Quote 17.09.15: Kecantikan Sejati
Pernahkah kita memperhatikan,
Bahwa setiap musim memiliki kecantikannya masing-masing?
Pada musim semi bunga-bunga bermekaran,
Pada musim gugur daun-daun memerah berjatuhan menutupi bumi,
Sedangkan pada musim dingin,
Meski tidak ada bunga-bunga yang indah,
Tetapi salju yang menyelimuti bumi menciptakan keindahan yang memukau.
Demikian pula dengan manusia,
Dalam setiap musim kehidupannya,
memiliki kecantikan dan daya tarik tersendiri.
Namun yang sering terjadi,
Ketika bilangan usia bertambah,
Kebanyakan kita sibuk berusaha mempertahankan diri ,
ingin selangsing dan secantik dulu.
Merasa tidak percaya diri dengan perubahan yang ada.
Mengapa harus melawan hukum alam?
Sadarkah kita bahwa bagaikan musim,
Setiap kita cantik dan istimewa di setiap musim yang berbeda.
Mungkin saja kita tidak selangsing saat remaja,
Tetapi kebijaksanaan dan kedewasaan yang terpancar,
seiring dengan kematangan usia,
memberikan ketentraman, kecantikan dan daya tarik yang unik.
Bahkan di usia senja,
Di balik kerut-kerut wajah dan putihnya rambut,
Tersimpan keanggunan dan kedamaian sejati,
Yang tidak dimiliki usia muda.
Hargai dan cintai diri sendiri,
Terima proses apa adanya dengan penuh syukur,
Banggalah dengan kecantikan kita di setiap periode kehidupan,
Tingkatkan kebijaksanaan,
Dekatkan diri pada Yang Maha Kuasa,
Lakukan hal-hal baik dan berguna,
Didasari kasih Allah yang mengalir dari nurani yang terdalam,
Mengukir kehidupan yang bermakna,
Menjadi pribadi yang membuat perbedaan,
Meninggalkan warisan abadi yang tak lekang oleh waktu.
Itulah kecantikan sejati!
“I am the me I choose to be”.
BE ORIGINAL!
.
Seorang wanita cantik berjalan anggun memasuki ruangan seminar. Messa, wanita cantik itu mengenakan gaun merah mahal yang membalut tubuhnya yang langsing. Tas dan aksesori mewah melengkapi dandanannya. Sungguh sempurna!
Banyak pria terpesona, sementara para wanita ingin memiliki kesempurnaannya.
.
.
Siapa nyana di balik penampilan sempurna itu tersimpan jiwa yang gelisah. Messa berkisah bahwa dia tidak menyukai dirinya sendiri dan penampilannya. Dia merasa lelah menjaga imej. Demi menunjang karir suaminya, dia harus berpenampilan sesuai yang diinginkan kalangan tertentu agar dia bisa diterima di situ. Dia memaksakan diri membeli handbag dan mengenakan baju yang sesungguhnya tidak sesuai dengan seleranya. Dia tidak ingin nampak berbeda. Dia tidak bahagia. Dia merasa memakai topeng.
Benarkah Messa harus mengorbankan diri sedemikian rupa agar bisa diterima?
.