Kumsusan Palace of the Sun.
Seruput Kopi Cantik
Yenny Indra
Kumsusan Palace of the Sun.
“Lhah… Kisah Korea Utaranya habis? Masa cuma segitu?,” Komentar beberapa teman yang membaca Seruput Kopi Cantik.
“Nanti kepanjangan bosan pembacanya. Masa cerita travelling terus? Ada satu lagi yang unik sich. Oke, tak tulis ya…”
Salah satu benda yang wajib dibawa ke Korut adalah baju resmi, disarankan batik, dan sepatu sopan karena kami akan mengunjungi
Kumsusan Palace of the Sun, tempat jasad Presiden Kim Il Sung dan Jendral Kim Jong Il disemayamkan.
Mengapa Batik? Karena P. Anton promosi kepada mereka bahwa inilah Baju Nasional Indonesia.
Saya dan P. Indra mengenakan Batik Sarimbit- batik dengan corak sama/kembaran- sehingga menarik perhatian pengunjung lainnya.
Tiba waktunya berkunjung, semua tas dan HP harus diserahkan pada tempat penitipan. Suasana tegang. Tidak ada seorang pun yang tersenyum. Pemeriksaan sangat teliti.
Dengan pengawalan yang ketat kami berbaris melewati foto dan lukisan ketika Presiden bertemu dengan pemimpin-pemimpin negara lain, menuju ruangan di mana jasad Presiden Kim Il Sung disemayamkan dalam kotak kaca. Presiden berbaring dengan kepala beralaskan bantal khas Korea dan diselimuti bendera negara.
Sebaris demi sebaris kami bergantian maju. Mula-mula membungkuk memberi hormat dari bagian kaki, lalu berbaris lagi memberi hormat dari samping kiri. Lanjut berjalan melewati bagian kepala, berbaris memberi hormat dari sisi kanan.
Dari ruangan Presiden, kami melewati pula foto dan lukisan Jendral Kim Jong Il menuju ruangan tempat jasadnya disemayamkan. Dengan cara yang sama kami berbaris memberi hormat.
Lalu kami memasuki ruangan-ruangan museum di mana berbagai penghargaan, ijasah, medali yang diperoleh Presiden dan Jendral dari manca negara dipamerkan. Ada foto Presiden Kim Il Sung dengan Presiden Sukarno. Rupanya hubungan Indonesia dengan Korea Utara di masa lalu sangat baik. Bahkan Presiden Sukarno memberikan hadiah anggrek langka pada Presiden Kim Il Sung dan memberi nama jenis anggrek ungu cantik itu dengan nama Anggrek Kim Il Sung, yang menjadi kebanggan warga Korea Utara.
Yang unik, meski dulu Korut bermusuhan dengan Amerika, tetapi Presiden Kim Il Sung mengantongi ijasah dari Kensington University, California.
Museum yang berdiri di tanah seluas 10.700m2, dilengkapi dengan peta elektronik, yang menunjukkan berapa negara yang sudah dikunjungi baik oleh Presiden mau pun Jendral. Demikian pula di dalam negeri, berapa banyak yang dikunjungi. Mobil-mobil anti peluru Presiden hingga gerbong kereta api yang digunakan Jenderal pada akhir hidupnya dipajang. Jendral meninggal saat sedang bekerja di kereta api dan gerbong kereta api itu ditata persis keadaan sesungguhnya termasuk dokumen-dokumen yang baru ditanda-tangani, sesaat sebelum beliau wafat.
Halaman Kumsusan Palace sangat luas dan indah. Dilengkapi dengan patung-patung yang indah, sungai dan hamparan rumput yang bersih serta pepohonan yang asri.
Banyak teman-teman yang bertanya, apakah ada orang beragama di korut?
Kristiani dan Muslim sama sekali tidak ada. Orang Budha ada sedikit. Lebih pada budaya leluhur generasi tua. Ada 1-2 Vihara dengan Biksu tapi lebih untuk turis, demikian info tour leader.
‘I am the master of my destiny’-Akulah penguasa takdirku, adalah prinsipnya.
Mereka menghormati para pemimpin bak Dewa dan percaya bahwa baik Presiden mau pun Jendral, meski mereka sudah wafat, tetapi tetap mengawasi dan mengayomi bagaikan matahari yang akan terus bersinar.
Yang saya kagum, meski patung Presiden dan Jendral di lapangan terbuka, tour leader selalu mengingatkan, foto dilarang pakai gaya-gaya seperti jempol, peace dll. Harus dalam sikap tegak dan hormat. Jika mengambil gambar baik patung mau pun lukisan atau foto para pemimpin, harus utuh. Tidak boleh patung berdiri tegak seluruh badan, lalu hanya difoto setengah badan.
Perjalanan ke Korut mengajarkan saya bagaimana cara menghormati & disiplin.
Perpecahan Korut dan Korsel, karena perbedaan politik, membuat banyak keluarga terpisahkan. Sekarang diusahakan kesempatan untuk bertemu pada saat khusus, tetapi tergantung kesepakatan politik juga. Sungguh menyedihkan!
Belajar dari Korea, Mari kita jaga persatuan negara Indonesia dengan dasar Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika.
Where there is unity there is always victory.-Publilius Syrus
Di mana ada kesatuan selalu ada kemenangan.-Publilius Syrus
YennyIndra
TANGKI AIR & PIPA PVC
MPOIN PLUS
PRODUK PEDULI
KESEHATAN TERBAIK
www.mpoin.com