Seruput Kopi Cantik
Yenny Indra
Apa Program Sesungguhnya Di Hati Kita? Itu Yang Muncul Di Saat Krisis!
Ani sahabat saya di Amerika, mengambil Part-Time Job menemani orang-orang tua kaya, menjelang meninggal dunia. Mereka orang-orang kaya yang tinggal di Beverly Hills, perumahan orang-orang kaya dan para artis Hollywood.
“Ada 2 macam orang menjelang kepergian mereka. Yang pertama, orang-orang yang sudah selesai dengan dirinya sendiri. Mereka dengan tenang dan pasrah menanti kepulangannya. Let Go Let God. Tidak rewel dan anggun sekali.
Sebaliknya ada orang-orang yang hidupnya memendam banyak kepahitan dan kemarahan. Mereka sungguh sulit untuk dilayani. Ada seorang professor yang notabene sangat berpendidikan tetapi kerap mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas. Bahkan ada yang konon menurut dokter mengalami dimentia.”, Ani menjelaskan,
“Tetapi sungguh berbeda dengan dimentia yang dialami oma dan mamiku. Mereka hanya sekedar lupa ini dan itu, tetapi sikapnya tetap sopan. Seorang pasien yang dimentia yang aku layani, beneran luar biasa. Penuh kecurigaan, menuduh saya mencuri dsb. Curiga kepada semua orang, penuh ketakutan seolah ada orang yang terus membuntuti dan menerornya. Telpon dan chat terus menerus saat aku di rumah. Bahkan ada kalanya, saat marah, tidak bersedia membukakan pintu. Aku sudah tidak tahan lagi, tetapi mesti bertahan hingga anak oma ini yang sedang liburan ke Eropa pulang. Sebetulnya kasihan, dia sendiri….”
Melalui pekerjaan ini, tidak jarang Ani bisa mengingatkan mereka untuk kembali membangun hubungan pribadi dengan Tuhan di masa-masa akhir hidupnya. Sesungguhnya, apa pun pekerjaan kita, senantiasa terbuka kesempatan untuk membawa seseorang kembali kepada Tuhan. Apalagi di Amerika, banyak orang yang merasa sudah kenal Tuhan hanya karena ada tulisan ‘In God we trust’ – ‘Pada Tuhan kami percaya’, pada uang kertas mereka. Dikira mengenal Tuhan itu otomatis.
Perbedaan antara seseorang mengenal Tuhan secara pribadi atau tidak, pada akhir masa hidup seseorang, ternyata sangat berbeda. Yang mengenal secara pribadi, dengan yakin ke mana perginya dan Siapa yang menjemputnya. Tenang, damai dan pasti.
*****
Pengalaman Norman Williams dalam menghadapi saat-saat hidup dan mati, krisis terbesar dalam hidupnya dalam kecelakaan tabrakan pesawat Boeing 747 milik Pan Am dan KLM, di Canary Islands 27 Maret 1977.
Norman Williams berangkat berdua dengan business partnernya tetapi mereka duduk terpisah. Mereka ingin kursi bersebelahan tetap tidak bisa. Pesawat penuh.
Norman Williams berujar, selama ini dia tahu betapa Tuhan mengasihi dia, tetapi baru sadar setelah selamat dari kecelakaan, sedemikian pedulinya Tuhan terhadapnya, sehingga kursi pun sudah diatur-Nya sempurna. Karena penumpang yang duduk baik di depan, belakang, kiri dan kanannya, semua meninggal tanpa bisa dikenali. Kalau dia pindah kursi, dia pasti mati.
Kalau Tuhan sedemikian pedulinya, apakah kita perlu mendikte Tuhan dengan keinginan-keinginan kita?
He knows what’s best for us!
Sungguh kesaksian yang mengejutkan ketika banyak orang yang pada saat-saat kritis, justru mengutuki Tuhan dan mengeluarkan sumpah serapah.
Hingga mendorong Williams mencari artikel tentang Human Behavior di kemudian hari, untuk mencari tahu mengapa mereka bersikap seperti demikian?
Ternyata dalam masa-masa yang sangat tertekan dan krisis, mereka hanya memiliki 90 detik untuk bereaksi. Tidak ada waktu berpikir.
Orang-orang yang sepanjang hidupnya membiasakan diri dengan sumpah serapah, maka kata-kata itu pula yang terprogram dalam pikirannya. Maka sumpah serapah pula yang keluar saat mereka sekarat!
Sungguh mengerikan.
“Bagaimana cara hidupmu, begitu pula matimu. Caramu hidup akan menentukan caramu mati” – Prie G. S.
90 detik yang menentukan masa depan seseorang!
Mengapa Williams selamat?
Karena Williams sejak kecil memprogram pikirannya dengan firman Tuhan.
Dalam keadaan krisis, dia berseru kepada Tuhan. Apa yang terjadi?
Tuhan menjawab dan menyelamatkannya secara supernatural.
“Bila ia berseru kepada-Ku, Aku akan menjawab, Aku akan menyertai dia dalam kesesakan, Aku akan meluputkannya dan memuliakannya. Dengan panjang umur akan Kukenyangkan dia, dan akan Kuperlihatkan kepadanya keselamatan dari pada-Ku,” kata Tuhan.
Yang tidak kalah mengejutkan, ada 55 orang yang tetap duduk di kursinya dengan sabuk pengaman tetap terpasang.
Mereka begitu dicengkeram ketakutan, membeku sehingga terpaku diam tidak bisa bergerak. Api menyambar dan membuat mereka meleleh.
Sementara Tuhan berjanji,
Thou wilt keep him in perfect peace,
whose mind is stayed on thee: because he trusteth in thee. – Yang hatinya teguh (pikiran-Nya tetap melekat kepada Tuhan), Kaujagai dengan damai sejahtera, sebab kepada-Mulah ia percaya.
Williams bercerita, ada seorang wanita berusia lima puluh tahunan, berbadan besar, dari Longview, Washington. Dia mendengar Tuhan menyuruhnya pindah ke lorong (aisle), tiba-tiba ada benda metal runtuh menimpa tempat sebelumnya dia berdiri. Segera setelah itu, Tuhan menyuruhnya kembali ke kursinya. Api besar menyambar melalui lorong.
Terbukti orang yang hidupnya dekat dengan Tuhan, dia tetap memiliki damai sejahtera yang melebihi pikiran manusia.
Apa pun situasinya.
Sehingga baik Williams mau pun wanita tadi, tetap mendapatkan arahan dari Tuhan dan mentaatinya sehingga mereka selamat. Dalam situasi yang benar-benar impossible, mustahil secara nalar manusia.
Janji-Nya: Aku hendak mengajar dan menunjukkan kepadamu jalan yang harus kautempuh; Aku hendak memberi nasihat, mata-Ku tertuju kepadamu. Terbukti!
Sungguh ajaib bagaimana Williams bisa selamat. Dia memandang orang-orang yang disamping kiri kanannya, keadaan sangat panas, daging teman sebangkunya meleleh begitu saja. Mereka menjadi kerangka, tengkorak seketika. Baju Williams terbakar pun tidak.
Kembali janji Tuhan,
Apabila engkau menyeberang melalui air, Aku akan menyertai engkau, atau melalui sungai-sungai, engkau tidak akan dihanyutkan; apabila engkau berjalan melalui api, engkau tidak akan dihanguskan, dan nyala api tidak akan membakar engkau.
Tidak hanya janji-Nya terbukti, yang lebih mengagumkan, apa yang Tuhan katakan, betul-betul terjadi seperti yang tertulis dalam firman-Nya…
Williams tidak terbakar meski melewati api. Karena Firman Tuhan mengatakan demikian!
Wow…..
*******
Dalam kehidupan sehari-hari, umumnya setiap orang mengenakan topeng, Image dia ingin dikenal sebagai siapa?
Mengambil posisi sesuai citra, image, yang hendak dibangun demi kepentingannya, mulusnya bisnis, politik, jabatan, pertemanan, perannya dalam masyarakat dsb.
Intinya, setiap orang itu mengenakan Topeng! Tidak ada yang menunjukkan warna aslinya sepenuhnya!
Dunia sudah jatuh dalam dosa. Bawaan dosa itu egois, mau menang sendiri, bergantung pada kekuatan sendiri, merasa hebat, ingin seperti allah dsb.
Kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri, kemauan berbagi pada sesama dll, bisa menjadi karakter kita, ketika kita menjadi ciptaan baru karena menjadikan Allah sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi. Itu karakter Allah, yang menjadi karakter kita karena kita rela menjadi bejana yang taat, yang mengalirkan Allah melalui kehidupan kita. Bergantung sepenuhnya kepada Allah, bukan dengan kekuatan kita sendiri.
It’s all about God, not us!
Belajar dari kisah yang diceritakan Ani, mau pun Norman Williams, ada waktunya di mana setiap manusia harus menunjukkan siapa dirinya yang sesungguhnya. Tanpa Topeng dan betul-betul kelihatan aslinya. Apalagi dalam krisis seperti yang dialami Norman Williams, hanya ada 90 detik yang diucapkan tanpa kesadaran penuh, yang akan menentukan hidup dan mati.
Apa yang keluar dari mulut kita?
Kehidupan atau kematian?
Berkat atau Kutuk?
Semua itu tergantung apa yang kita programkan ke dalam pikiran sadar, mau pun tidak sadar dan dalam hati kita….
Firman Tuhan & iman atau hal-hal duniawi?
Pilihan ada di tangan kita!
“Orang yang baik mengeluarkan barang yang baik dari perbendaharaan hatinya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan barang yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat. Karena yang diucapkan mulutnya, meluap dari hatinya.”
Pertanyaannya:
Sudahkah kita menjadi bejana yang taat mengalirkan-Nya melalui hidup kita?
Yuk kita berkomitmen menghidupinya.
Be who God wants you to be, not what others want to see.
Jadilah pribadi yang Tuhan inginkan, bukan menjadi pribadi seperti yang ingin dilihat oleh orang lain.
YennyIndra
TANGKI AIR *ANTI VIRUS* & PIPA PVC
MPOIN PLUS & PIPAKU
PRODUK TERBAIK
PEDULI KESEHATAN
#SeruputKopiCantik
#yennyindra
#InspirasiTuhan #MotivasiKebaikan
#mengenalTuhan