Toxic People – Dengan Kasih & Disiplin, Tetapkan Boundaries & Strategi!
Seruput Kopi Cantik
Yenny Indra
Toxic People – Dengan Kasih & Disiplin, Tetapkan Boundaries & Strategi!
Walk away from people who put you down.
Walk away from fights that will never be solved.
Walk away from trying to please people who will never see your worth.
The more you walk away from things that poison your soul, the healthier you will be ….
Menjauhlah dari orang-orang yang
merendahkan Anda.
Menjauhlah dari perkelahian yang tidak pernah terselesaikan.
Menjauhlah dan jangan mencoba *menyenangkan* orang-orang yang tidak bisa melihat nilai Anda.
Semakin Anda menjauh dari hal-hal yang meracuni jiwa Anda, semakin sehat diri Anda….
Ada toxic-people alias ‘orang yang beracun’, yang memberikan dampak buruk terhadap orang lain, terutama secara psikis.
Ke mana pun dia pergi, senantiasa menimbulkan perpecahan, membuat orang-orang tidak nyaman dan pandai sekali memanfaatkan kesempatan untuk keuntungan dirinya sendiri.
Pintar mengambil kesempatan untuk menonjolkan diri, dibalut sedemikian rupa agar kelihatan rohani. Sumbangan tentu berdatangan dari berbagai arah.
Di sisi lain, dengan strateginya, dia bisa membuat orang merasa bersalah, memposisikan diri sebagai korban, dan ‘memaksa’ orang lain harus ‘menolong’ membantunya.
Klo tidak, seolah orang lain tidak rohani…karena kurang mengasihi dia, kurang support dsb.
Diiiieeeennnkkkk…..
Banyak teman-teman yang terpengaruh, memandang permasalahan terlalu dekat, jadi ibarat terlalu dekat dengan lampu, pandangan jadi blur…..
Tidak jelas mana yang benar dan mana yang salah…
Dimanfaatkan pun tidak sadar….
Tentu kita diajar mengasihi semua orang. Seburuk apa pun seseorang, manusia itu bisa berubah.
Mengasihi dan bersedia dimanfaatkan adalah 2 hal yang berbeda.
Tuhan mengajarkan agar “Cerdik seperti Ular dan Tulus seperti Merpati.”
Terhadap Toxic People, tentu tetap mengasihi dan mendoakannya, agar oneday dia bisa berubah. Tetapi tidak perlu mengorbankan diri, hidup kita jadi terpengaruh oleh drama yang memang menjadi style hidupnya.
Hidup kita jadi ikutan mengharubiru gara-gara drama ciptaannya!
Ada orang-orang yang lebih bijak, jika dikasihi dari kejauhan.
Warren Buffett mengajarkan, “You can’t make a good deal with bad person” – Anda tidak bisa membuat kesepakatan yang baik dengan orang yang tidak baik “.
Apa gunanya kita berdoa dan mempelajari firman Tuhan?
Agar memperoleh hikmat – wisdom, bagaimana caranya meresponi dan menyelesaikan masalah kehidupan. Roh Kudus akan memberikan pewahyuan-Nya saat kita memprioritaskan dan bersedia mengikuti jalan-jalan-Nya.
Alkisah ada seorang mempunyai dua anak laki-laki.
Kata yang bungsu kepada ayahnya: Bapa, berikanlah kepadaku bagian harta milik kita yang menjadi hakku. Lalu ayahnya membagi-bagikan harta kekayaan itu di antara mereka.
Beberapa hari kemudian anak bungsu itu menjual seluruh bagiannya itu lalu pergi ke negeri yang jauh. Di sana ia memboroskan harta miliknya itu dengan hidup berfoya-foya.
Setelah dihabiskannya semuanya, timbullah bencana kelaparan di dalam negeri itu dan ia pun mulai melarat.
Lalu ia pergi dan bekerja pada seorang majikan di negeri itu. Orang itu menyuruhnya ke ladang untuk menjaga babinya.
Lalu ia ingin mengisi perutnya dengan ampas yang menjadi makanan babi itu, tetapi tidak seorang pun yang memberikannya kepadanya.
Lalu ia menyadari keadaannya, katanya: Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan.
Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa.
Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia.
Kata anak itu kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa.
Tetapi ayah itu berkata kepada hamba-hambanya: Lekaslah bawa ke mari jubah yang terbaik, pakaikanlah itu kepadanya dan kenakanlah cincin pada jarinya dan sepatu pada kakinya.
Dan ambillah anak lembu tambun itu, sembelihlah dia dan marilah kita makan dan bersukacita.
Sebab anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali. Maka mulailah mereka bersukaria.
Apakah sang bapa mengasihi anaknya?
Yess! Bahkan sang bapa tidak mengungkit-ungkit kesalahannya dan tidak mempersoalkan uang yang dihambur-hamburkan oleh si bungsu.
Tidak hanya itu, sang bapa langsung mengadakan pesta menyambut kepulangan anaknya. Diberi jubah kehormatan yang melambangkan pemulihan kehormatan dan martabat.
Diberi pula cincin simbol otoritas dan kedudukan.
Dan sepatu atau sandal melambangkan kebebasan dan status sebagai anak.
Pada masa itu, para budak sering kali tidak mengenakan sepatu, sementara para anak dari keluarga kaya atau orang merdeka memakai sepatu.
Tetapi perhatikan, selama si bungsu pergi, sang bapa tidak sekali pun mencarinya. Beliau menanti kepulangan putranya setiap hari dan mendoakannya sehingga saat si bungsu kembali, sang bapa tahu dan berlari menyambutnya.
Why?
Dalam Bahasa Inggris dikatakan:
“The son came to himself,” He was referring to the deception being removed and the son’s spiritual eyes being opened.
“Anak bungsu itu sampai kepada akhir dari dirinya sendiri,” Dia mengacu pada penipuan atau kebodohannya dihapuskan, alias sadar akan kesalahannya dan mata spiritual anak itu terbuka.
Sebelum si anak sadar akan kesalahannya, semakin dibujuk, semakin dituruti kemauannya, semakin si anak menjadi-jadi, besar kepala dan makin tidak sadar-sadar, akibatnya makin lama dia bertobat.
Demikian pula menghadapi Toxic Person tadi. Lebih baik menjauh dan biarkan orang itu merasakan akibat perbuatannya, cukup didoakan saja. Kita tidak akan pernah mampu mengubah seseorang. Kita hanya bisa memengaruhinya, tergantung apakah dia mau dipengaruhi dengan kebenaran Tuhan yang kita sampaikan.
Jika tidak mau, ya…. sudah biarkan saja.
Toh itu baik juga untuk kita, teman-teman dan organisasi kita. Tidak buang waktu dan energi meladeni pengacau… yang menghambat kita melakukan hal-hal berguna bagi begitu banyak orang-orang yang perlu ditolong.
Kalau suatu saat si Toxic Person sadar akan kesalahannya seperti si anak bungsu dan kembali kepada kita, terima dengan tangan terbuka, dikasihi dan dibimbing agar menjadi pribadi yang lebih baik sesuai kehendak Tuhan: agar kita memuridkannya.
Ketika dia sudah sadar dan bertobat, artinya dia sudah siap untuk diajar dan dimuridkan lagi.
Hidup itu butuh strategi.
Mengasihi itu tidak berarti bersedia diperlakukan semena-mena. Boundaries alias batas-batas harus jelas.
Kasih dan disiplin itu harus seimbang!
Setuju?
Some people are like clouds. When they disappear, it’s a beautiful day.
Beberapa orang seperti awan. Ketika mereka hilang, hari menjadi cerah.
YennyIndra
TANGKI AIR *ANTI VIRUS* & PIPA PVC
MPOIN PLUS & PIPAKU
THE REPUBLIC OF SVARGA
SWEET O’ TREAT
AESTICA INDONESIA – AESTICA ID
PRODUK TERBAIK
PEDULI KESEHATAN
#seruputkopicantik
#yennyindra
#InspirasiTuhan #MotivasiKebaikan
#mengenalTuhan #FirmanTuhan