“Mengubah” Masa Lalu
Effendy Gustan, Papa saya.
Hari ini tepat 5 tahun meninggalnya adik saya…
Ingatan melayang pada papa dan adik yang sudah tiada. Selalu ada penyesalan ketika kehilangan orang-orang yang kita cintai. Seharusnya saya bisa menjadi anak atau kakak yang lebih baik. Tetapi terlambat, mereka sudah tiada…
Meski selama ini sudah berusaha jadi anak yang berbakti, bahkan papa pernah mengucap syukur beruntung memiliki saya sebagai putrinya -penerimaan yg sangat berarti- tetapi tetap ada yang disesali… Tidak pernah cukup untuk orang-orang yang kita cintai.
Satu hal yang selalu saya renungkan: Seandainya mereka masih hidup, apa yang ingin papa/adik saya lakukan?
Papa tentu ingin saya lebih memperhatikan mama. Maka saya berusaha untuk lebih memperhatikan beliau.
Demikian pula, adik saya tentu ingin anak dan istrinya diperhatikan. Saya pun berusaha memperhatikan semaksimal yang saya bisa.
Iwan Gustan, Adik saya.
Ketika akan mengambil keputusan yang berhubungan dengan adik saya yang lain atau kerabat papa, saya selalu bertanya dalam hati: seandainya papa masih hidup, apa yang diharapkannya untuk saya lakukan? Itu menjadi panduan bagi saya mengambil keputusan. Demikian pula sehubungan dengan adik ipar dan keponakan.
Kita tidak dapat mengubah masa lalu, namun kita bisa membayar kesalahan masa lalu atau hal-hal yang belum kita lakukan, dengan melakukan yang terbaik di masa kini dan masa depan.
Saya bukan malaikat yang steril kesalahan, tetapi manusia biasa yang mau terus memperbaiki diri untuk merajut masa depan yang lebih baik.
Semoga papa dan adik saya berkenan dan tersenyum dari surga.
YennyIndra
20 Nov’16
Traveller, Family Growth Inspirator,
Co-Founder PIPAKU & MPOIN