QUE SERA…SERA…
Que Sera Sera… Whatever will be… Will be… Demikian lirik lagu lawas yang terkenal. Banyak orang yang hidup dengan falsafah Que Sera Sera… Terserah hidup ini membawa ke mana……yang akan terjadi..terjadilah.
.
Benarkah ini falsafah yang baik?
.
Kelihatannya baik, kita ‘nrima’ – pasrah, berserah- namun satu hal yang kita lupa bahwa manusia diciptakan Tuhan melebihi makhluk lain karena kita punya kemampuan berpikir dan memilih. Kita bisa memilih dan mengusahakan masa depan yang penuh harapan. Kalau hidup kita gagal, itu karena kita memilih untuk gagal. Demikian juga jika kita sukses, itu karena kita memilih untuk sukses. Tuhan memberi kita kebebasan, jangan pernah menyalahkan orang lain. Bahkan Tuhan sudah berkata, “mulai dari sekarang apapun juga yang mereka rencanakan, tidak ada yang tidak akan dapat terlaksana”, apa pun yang diinginkan manusia bisa dicapai.
.
Ada teman yang tidak berani mengambil keputusan untuk memilih A atau B karena takut resikonya. Setiap pilihan pasti memiliki keuntungan dan kerugiannya masing-masing. Kita bisa menimbang-nimbang pilihan mana yang lebih baik, mana yang lebih menguntungkan bagi kita dan yang mana yang berani serta mampu kita jalani. Dengan berani mengambil keputusan artinya kita berani menentukan masa depan dan kita sudah memperhitungkan resiko yang harus kita hadapi. Kita bisa menyiapkan diri untuk meminimalkan kerugian yang diakibatkannya.
.
Sebaliknya, jika kita tidak berani mengambil keputusan, tanpa kita sadari orang lain atau keadaan yang akan mengambil keputusan untuk kita. Padahal nantinya kita juga yang harus menanggung resikonya.
.
.
Seorang teman menemukan benjolan kecil di tubuhnya. Saat itu dia memiliki pilihan untuk memeriksakan benjolan itu. Jika ternyata memang kanker, dia punya pilihan untuk mengobati dini. Kalau memang perlu dioperasi, dia bisa memilih di operasi. Jika dia tidak mau, maka dia bisa memilih alternatif lain yang tersedia. Intinya, pilihan ada di tangannya. Dia yang punya hak untuk menentukan pilihan dan masa depannya.
.
Teman ini takut ke dokter. Takut ketahuan penyakitnya. Jadi dia mendiamkan saja, dengan prinsip que sera sera… Dianggap tidak ada penyakit apa-apa. Setelah lewat bertahun-tahun, akhirnya dia tidak dapat membohongi diri lagi. Dia tidak tahan kesakitan. Saat ini keadaan memaksanya, mau tidak mau dia harus ke dokter. Ternyata kankernya sudah stadium 4 ke 5 dan tidak ada yang bisa dilakukan lagi. Tidak banyak lagi pilihan yang tersedia. Keadaan yang akhirnya memutuskan untuk dia. Bukan lagi dia yang menentukan pilihannya.
.
“Biarlah saya hidup seperti air mengalir…”, demikian ungkapan beberapa orang. Falsafah yang menarik namun kita sering lupa, air selalu mengalir ke tempat yang lebih rendah.
Jadi jika ingin maju dan sukses: ambillah keputusan untuk sukses. Hadapi resiko yang ada.
Hidup adalah pilihan!
.
OLEH: YENNY INDRA
.
Photo: http://hirokache.deviantart.com/art/Que-Sera-Sera-123744686
http://iseeahappyface.com/face-your-problems-dont-facebook-them
http://guidebookfordysfunctional.blogspot.com/2011/09/past-should-rest-in-peace.html
.