PERLUKAH KITA KUATIR?
.
Cemas, takut dan kuatir adalah bagian alami yang kerapkali mampir dalam kehidupan meski tidak pernah diundang. Kita sering cemas, apa yang akan terjadi jika sesuatu hal yang kita takutkan menimpa. Untuk mengurangi resiko, kita biasa mempersiapkan segala sesuatu untuk menangkal jika terjadi resiko. Pada kenyataannya, tidak selalu yang kita siapkan bisa berlangsung mulus saat kita membutuhkannya. Teman yang kita harapkan bisa menolong, pada saat dibutuhkan justru sedang pergi jauh.
~
Yannie dan saya bersahabat dekat sejak kami kuliah. Dia sahabat yang setia. Setiap saya melahirkan, dia selalu mendampingi hingga saat saya harus pulang dari rumah sakit. Suatu ketika, Yannie mendapat lotere US Greencard sehingga Yannie dan suaminya memutuskan hijrah ke Amerika. Mereka tinggal di LA. Jarak tidak membuat persahabatan kami luntur. Bahkan saat anak-anak saya Chris dan Nicho sekolah di Amerika, Yannie banyak membantu kami. Anak-anak saya sudah seperti putranya sendiri.
.
Ber-IMAN atau ke DOKTER?
.
Seorang teman meminta saran, dia sakit kanker dengan stadium awal. Apakah dia boleh beriman saja bahwa Tuhan mampu membuat mujijat atau dia tetap harus ke dokter? Banyak orang yang bingung bagaimana harus bersikap dalam hal ini.
.
Seorang pendeta bersaksi, suatu hari putranya sakit panas tinggi. Saat bapak dan ibu pendeta berdoa pribadi secara terpisah, mereka berdua mendapat rhema dari Tuhan bahwa tidak perlu ke dokter. Tuhan akan menyembuhkan putra mereka secara supranatural. Mereka sepakat dan mereka sudah bersatu hati bahwa apa pun resikonya mereka akan menerima dan tidak akan saling menyalahkan. Hati mereka damai dan ada keyakinan yang kuat baik dalam hati bapak dan ibu pendeta mau pun putra mereka, bahwa Tuhan akan menyembuhkan secara supranatural. Benar juga setelah beberapa hari, putranya sembuh.
.