ingin memenuhi harapan saya. Semakin lama, hidup kami semakin bahagia.
Kami seringkali sharing dan saling mengingatkan bahwa kami hidup bahagia. Kami punya anak, pekerjaan dan kehidupan yang baik. Meski pun ukuran bahagia dan kesuksesan itu relatif namun saat kita mau mensyukuri berkat-berkat yang Tuhan berikan, maka Tuhan akan menambahkan secara berlimpah apa yang kita syukuri. Bukan banyaknya yang kita miliki yang membuat kita berbahagia namun kebersamaan, kerukunan dan saling mengasihi yang membuat apa yang kita miliki menjadi istimewa.
.
Dengan memegang ke dua prinsip ini, maka kita akan berkonsentrasi untuk membangun kebahagiaan kita. Cara-cara kreatif akan muncul dengan sendirinya di sepanjang kehidupan kita untuk merenda kebahagiaan yang kita dambakan. Jika bukan kita yang membangun kebahagiaan kita sendiri, lalu siapa lagi? Selamat mencoba!
.
Oleh: Yenny Indra
Photo from: http://www.anglican-mainstream.net/2012/05/18/the-marriage-foundation/