“Pohon Yang Mana?”
“Pohon Yang Mana?”
Dampak dari Pohon Pengetahuan Baik dan Jahat, belum sepenuhnya dipahami oleh sebagian besar orang.
Pada mulanya, Adam dan Hawa diciptakan untuk berjalan dan berbicara dengan Tuhan, belajar dari-Nya, dan menikmati Pohon Kehidupan, -pilihan mereka justru mempercayai kata-kata ular dan makan buah pohon pengetahuan yang baik dan jahat -, sehingga mengubah setiap aspek kehidupan di planet ini.
Bahkan orang Kristen yang sudah lahir baru pun jarang mengerti, perbedaan antara hidup dengan pendekatan dari sudut pandang baik dan jahat, dengan pendekatan hidup dari sudut pandang Kehidupan (Yesus).
Sebagian besar pembaca Alkitab dan banyak pemikiran teologis, memulainya dari Pohon Pengetahuan Baik dan Jahat.
Bagaimana kita bisa mengidentifikasi hal ini?
Mari kita kembali dan melihat akibat yang dihasilkan karena dosa-dosa Adam.
Maka terbukalah mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka telanjang; lalu mereka menyemat daun pohon ara dan membuat cawat. Kejadian 3:7 (TB)
1. Mata mereka menjadi “terbuka” terhadap dimensi alami tetapi justru tertutup terhadap dimensi spiritual,- kemampuan yang dimiliki sejak awal mereka diciptakan.
2. Mereka menjadi sadar diri.
Kesadaran diri atau egoisme menjadi fokus kehidupan manusia sejak saat itu. Manusia tidak lagi berfokus pada Tuhan. Para Pria dan wanita sekarang berfokus pada kekurangan mereka dan kekurangan orang lain.
3. Mereka dengan segera berusaha melakukan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhannya.
Inilah tempat lahirnya agama. Upaya manusia untuk berurusan dengan kesadaran diri dan kebutuhan untuk mengerjakan “berbagai pekerjaan”.
Ketika mereka mendengar bunyi langkah TUHAN Allah, yang berjalan-jalan dalam taman itu pada waktu hari sejuk, bersembunyilah manusia dan isterinya itu terhadap TUHAN Allah di antara pohon-pohonan dalam taman. Kejadian 3:8 (TB)
4. Suara Tuhan yang seharusnya membawa kedamaian dan sukacita, sekarang justru menimbulkan ketakutan. Inilah penyebab dasar, demikian banyak penafsiran Alkitab. Banyak sekali yang mendekati Tuhan dari posisi ketakutan dan kebutuhan untuk “melakukan sesuatu” agar membuat-Nya senang. Jika tidak, pasti Dia marah pada manusia. Ketakutan, dan bukannya iman adalah kondisi yang dialami manusia sejak peristiwa di Taman Eden. Ketakutan dan kesadaran diri, menjadi pendorong yang kuat di balik banyaknya agama dan penafsiran Alkitab.
Ia menjawab: “Ketika aku mendengar, bahwa Engkau ada dalam taman ini, aku menjadi takut, karena aku telanjang; sebab itu aku bersembunyi.” Kejadian 3:10 (TB)
5. Perasaan bersalah Adam telah mengusir dan menjauhkannya dari Allah. Tuhan tidak berubah. Tetapi Adamlah yang berubah.
Manusia itu menjawab: “Perempuan yang Kautempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan.”
Kejadian 3:12 (TB)
6. Adam sekarang siap untuk menangkis rasa bersalahnya.
“Itu kesalahan wanita di sisiku.” Sifat alamiah manusia yang sudah jatuh dalam dosa, selalu mencari orang lain untuk disalahkan. Lalu Adam memutuskan untuk menyalahkan Tuhan-nya. “Engkau yang memberikan wanita itu kepadaku.”
Sekarang kita mulai memahami teologi modern.
Keyakinan-keyakinan yang menyalahkan Tuhan, datang dari Pohon Pengetahuan tentang yang Baik dan yang Jahat.
Semua ini muncul karena kurangnya pengetahuan. Terjadi karena ketakutan. Timbullah pendekatan yang menjadikan Allah sebagai Pribadi yang bertanggung jawab, walau pun Adamlah sumber masalah sesungguhnya.
Tuhan memberikan bumi kepada manusia (Mzm. 115: 16, Mzm. 8: 4-6, Kej. 1: 26-28), tetapi dosa Adam yang membuatnya mencari seseorang untuk disalahkan. Siapa yang lebih baik disalahkan, selain daripada Tuhan?
Lebih lanjut lagi baca: Mengapa Kita Menyalahkan Tuhan?
[Repost ; “Which Tree?” – Barry Bennett, Diterjemahkan oleh Yenny Indra, Design oleh Denny Christian].