Coach ‘Kaki’ & MB-Gen
Seruput Kopi Cantik
Yenny Indra
Coach ‘Kaki’ & MB-Gen
Travelling dengan berjalan kaki karena yang dinikmati justru saat-saat dalam perjalanannya…
Wow… Menarik sekali!
Itulah P. Herman Wenas, teman baru saya.
Kisah perjalanannya dengan berjalan kaki, memecahkan rekor MURI untuk berjalan kaki sejauh 10.000 km dalam waktu 33 hari. Tercatat pula dalam Guinness Book of World Record. Diliput TV baik dalam mau pun luar negeri. Membuatnya terkenal di seantero dunia. Diwawancara di acara Kick Andy, tentu saja.
Langka sich!
Berbeda sekali dengan saya, suka travelling tetapi tujuannya mencari tempat-tempat cantik dan unik, lalu foto-foto di sana. Ditulis menjadi artikel dan di post supaya facebook serta instagramnya ada isinya…
Beliau berkeliling dunia dengan membawa visi ingin mengentaskan generasi muda. Keinginannya terinspirasi saat ayahnya meninggal pada th 2007. Ada orang-orang yang jauh-jauh datang untuk memberikan penghormatan terakhir serta mengungkapkan rasa terimakasihnya karena sudah disekolahkan.
Disitulah P. Herman menyadari, itulah kekayaan orangtuanya. Maka beliau memiliki pemahaman baru, bahwa kekayaan seseorang tidak diukur dari seberapa banyak yang dikumpulkan, melainkan dari seberapa banyak yang dibagi. Karena ketika seseorang sedang mengumpulkan, artinya dia masih merasa kurang sehingga dia harus mengumpulkan.
Sebaliknya ketika seseorang berbagi, artinya ada keyakinan bahwa ada yang akan mencukupi kebutuhannya atau memberi berkat, dari Tuhan tentunya.
Ibunya yang telah berusia 70 tahun lebih, ditengah pandemi, tetap menjadi Kepala Sekolah bahkan mendirikan sekolah SD yang baru.
Ingatan pun melayang pada quotes apik ini:
“Success isn’t about how much money you make, it’s about the difference you make in people’s lives – Sukses bukanlah tentang seberapa banyak uang yang Anda hasilkan, tetapi seberapa banyak perbedaan yang Anda buat dalam kehidupan orang lain”, ujar Michelle Obama.
Teladan hidup orangtuanya memotivasi P. Herman untuk menjalani kehidupan yang sama: menjadi teladan bagi anak-anak dan generasi muda lainnya.
MB-Gen ( Melangkah Bersama Generasi), sebuah organisasi non-profit didirikannya pada tahun 2003 untuk merealisasikan mimpinya.
MB-Gen memberi kesempatan kepada anak-anak muda untuk sekolah dan magang bekerja di Taiwan serta beberapa negara lainnya.
Anak-anak muda ini diberi pembekalan ketrampilan serta pendidikan karakter. Lalu dipersiapkan menjadi entrepreneur di masa depan.
Yang membuat saya tertarik sekali adalah alasan mengapa P. Herman terpanggil dalam pelayanan tersebut. Kalau ditarik ke belakang, MB-Gen sesungguhnya dimulai th 1987 saat P. Herman masih kuliah dan terinspirasi dari cuplikan sebuah buku fiksi perang.
Suatu ketika beliau membaca buku yang dipinjamnya dari perpustakaan sekolah.
Sang tokoh berkata,
“I am a man that God created and I am going to prove to my family and my country that I am someone they can be proud of”
“Saya seorang manusia ciptaan Tuhan dan saya akan membuktikan kepada keluarga mau pun negara saya bahwa saya adalah seseorang yang bisa mereka banggakan”
Tuhan membangkitkan keinginan dalam diri P. Herman untuk membuktikan pula pada keluarga dan negaranya bahwa beliau sosok pribadi yang bisa dibanggakan.
“Kalau saya diciptakan Tuhan, berarti hidup saya ini ada tujuannya. Pada saat itu saya berpikir, jika seorang maestro membuat karya musik seperti Bethoven atau Van Gogh dengan lukisannya, pada saat mereka menciptakan karyanya, perlu proses yang sulit dan panjang. Namun mereka fokus pada mahakarya tsb., sehingga saat mahakarya itu selesai, meski sang pencipta sudah tiada, setiap karyanya dimainkan, atau lukisan itu dinikmati bahkan meski hanya repro-nya, orang yang menikmati musik atau lukisan itu, akan mengenang Bethoven atau Van Gogh” jelas P. Herman.
Dengan cara serupa, saya terinspirasi oleh buku karya Bob Buford yang berjudul ‘Finishing Well’, yang mengubah cara saya menjalani kehidupan.
Bob Buford menjelaskan, hidup manusia dibagi menjadi 2 tahap.
Tahap pertama, saat kita sibuk bekerja dan berkarya untuk menghidupi keluarga. Hidup untuk diri sendiri, simplenya demikian.
Tahap ke dua, ketika kita membagikan hidup kita kepada masyarakat. Membangun warisan yang abadi. Mengembalikan apa yang kita miliki dan kemampuan kita demi membangun kehidupan orang lain menjadi lebih baik, sebagai persembahan kita kepada Tuhan
Yang menarik, Bob Buford menegaskan tidak ada istilah pensiun dalam kehidupan kita. Selama kita masih bernafas, artinya masih ada tugas yang Tuhan berikan kepada kita.
Wow….
Cuplikan sebuah buku menginspirasi, pada akhirnya mengubah arah hidup P. Herman Wenas.
Hhmm….
Itulah sebabnya saya juga suka menulis, karena melalui tulisan, saya bisa mewarnai kehidupan banyak orang menjadi lebih baik, dengan mengingatkan mereka bahwa kita memiliki Allah yang Maha-baik.
Tuhan sudah mengaruniakan talenta menulis dan saya tidak ingin menyia-nyiakannya. Saya ingin pulang ke surga dalam keadaan kosong, karena sudah memanfaatkan semua talenta yang Tuhan karuniakan, serta menggenapi tujuan Tuhan saat menciptakan saya.
Bagaimana dengan Anda?
Thankfulness depends on what is in your heart, not what is in your hand-Dennis De Haan.
Rasa syukur tergantung pada apa yang ada di hati Anda, bukan pada apa yang ada di tangan Anda -Dennis De Haan.
YennyIndra
TANGKI AIR ANTI VIRUS & PIPA PVC
MPOIN PLUS & PIPAKU
PRODUK TERBAIK-
PEDULI KESEHATAN