UNCONDITIONAL LOVE
.
Seorang teman mengeluh bahwa istrinya kalau di luar rumah seperti seorang malaikat! Baik sekali…. Tapi jangan tanya kalau dengan keluarga sendiri apalagi dengan suaminya, seperti iblis, katanya. Di masyarakat istrinya terkenal sebagai seorang wanita yang sangat keibuan, penuh perhatian dan peduli terhadap orang lain bahkan rela berkorban habis-habisan untuk kegiatan sosial dan demi menolong orang lain. Setiap kali berbicara sering diselingi kutipan ayat Firman Tuhan. Karena itu setiap teman ini mengeluh, tidak ada seorangpun yang percaya. Apa yang terjadi? Sepertinya istri teman ini punya dua kepribadian yang berbeda. Benarkah demikian?
.
Ternyata istri teman saya normal-normal saja. Psikolog terkenal David J. Lieberman,Ph.D. mengungkapkan, pada dasarnya setiap orang terikat dengan citra yang diberikan kepada dirinya. Jika seseorang memandang kita dengan penuh kekaguman, kita sering terdorong untuk mempertahankan citra yang dimilikinya mengenai diri kita. Karena citra istri teman saya sebagai ibu yang penuh kasih dan suka menolong maka diapun berusaha memenuhi citra ini seberapapun besar harga yang harus dibayar karena itu dia bak seorang malaikat.
.
Yang menarik, semakin longgar hubungan itu semakin keras kita berusaha, sebab kita tidak harus mempertahankan usaha kita untuk waktu yang terlalu lama. Tetapi berbeda dengan keluarga dan orang-orang yang tinggal setiap hari dengan kita, sangatlah tidak mudah menjaga citra seperti itu di rumah sendiri.
.
.
Kebanyakan kita tidak terbiasa untuk berterima kasih saat pasangan atau anak-anak menolong kita sebaliknya terhadap orang lain, pertolongan kecil saja kita berterima kasih habis-habisan. Itulah sebabnya ada orang yang rela jungkir balik untuk menolong orang yang nyaris tidak dikenalnya, tetapi mengangkat satu jaripun dia tidak mau kalau itu menyangkut keluarganya.
.
Kecenderungan kita tanpa sungkan mengkritik, mengejek dan memberi label buruk bagi orang-orang terdekat kita – pemalas, si gendut dll. Melalui sikap dan perilaku, kita mengungkapkan bahwa kita tidak menghargai mereka dan mereka bukan orang yang penting meskipun kita selalu mengatakan merekalah yang terpenting dalam hidup kita. Prioritas kita membuktikan hal itu, kita lebih mementingkan orang lain daripada keluarga kita sendiri. Sementara terhadap orang lain, kita dengan hati-hati menjaga kata-kata dan sikap kita. Kita bisa tiba-tiba menjadi pribadi yang sama sekali berbeda ketika kita melayani mereka. Tanpa sadar kita sering mengorbankan kepentingan keluarga kita demi menjaga citra atau image kita di depan teman-teman kita.
.
***
Ada ikatan khusus dalam persahabatan dua jiwa karena
Kasih tanpa syarat, menghargai satu sama lain,
Memberikankan yang terbaik bagi satu dengan yang lain
dan membangun keharmonisan yang tinggi.
Mettrie L.
***
Artinya, jika kita ingin pasangan, anak atau karyawan kita berubah menjadi lebih baik maka kita perlakukan mereka menjadi pribadi yang kita inginkan. Secara bertahap mereka akan menjadi seperti itu karena setiap orang punya keinginan menjadi lebih baik. Dari penelitian bahkan penjahat yang paling kejampun dalam hati kecilnya tetap tersimpan keinginan untuk menjadi lebih baik. Pada dasarnya setiap orang ingin berubah. Jika orang lain berpikir baik tentang kita, itu akan membantu kita untuk berpikir lebih baik tentang diri kita sendiri. Oleh karena itu kita sering, secara tidak sadar, terdorong untuk tidak mengecewakan mereka.
.
Berarti jika kita bisa memperlakukan orang-orang terdekat kita dengan kasih dan penghargaan seperti kita memperlakukan orang lain maka dengan sendirinya kita sedang membentuk mereka menjadi pribadi yang pantas untuk dikasihi dan dihargai. Selain itu daripada kita sibuk mengkritik orang-orang terdekat kita, cobalah untuk mulai memuji mereka. Ketika kita mengkritik seseorang maka orang tersebut cenderung mendirikan benteng untuk mempertahankan diri meskipun mereka menyadari dalam hati mereka bahwa kritikan itu benar. Mereka lebih baik mati daripada mengakui kesalahan mereka. Ketika kita dengan tulus memuji dan mengungkapkan kepada mereka bahwa kita percaya mereka mampu dan bisa menjadi baik seperti yang kita harapkan, maka ini akan mendorong mereka untuk menjaga citra yang kita berikan. Kadang-kadang sedikit tepukan di bahu, ungkapan positif dan sikap kita yang tulus dalam menghargai mereka, akan menciptakan mujijat tersendiri – menjadikan mereka pribadi yang luar biasa.
.
.
Tuhan Yesus memberi teladan pada kita untuk menggunakan teknik ini untuk memenangkan jiwa. Coba renungkan kehidupan Zakheus, seorang pemungut cukai yang dibenci dan dikucilkan masyarakat. Orang-orang di sekitarnya menganggapnya rendah dan tidak layak untuk bergaul dengan “kelompok orang yang baik-baik” meskipun dia memiliki banyak uang. Kemudian ada Rabi yang tidak sekedar dikagumi banyak orang, tetapi karyaNya luar biasa – membuat mujijat: menyembuhkan orang sakit, melepaskan orang yang kerasukan setan bahkan membangkitkan orang mati, pengajaranNya luar biasa bahkan mengalahkan para ahli taurat yang paling top sekalipun – Rabi ini akan melintasi daerahnya. Zakheus ingin sekali melihat Sang Rabi sampai dia memanjat pohon. Ini menunjukkan keinginannya yang menggebu-gebu luar biasa. Dalam kondisi seperti itu Tuhan Yesus mau bertamu ke rumahnya, ini menggambarkan penghargaan, penghormatan dan penerimaan Tuhan Yesus kepada Zakheus maka diapun mempertahankan konsistensi citranya, berusaha memenuhi harapan Tuhan Yesus, menjadi orang yang baik. Zakheus bahkan rela memberikan separuh hartanya untuk orang miskin dan mengembalikan empat kali lipat semua orang yang pernah diperas hartanya. Pertobatanpun terjadi karena Zakheus merasa diterima, dipercaya dan dikasihi tanpa syarat.
.
***
Perlakukan orang lain sebagai mana adanya mereka…
dan mereka akan menjadi lebih buruk.
Perlakukanlah orang lain seakan-akan mereka
adalah diri mereka yang seharusnya dan
kita akan membantu mereka menjadi diri mereka
yang sesuai dengan kemampuan mereka seharusnya.
– Goethe –
***
Franklin Graham, putra pendeta terkenal dunia Billy Graham – yang sering melayani orang-orang penting termasuk presiden Amerika Serikat- menulis pengalamannya dalam otobiografinya “Rebel with a cause “ betapa dia menyesali perbuatannya sekarang. Ketika masih muda, dia sangat liar dan menjadi anak yang penuh pemberontakan kepada orang tuanya. Pada suatu hari dia berteriak-teriak dari atas sepeda motor Harley Davidsonnya, di depan rumah ayahnya untuk meminta uang. Dengan mengenakan jaket kulit yang berdebu dan kotor, dan dengan cambang yang lebat di dagunya, dia menerobos masuk ke ruang tamu sementara Billy Graham sedang mengadakan rapat besar dengan tamu-tamu pentingnya.
.
Begitu mengenali anaknya, Billy Graham tanpa ragu-ragu memperkenalkan Franklin kepada tamu-tamu kehormatannya sebagai anaknya dengan sikap yang penuh hormat dan kebanggaan. Billy tidak meminta maaf untuk apa yang dilakukan Franklin di hadapan mereka atau memperlihatkan sedikitpun rasa malu atau rasa bersalah karena sikap buruk anaknya. Kasih dan penghargaan yang ditunjukkan ayahnya membuatnya berbalik dari sikap pemberontakannya.
.
Franklin Graham & Billy Graham
.
Pendeta besar sekaliber Billy Graham melalui tindakannya membuktikan bahwa dia menerima dan mengasihi anaknya, hendaknya kitapun demikian – dapat mengasihi dan menerima orang-orang yang kita kasihi tanpa syarat bahkan saat mereka tidak seperti yang kita harapkan. Billy Graham lebih peduli untuk menjaga harga diri anaknya di hadapan tamu-tamu pentingnya, sementara kebanyakan kita sering kali lebih memilih menjaga image dan nama baik kita di hadapan orang lain. Ini lebih mudah dikatakan daripada dilakukan. Tantangannya, kita harus belajar mengasihi dan menerima orang-orang terdekat kita seperti Tuhan menerima dan mengasihi kita – saat kita masih berdosa. Itulah tantangan kita sebagai orang tua yang mengaku cinta Tuhan.
***
Sebab jikalau kita, ketika masih seteru,
diperdamaikan dengan Allah oleh kematian anakNya,
lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan,
pasti diselamatkan oleh hidupNya!
***
.
OLEH : YENNY INDRA
.
BIBLIOGRAFI:
– How to Change Anybody – David J. Lieberman, Ph.D.
By St. Martin’s Griffin, New York, 2005
– Our Daily Bread – Dave Egner
.
Photo: www.commentsyard.com – 410 × 307 – Search by image
www.noendtobooks.com – 240 × 210 – Search by image
www.caclubindia.com – 960 × 720 – Search by image
http://s177.photobucket.com/user/privatedream/media/yenny/LOWDOWN.jpg.html
personalexcellence.co – 600 × 400 – Search by image
www.ambassadoradvertising.com – 3072 × 2048 – Search by image