A Pen In God’s Hand…
Seruput Kopi Cantik
Yenny Indra
A Pen In God’s Hand…
Siapa pernah merasa gak Pede?
Saya tunjuk jari.
Sejak dulu saya suka membaca dan menulis, tetapi berbicara di depan umum, itu problem bagi saya.
Saya pun ikut seminar public speaking, berkali-kali… Semua guru saya Top dan pilihan. Tetapi masalahnya ada pada saya…
Bisa sich… Tetapi ada perasaan tidak nyaman.
Sampai saya belajar, bahwa Tuhan itu tinggal di dalam roh saya. Sesungguhnya yang menulis dan berbicara itu bukan saya, tetapi Tuhan.
Koq bisa?
Kan saya hanya pena di tangan Tuhan, alatnya Tuhan.
Coba kalau Tuhan ga beri saya ide tulisan, tidak menyertai saya saat menuangkannya menjadi tulisan, memangnya saya bisa?
Meski pun orang kerap menyebutnya sebagai talenta tetapi tanpa Tuhan, saya gak bisa apa-apa.
Teringat pada kesaksian Keith Moore. Beliau sejak kecil menang sudah fasih berbicara di depan umum tanpa menggunakan catatan. Pandai menyanyi dan memainkan alat musik, tanpa harus mengikuti pelatihan formal. Karenanya, mengajar dan menyanyi merupakan sesuatu yang natural dan mudah baginya.
Suatu ketika dia bertanya, “Tuhan, ini Kemampuanku atau ini Engkau?”
Setelah bertanya demikian, tidak terjadi apa-apa.
Tiba di kelas, tiba-tiba dia sadar. Mau menyanyi tidak ingat sebuah lagu pun…
Dieeeenk….
Mau mengajar, bahan-bahan yang sudah amat dikuasainya selama bertahun-tahun, yang selama ini gak usah mikir, sudah otomatis mengalir, sekarang lupa total.
Keith duduk di kantornya, memandang keluar melalui jendela. Bak botol yang kosong.
Selama 3 hari 3 malam, Keith tidak bisa apa-apa. Bengong.
Sejak itu Keith Moore belajar, bahwa setiap anugerah, talenta, kemampuan, ketrampilan itu berasal dari Tuhan.
Karena segala sesuatu berasal dari Tuhan, maka seyogyanya, dipergunakan untuk kemuliaan-Nya.
Kisah Keith Moore menjadi titik balik kehidupan saya. Hhhmmm… Segala sesuatu dari Tuhan dan untuk Tuhan. Saya kan hanya Pena Di Tangan Tuhan, istilah yang saya peroleh setelah berdiskusi dengan sis Elma.
Jadi baik, yang dapat pujian itu Tuhan. Kalau buruk, yang malu juga Tuhan…
Hal lain yang saya pelajari dari Greg Mohr, setiap apa yang Tuhan percayakan, maka ada Anugerah Penugasan yang menyertainya.
Tugas kita cukup taat saja. Tuhan yang akan menuntun bagaimana cara mengerjakannya dan membuatnya menjadi berhasil.
Mungkin saja bidang yang kita geluti nampak sederhana, tidak heboh, bukan brand yang gebyar-gebyar tetapi dengan memiliki perkenanan Tuhan, alias God’s Favor , maka yang nampak biasa menjadi aliran sungai berkat yang tidak pernah kering.
Sehingga dalam prosesnya, kita bisa merasakan damai sejahtera serta ketenteraman. Dilengkapi dengan karunia untuk menikmatinya.
Kita tidak bergantung pada kemampuan kita, tetapi fokus dan bergantung pada kemampuan-Nya. Kalau Tuhan di pihakku, siapa dapat melawan aku?
It’s all about God and not me.
Ini pewahyuan yang sangat membebaskan dan membuat saya jadi berani serta pede.
Bagaimana dengan Anda?
I am a little pencil in God’s hands. He does the thinking. He does the writing. He does everything and sometimes it is really hard because it is a broken pencil and He has to sharpen it a little more. – Mother Teresa
Saya adalah pensil kecil di tangan Tuhan. Dia yang berpikir. Dia yang menulis. Dia yang melakukan segalanya dan terkadang sangat sulit karena pensil itu patah sehingga Dia harus menajamkannya sedikit lagi. – Bunda Teresa
YennyIndra
TANGKI AIR ANTI VIRUS & PIPA PVC
MPOIN PLUS & PIPAKU
PRODUK TERBAIK
PEDULI KESEHATAN