Articles, Christianity

WHY ME????

.

Sebuah email teman lama muncul di inbox saya. Dia mengabarkan bahwa anaknya yang ke dua baru lahir dan didiagnosa dokter mengidap Down Syndrome. Sahabat ini dan suaminya pasangan yang sungguh-sungguh cinta Tuhan. Saat hamil, dokter sudah menyarankan untuk test apakah janinnya dalam keadaan sehat? Sudah menjadi kebiasaan di negaranya untuk mengambil test ini. Jika janin kurang bagus maka dokter akan mengaborsinya. Suami dan ibu mertuanya yang juga seorang dokter, menolak test ini karena bertentangan dengan iman Kristen. Apalagi kemungkinan anak sahabat ini terkena down syndrome hanya 1 dibanding 100.000.

Ternyata anaknya betul-betul lahir dengan kondisi Down Syndrome. Mengapa Tuhan mengijinkan ini terjadi? Anak ini akan menjadi beban sepanjang hidupnya. Dia pun merasa bersalah pada putri sulungnya yang harus merawat adiknya yang cacat setelah mereka meninggal nanti. Sahabat ini marah kepada Tuhan, marah kepada suami dan ibu mertuanya yang menyarankan untuk tidak mengambil test, dia marah kepada nasibnya. Dia tidak berani ke gereja, tidak mau keluar rumah karena takut dengan pertanyaan orang tentang anaknya.

Why me?

.

.

Sungguh sulit menjawab pertanyaan-pertanyaan semacam ini. Ada orang-orang yang ketika berdoa lalu mendapat mujijat kesembuhan. Sembuh total dan hidup normal. Namun dalam kenyataan hidup, tidak sedikit teman-teman yang mengidap kanker atau penyakit berat lainnya, yang tetap meninggal dan tidak mendapat pemulihan total.

.

Seperti biasa, saat saya bertanya maka Tuhan akan menjawab pergumulan saya. Tidak melalui cara-cara supranatural namun dengan menarik perhatian saya pada buku yang ditulis oleh Joni Eareckson Tada, seorang gadis muda yang mengalami Quadriplegia alias kelumpuhan total pada tubuhnya. Joni tidak pernah disembuhkan dari sakitnya, seumur hidupnya harus tergantung pada kursi roda. Namun dia bertumbuh luar biasa baik secara jasmani maupun rohani. Joni bisa ‘mandiri’ pada batas tertentu dan pemahamannya akan kehendak Allah, pergumulan dan pertumbuhan rohaninya hingga dia memperoleh hikmat yang luar biasa berharga telah memberkati orang-orang di seluruh dunia. Kesaksian hidupnya telah mendorong semangat banyak orang yang juga menderita untuk menyongsong masa depan dengan pandangan yang positif.

.

.

Selama ini jika saya membaca kitab Ayub maka yang paling saya hafal adalah akhir Kitab Ayub. Ayub diberkati dengan harta dua kali lipat banyaknya daripada hartanya yang hilang dahulu, dan Ayub dikaruniai 3 orang anak perempuan yang paling cantik di seluruh negeri. Selebihnya, nol. Namun saat membaca uraian buku Joni, saya mengerti kebenaran Kitab Ayub dengan cara yang baru. Ayub begitu jujur, apa adanya mengungkapkan kemarahan dan pertanyaannya kepada Tuhan tentang apa yang menimpanya. Perhatikan ayat-ayat di bawah ini:

Mengapa aku tidak mati dalam rahim ibu, atau putus nyawa pada saat kelahiranku?

Mengapa aku dipeluk ibuku dan dipangkunya, serta disusuinya pada buah dadanya?

Sekiranya pada saat itu aku berpulang (mati), maka aku tidur dan mengaso dengan tenang.

.

Ternyata melalui sakit yang dideritanya, Joni belajar tentang kebenaran Firman Tuhan secara mendalam sehingga menimbulkan keberanian untuk terbuka kepada Allah, seperti halnya Ayub, dan itulah awal dari penerimaan akan keadaannya. Seorang teman yang pernah hampir mati memberikan saran, saat berada pada puncak kesakitan, berserahlah kepada Tuhan. Semakin melawan, sakitnya akan semakin menyengat. Namun saat berserah, rasa sakit itu secara berangsur-angsur kian berkurang. Kuncinya: saat kita menyerahkan segala masalah kita ke tangan Tuhan dengan hati yang pasrah, itulah saat pemulihan terjadi. Selain itu Joni mengajarkan bahwa Tuhan itu senantiasa menyertai kita dan kasih karunia Allah senantiasa tersedia bagi kita. Kalimat-kalimat yang nampak klise bagi orang yang sehat dan normal namun saat menghayati keadaan seseorang yang cacat seperti itu maka hal-hal kecil yang terasa biasa bagi kita yang normal, menjadi anugerah yang luar biasa. Pelajaran tentang kesabaran, pengharapan dan penantian. Kita dicelikkan betapa Allah itu peduli dan penuh kasih.

.

.

Hikmat dari buku Joni, saya sharingkan. Sahabat saya merasa lebih baik. Saya menyarankan agar melakukan upaya terbaik yang bisa dilakukan untuk menolong anaknya, dan di sisi lain dia tetap minta Tuhan untuk memulihkan anaknya. Tetap harapkan mujijat. Tuhan itu senantiasa memahami kebutuhan anak-anakNya. Dia memahami batas ketahanan kita. Dia tidak pernah terlambat. Secara tak terduga, Tuhan mempertemukan sahabat saya dengan seorang wanita yang memiliki anak yang bisu tuli saat lahir, namun dengan berjalannya waktu, doanya dikabulkan Tuhan. Anaknya dipulihkan total. Sahabat saya mulai menyadari bahwa sesungguhnya Tuhan tengah mendidik dia dan keluarganya agar bertumbuh lebih dewasa rohani. Dalam email terakhir, dia bercerita bahwa dia sungguh-sungguh mencintai anaknya, terlebih saat anaknya tersenyum kepadanya. Situasi berubah dan harapan kesembuhan terbuka satu demi satu ketika dia berserah kepada Tuhan dan menerima keadaannya.

.

Apakah ada jaminan bahwa anak sahabat saya akan dipulihkan? Tentu tidak. Tuhan berdaulat! Namun satu hal yang harus kita pegang, apa pun yang terjadi, itulah yang terbaik yang Tuhan sediakan bagi kita. Justru dalam kelemahan kitalah, kuasa dan kasih karunia Tuhan menjadi nyata.

.

Saya ingin menutup artikel ini dengan kisah yang sangat menyentuh hati, ditulis oleh Ace Collins tentang sahabatnya, Nancy, dari buku “Women of Extraordinary Faith” :

.

Nancy seorang gadis muda yang berbakat, mahasiswi yang pandai, pemain softball yang selalu bermain untuk menang. Sesungguhnya Nancy tidak lebih berbakat dibandingkan orang lain, namun ia lebih bernyali dan lebih bersemangat. Dia seorang yang pantang menyerah. Dia seorang pemenang. Tidak hanya itu, Nancy senantiasa membuat semua orang merasa istimewa dan mengilhami orang-orang di sekitarnya untuk hidup lebih baik. Ace dan Nancy bersama-sama saat mereka kuliah di Universitas Baylor, di Waco, Texas. Ace berkomentar, jika Norman Vincent Peale membutuhkan seorang wanita untuk menggambarkan kuasa berpikir positif, maka Nancy-lah orangnya! Nancy percaya Tuhan bersamanya. Ia melihat bahwa setiap ujian dalam hidupnya adalah kesempatan untuk membuktikan penyertaan Tuhan dan kasih karuniaNya.

.

Setelah lulus, Nancy mengajar anak-anak dan dia yakin bahwa itulah rencana Tuhan bagi hidupnya. Beberapa tahun kemudian, Nancy didiagnosa mengidap kanker. Dia pun bergumul melawan kanker dengan berbagai terapi hingga keadaannya membaik. Nancy tetap bersemangat dan kanker tidak berhasil mengalahkannya. Tujuh tahun kemudian, Nancy kembali di diagnosa menderita tumor ganas sehingga ginjal yang terinfeksi diambil. Namun apa pun keadaannya, Nancy tetap mengajar anak-anak. Suatu saat dia pernah berkata,”Aku ingin semua orang dapat melihat Allah, sedikit saja, dalam diriku.”

.

Nancy hanya bisa mengajar beberapa bulan, sebelum menerima berita buruk lainnya. Radiasi yang menghentikan kanker telah merusak sebagian organ tubuhnya. Ia perlu lebih banyak operasi. Melihat keadaan Nancy yang kian buruk, Ace merasa imannya goyah. Mengapa Tuhan mengijinkan hal ini terjadi pada Nancy? Mengapa dia harus menderita, bukankah dia sangat mencintai Tuhan? Suatu hari Ace bertanya kepada Nancy, apakah dia pernah bertanya kepada Tuhan ,”Mengapa aku, Tuhan?” Jawabnya sangat sederhana. Nancy berkata,”Aku biasa menanyakan hal itu, tetapi kemudian aku melihat kondisiku dan bertanya,’Mengapa bukan aku?’ Jika tidak terjadi padaku, ini bisa terjadi pada orang yang kukasihi. Aku tidak ingin siapa pun yang kukenal mengalaminya. Tuhan menguatkan aku, maka aku akan menanggungnya. Aku akan berjuang melawannya. Dan aku akan mengalahkannya.”

.

.

Akhirnya, Nancy meninggal pada usianya yang ke 33. Sebelum meninggal, Nancy membagikan kata-kata ini kepada mahasiswa yang berjuang melawan kanker: “Manfaatkan semua hal yang diberikan kanker kepadamu. Kanker memberimu kesempatan untuk menantang dirimu dan menemukan batas kekuatan dan imanmu. Kamu akan mempunyai kesempatan untuk berusaha memahami sekelompok orang yang hidupnya dipenuhi dengan trauma dan kesedihan. Kamu dapat membagikan kegembiraan serta harapan kepada mereka dengan membagikan iman kristenmu. Ingatlah, kamu dapat memikul beban yang diberikan kepadamu, dan dengan melakukannya, kamu akan membantu orang lain memikul beban mereka. Kamu ditempatkan untuk menjadi inspirasi. Ambillah tanggungjawab ini dan berikan semua yang kamu bisa. Jika kamu melakukannya, kamu akan menang!”

.

Ketika buku ini ditulis, Nancy telah meninggal 20 tahun yang lalu. Namun orang-orang yang pernah mengenalnya, tidak pernah melupakannya. Umumnya, mereka tidak membahas peristiwa dalam hidupnya. Mereka membahas semangatnya dan bagaimana semangatnya lebih hidup setiap hari. Hidup Nancy menjadi berkat dan inspirasi bagi orang-orang di sekelilingnya. Nancy percaya bahwa semua orang bisa menyentuh setiap momen kehidupan dengan cara yang baik atau buruk. Ia memilih cara yang baik.

Bagaimana dengan kita?

.

Oleh: YennyIndra

.

Yenny Indra Visit Website
Traveller, Family Growth Inspirator, Seruput Kopi Cantik YennyIndra, Co Founder of PIPAKU & MPOIN FB: Pipaku Mpoin www.mpoin.com FB: Yenny Indra www.yennyindra.com Email: yennyindra09@gmail.com
Related Posts
Ingin Dihargai? Ini Rahasianya Hidup Utuh- Whole Life!
“Dari Manakah Asalnya Kehidupan?”
Pelajaran Sederhana Dari Kehidupan Sehari-hari.

Leave Your Comment