Verbal Abuse? Bagaimana Solusinya?
Seruput Kopi Cantik
Yenny Indra
Verbal Abuse? Bagaimana Solusinya?
“Bu Yenny suami saya kerap melecehkan saya bahkan di depan orang lain. Sungguh sangat menyakitkan. Apa yang harus saya lakukan bu?”
“Mertua dan ipar-ipar saya mencampuri urusan keluarga kami. Mereka merendahkan saya, terutama karena perbedaan latar belakang ekonomi kami yang mencolok.”
Saya minta waktu berdoa dan tanya Tuhan dulu, sebelum menjawabnya. Saya tidak ingin hanya menghibur basa-basi. Dan saya bukan konselor pernikahan. Meski sudah menikah 35 tahun tetapi lamanya waktu pernikahan, tidak menjamin seseorang menjadi expert. Saya pun merenung dan menanti jawaban Tuhan.
Menyerahkan permasalahan pada Tuhan, itu yang pertama. Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, kata Tuhan.
Lalu bagaimana?
Menunda respon. Jangan membalas kata-kata menyakitkan seketika. Tunggu suasana dingin dan emosi mereda, baru dipikirkan, perlukah dijawab?
Atau biarkan Tuhan yang menunjukkan kebenarannya?
Tergantung permasalahannya dan kalau ingin menjelaskan, perlu hikmat Tuhan: kapan dan bagaimana caranya.
Pembalasan adalah hak-Ku, kata Tuhan, aku akan memunculkan kebenaranmu seperti terang dan hakmu seperti siang.
Barry Bennett menjelaskan perbedaan antara pasrah yang putus asa dengan berserah, pasrah tetapi aktif mencari Tuhan. Agar setiap langkah kita benar-benar dipimpin oleh Tuhan.
Berserah adalah merasakan damai sejahtera Allah dalam situasi apa pun.
Ketika diperlakukan tidak adil, bisa tetap sabar, bukan dengan menekan kemarahan tetapi ada kesabaran supranatural dari Allah. Bahkan bisa mengambil jarak antara kita dengan masalah yang dihadapi.
“Sing waras ngalah.. Tuhan yang akan berperang membelaku.”
Dalam keadaan tertekan, hati-hati dengan self-talk kita. Apa yang kita katakan pada diri sendiri, terpancar melalui bahasa tubuh kita. Kalau mengasihani diri sendiri, merasa jadi korban, orang-orang di sekitar kita merasakannya.
Orang bijak berkata, orang lain berani menginjak-injak kita, karena sesungguhnya kita yang ‘mengijinkannya’ melalui apa yang kita katakan kepada diri kita sendiri. Melalui apa yang terpancar dari bahasa tubuh kita.
Yusuf meski pun posisinya sebagai budak dan narapidana, karena melekat pada Tuhan, apa pun yang dikerjakannya berhasil. Bersinar. Outstanding. Orang lain menghormati Yusuf. Bahkan Potifar dan kepala penjara, menyerahkan kunci dan memberi kepercayaan penuh kepadanya. Tentunya, meski kegiatan fisiknya dibatasi, self-talk Yusuf positif. Berserah yang aktif.
Pengaruh, hikmat dan wibawanya nampak nyata.
Suatu ketika raja mendapatkan masalah dan hanya Yusuf yang bisa menemukan solusinya.
Dalam sekejap Yusuf diangkat menjadi orang ke 2 yang paling berkuasa di Mesir setelah raja.
Musa saat bersama dengan Tuhan di Gunung Sinai 40 hari 40 malam, wajahnya bersinar dipenuhi kemuliaan Allah. Orang disekitarnya bisa melihat dan merasakannya.
Demikian pula dengan kita. Ketika kita melekat pada Tuhan, hidup kita berbeda.
Ibarat Caffe Latte, kata sahabat saya Andreas Hartanto, kopi dan susunya tidak terpisahkan. Kita di dalam Tuhan dan Tuhan di dalam kita. Perkataan yang keluar dari mulut kita adalah perkataan Allah. Perkataan Allah itu roh dan hidup. Penuh kuasa. Aura kita pun berbeda. Bahasa tubuh kita mencerminkan wibawa Allah. Orang ga berani sembarangan. Segan. Karena apa yang ada di dalam hati akan meluap keluar.
Dari pengalaman saya pribadi, semakin mendekatkan diri kepada Tuhan, hidup jadi jauh lebih baik. Dipertemukan dengan orang-orang baik. Banyak kebetulan-kebetulan yang baik terjadi. Banyak hal yang sesungguhnya saya tidak mengerti, di bidang tertentu, tapi entah bagaimana, Tuhan menuntun sehingga bisa menemukan jalannya. Dan itu membuat orang-orang di sekeliling, lebih menghargai dan menghormati.
Kita jadi lebih dibutuhkan.
Umur panjang ada di tangan kanannya, di tangan kirinya, kekayaan dan kehormatan, demikian janji Tuhan bagi anak-anak-Nya. Dan itu terbukti.
Verbal abuse memang menyakitkan. Saya paham. Daripada mengasihani diri sendiri, nrimo yang pasif, bagaimana jika saya mengusulkan untuk berserah kepada Tuhan dan aktif ‘berperang’ dengan cara Tuhan?
Renungkan firman-Nya. Caranya? Dengan aktif memikirkannya dan aktif pula bercakap-cakap dengan Tuhan. Deklarasi janji-Nya. Ketika fokus pada Tuhan, kita makin mudah mendengar tuntunan-Nya.
Saat suami, mertua, ipar melihat bahwa ada wibawa Tuhan terpancar dari dalam diri kita, hikmat yang luar biasa dari Tuhan, tentunya mereka akan berubah juga dalam memperlakukan kita.
Saya selalu percaya, perubahan dimulai dari dalam. Ketika apa yang ada di dalam kita berubah, maka dunia di sekeliling kita juga berubah.
Bagaimana pendapat Anda?
The LORD shall fight for you, and ye shall hold your peace.
TUHAN akan berperang untuk kamu, dan kamu akan diam saja.
YennyIndra
TANGKI AIR *ANTI VIRUS* & PIPA PVC
MPOIN PLUS & PIPAKU
PRODUK TERBAIK
PEDULI KESEHATAN
#SeruputKopiCantik
#yennyindra
#InspirasiTuhan #MotivasiKebaikan
#mengenalTuhan #FirmanTuhan