Articles, Christianity

DECISION & DESTINY

Photobucket

Manusia senantiasa menginginkan kepastian dalam hidupnya karena itu mereka berusaha dengan segala cara untuk mengendalikan hidupnya. Manusia pergi ke peramal, ke gunung mempersembahkan persembahan dengan tujuan agar bisa memastikan masa depannya aman, bisnis lancar dan umur panjang. Bahkan tidak sedikit orang yang rela menggadaikan masa depan anaknya sebagai persembahan untuk diambil ‘hoki’nya bagi dirinya sendiri. Manusia ingin memastikan hidupnya selalu baik.

Dalam Alkitab diceritakan bahwa sejak dalam kandungan Tuhan telah menetapkan Simson menjadi seorang nazir Allah dan melalui dia, Tuhan akan mulai penyelamatan orang Israel dari tangan orang filistin ( Hakim-hakim 13:5b ). Simson ditakdirkan menjadi orang besar dengan masa depan yang luar biasa. Meskipun sudah dinubuatkan demikian ternyata hidup Simson tidak selalu mulus bahkan dia sampai ditawan musuh dan dibutakan matanya karena keputusan buruk yang di ambilnya: menikahi perempuan filistin, menghampiri perempuan sundal, menikahi Delila, tidak bisa mengendalikan diri dll, hingga dituliskan dalam Alkitab bahwa Tuhan telah meninggalkan dia. Simson tidak menghargai dan menjaga kesucian takdirnya sebagai nazir Allah akibatnya hidupnya berantakan. Meskipun takdirnya baik tetapi keputusan buruk meruntuhkannya.

Tindakan-tindakan kita adalah benih dari nasib
lalu tumbuh menjadi takdir.
Harry S Truman

Tuhan telah merencanakan untuk memberi kita masa depan yang cerah dan penuh harapan sesuai janjiNya tetapi Tuhan juga memberi kita kehendak bebas sehingga apa yang kita peroleh dan alami juga ditentukan oleh keputusan-keputusan yang kita ambil. Tuhan sudah menjelaskan berkat dan kutuk lengkap dengan persyaratannya secara gamblang dalam Alkitab, tergantung keputusan kita pilih yang mana.

Charles Wesley suatu kali mengatakan,”Jika Tuhan memberi saya sayap, maka saya akan terbang.” Mendengar itu John Wesley menjawab,”Jika Tuhan ingin saya terbang, saya percaya Dia akan memberi saya sayapnya.” Menarik sekali percakapan kedua kakak beradik ini. Charles memilih untuk menunggu sayap sebelum terbang sementara John mengajarkan kita untuk beriman dan melangkah dulu maka Tuhan akan menyediakan sarana yang kita butuhkan. Ketika kita melakukan bagian kita maka Tuhan akan melakukan bagianNya.

Photobucket

Prinsip yang dipegang John Wesley, mengingatkan kita pada tokoh dalam perjanjian lama yang bernama Yabes. Nama dalam tradisi Israel, menunjukkan nasib seseorang-nama Yabes artinya adalah ‘kesakitan’-ini menggambarkan takdir Yabes sebagai orang yang kalah dengan masa depan suram. Tetapi Yabes tidak menerima begitu saja keadaannya maka dia melakukan bagiannya, dengan imannya menggedor pintu surga untuk meminta kepada Allah:

“Kiranya Engkau memberkati aku berlimpah-limpah
dan memperluas daerahku,
dan kiranya tangan-Mu menyertai aku,
dan melindungi aku dari pada malapetaka,
sehingga kesakitan tidak menimpa aku!
1 Tawarikh 4:9-10

Yabes memutuskan untuk menolak takdirnya dan meminta kepada Allah agar mengubah nasibnya. Menarik sekali di akhir ayat 10 dikatakan, ’dan Allah mengabulkan permintaannya itu’.Sedangkan di awal ayat 9 ditulis bahwa ‘Yabes lebih dimuliakan daripada saudara-saudaranya’. Artinya selama kita bersepakat dengan Allah maka kita bisa mengubah nasib kita- Yabes yakin nasibnya ditentukan hanya oleh dia dan Allah. Keberanian Yabes bertindak, memperjuangkan perubahan nasibnya dan menghancurkan takdir buruk yang diterimanya sejak lahir, hasilnya dia justru dimuliakan melebihi saudara-saudaranya meskipun pada awalnya dia ditakdirkan bernasib buruk. Bukankah melegakan sekali menyadari bahwa kita bisa memegang masa depan, nasib dan takdir kita dengan bekerja sama dengan Allah?

Ruth dan Orpa, kedua menantu Naomi mengalami keadaan yang sama: ditinggal mati suaminya dan tinggal dengan mertua yang sudah kehilangan segala-galanya. Tetapi jalan hidup Ruth dan Orpa berbeda. Orpa memilih kembali kepada bangsanya dan bagaimana kelanjutan nasibnya tidak lagi diceritakan dalam Alkitab-yang jelas dia menjadi orang biasa saja. Sementara Ruth yang memilih mengikuti Naomi beserta Allahnya, meskipun miskin pada mulanya tetapi keputusan Ruth yang benar pada akhirnya menciptakan masa depan yang luar biasa baginya. Ruth mentaati setiap langkah petunjuk Naomi hingga akhirnya Ruth menikah dengan Boas dan menjadi nenek moyang Tuhan Yesus. Ruth memutuskan untuk taat kepada Naomi, menikah dengan Boas yang sudah berumur dan tidak memilih pria muda disana. Keputusan yang berbeda membuat hasil akhir yang berbeda meskipun mereka start dari kondisi yang sama.

Manusia tidak lepas dari kesalahan. Nobody’s perfect, kata orang. Bisa saja kita tergoda melenceng dari jalan yang telah Tuhan tetapkan melalui firmanNya, tetapi yang terpenting adalah apa yang kita lakukan setelah menyadari kesalahan kita. Adam dan Hawa melanggar perintah Tuhan agar tidak memakan buah pohon pengetahuan baik dan jahat. Bagaimana tindakan mereka setelah itu? Mereka bersembunyi dari Allah! Kemudian Allah bertanya kepada mereka mengapa mereka bersembunyi? Baik Adam dan Hawa tidak mau bertanggung jawab atas tindakan mereka: Hawa memilih menyalahkan si ular sedangkan Adam memilih untuk menyalahkan Hawa. Apakah Allah tidak tahu apa yang mereka lakukan? Tentu Allah tahu karena Dia adalah yang Maha-tahu. Allah bertanya kepada Adam dan hawa dengan tujuan memberi kesempatan kepada mereka agar mereka menyadari kesalahan mereka, bertanggung jawab dan bertobat dari kesalahannya. Allah Maha-pengampun. Tetapi Adam & Hawa tidak mau bertobat, akibatnya mereka diusir dari taman Eden.

Sangatlah mudah memberi alasan
untuk menghindari tanggung jawab,
tetapi kita tidak dapat menghindari
akibat dari alasan yang kita buat
ketika menghindari tanggung jawab.
Josiah Charles Stamp

Pada suatu ketika Daud berdosa karena berzinah dengan Batsyeba dan mengatur pembunuhan Uria, suami Batsyeba. Kemudian Nabi Natan datang dan menegur dia – apa yang dilakukan Daud? Dia bertobat dan menyesali dosanya. Daud memutuskan untuk bertanggung jawab atas dosanya dan tidak berdalih. Daud berpuasa merendahkan diri di hadapan Tuhan untuk memohon pengampunanNya.

Pada kesempatan yang lain Daud juga berdosa kepada Tuhan karena mengadakan cacah jiwa rakyatnya sebagai gambaran kesombongan pada kekuatannya sendiri bukannya bergantung kepada Tuhan. Ketika Tuhan memberi tiga pilihan hukuman atas dosanya, Daudpun berkata, ”Sangat susah hatiku, biarlah kiranya kita jatuh ke dalam tangan Tuhan, sebab besar kasih sayangnya; tetapi janganlah aku jatuh ke dalam tangan manusia” (2 Samuel 24:14). Apapun yang terjadi, Daud tetap memilih kembali kepada Allah karena itu Daud disebut seseorang yang hatinya berkenan kepada Allah. Dosa yang sama tetapi karena keputusan yang berbeda memberikan akhir kisah yang berbeda.

Hidup ini adalah perjalanan panjang untuk mengikut Yesus. Dia Allah yang Maha-tahu dan seperti dikatakan Daud dalam Mazmur 139, dimanapun kita berada bahkan di dunia orang mati, disitupun Dia ada-tidak ada gunanya kita lari dari Tuhan. Karena itu lebih baik kita hidup dengan penuh kejujuran dan fokus hanya kepadaNya. Sertakan Dia dalam setiap langkah hidup kita termasuk ketika kita berdosa. Apapun yang terjadi, datang kepadaNya dengan segala kerendahan hati untuk berdamai dengan Dia. Tuhan menghargai setiap usaha kita untuk mendekat kepadaNya.

Sebab Aku ini mengetahui
rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku
mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN,
yaitu rancangan damai sejahtera
dan bukan rancangan kecelakaan,
untuk memberikan kepadamu
hari depan yang penuh harapan.
Yeremia 29:11

Happy Easter ’09!
BIBLIOGRAFI:
Our Daily Bread
Jose Carol (JPCC)
Sujono (Jogja)

Yenny Indra Visit Website
Traveller, Family Growth Inspirator, Seruput Kopi Cantik YennyIndra, Co Founder of PIPAKU & MPOIN FB: Pipaku Mpoin www.mpoin.com FB: Yenny Indra www.yennyindra.com Email: yennyindra09@gmail.com
Related Posts
HATI DAN KEKUATAN KEYAKINAN
Menemukan TUHAN Di Negara Komunis & Atheis.
Ps. John Donnelly – The Day The Death Stood Still.(Hari Dimana Kematian Berhenti)

Leave Your Comment