Articles, Relationship, Self Motivation

Apakah Sikap Kita Mencerminkan Karakter Allah?

Seruput Kopi Cantik
Yenny Indra

Apakah Sikap Kita Mencerminkan Karakter Allah?

Sekian tahun lalu saya mendengar pengajaran Ps. Jeffry Rahmat, yang mengubah sikap saya.

Beliau bercerita, ketika sedang melayani di luar negeri, seorang ibu datang membawa bungkusan besar, ingin menitipkan barang tersebut agar disampaikan kepada kerabatnya di Jakarta.
Sudah menjadi kebiasaan umum, supaya hemat ongkir, orang Indo suka nitip barang.
Tanpa terduga, dengan tegas Ps. Jeffry menolak. Beliau menjelaskan, bagasi yang diijinkan saat ke luar negeri itu terbatas. Beliau harus membelikan barang-barang yang dibutuhkan oleh anak istrinya.

Wow…. keren ini berani bersikap jujur.

“Saya gak ngerti lagi mesti bagaimana, klo barang ini gak bisa dibawa…?”, sang ibu mengeluh.

Tentu saja ibu itu tidak bisa memaksa orang lain untuk menanggung bebannya. Klo memang benar-benar penting, ya paketlah, bayar ongkirnya… jangan lalu menyalahkan yang ga mau dititipi, menuduh ga punya kasih dsb.

Saat ke luar negeri, sejujurnya paling repot klo ada yang titip minta dibelikan ini itu. Betul sich harga barangnya nanti dibayar tapi di negara orang, kita mesti cari-cari tempatnya.
Pernah seorang teman titip beli barang di Eropa. Kami memang sewa mobil jalan sendiri. Ternyata cari parkir pun gak gampang. Putar berkali-kali baru dapat.
Pernah terpikir ga, waktu kami di sana kan terbatas. Sewa hotel, sewa mobil mahal… waktu itu berharga sekali, tentu kami ingin menikmati sebanyak-banyaknya.
Liburan kami biasa tiap hari ganti kota, memang spesial liburan.

Berbeda dengan teman yang stay di satu kota seminggu bahkan sebulan, tinggal di rumah anaknya. Klo yang begini tentu banyak waktu luang. Kami tidak begitu. Ngurusin titipan gak terasa buang waktu setengah hari karena gak sejalur dengan tujuan kami.

That’s why saat anak-anak liburan, tanya mau oleh-oleh apa?
Saya menyarankan, menikmati saja liburannya… mumpung di sana, explore sebanyak-banyaknya. Jangan sibuk mikirin yang gak penting seperti oleh-oleh. Kalian happy, mama senang.

Ada teman-teman yang sekedar basa-basi, selalu berpesan, “Jangan lupa oleh-olehnya ya…”
Gubrrraaakkk…

Mbok ya jadi orang jangan suka minta-minta seperti itu. Merepotkan. Bikin sungkan. Masa enak sich klo dikasi orang karena terpaksa.

Klo rajin menabur, teman-teman justru berlomba memberi karena mengasihi…sampai kita sendiri yang sungkan… gak ingin hutang budi.

Dikasihi banyak orang itu luar biasa…. lebih dari cukup, gak usah kasi barang segala.

Terngiang pesan mama, “Jangan hutang budi…. Hutang budi
itu dibawa mati. Beli sendiri, klo gak mampu, ya gak usah. Nabung dulu.”

“Balas kebaikan orang lain, jangan cuma mau terima saja… orang hidup itu podo-podo (sama-sama), saling berbagi, saling memberi. Bukan cuma barang, tetapi juga kasih, perhatian, pertolongan, kepedulian dan apa yang kita bisa, bantu orang lain. Lakukan dengan tulus, jangan ada maksud tersembunyi. Gusti Allah mboten sare – Tuhan tidak tidur”, sambung mama.

Sahabat yang sudah pindah di luar negeri, saat reuni kerap bawa souvenir. Saya bilang sudah kasi ke teman lain saja karena saya tau persis, berapa pun yang dibawanya, selalu kurang untuk dibagi-bagi. Sampai sahabat ini kerepotan, serba sungkan karena ada yang belum kebagian.

Teman datang dari negeri jauh, yang penting kan bisa ketemuan, berbagi cerita, saling menguatkan. Temu kangen…. bukan ngarepin oleh-oleh. Berbagi kehidupan dan pengalaman, agar hidup teman kita lebih baik, lebih bersemangat untuk ikut Tuhan, karena bertemu dengan kita.
Bukankah itu tujuan kita sebagai duta Allah di dunia ini?
Biarkan orang-orang di sekeliling kita melihat demonstrasi kebaikan Tuhan melalui kehidupan kita. Sehingga mereka menyadari, hhmmm … betapa baiknya Allah…
It’s all about God not us.

Justru kita mikir, apa yang bisa dibawakan bagi mereka? Di luar negeri mereka mesti mengerjakan apa-apa sendiri, berbeda dengan di Indonesia, gak usah masak pun masih bisa beli dengan harga terjangkau.
Seorang teman di Tangerang yang tinggal berdua dengan mamanya bercerita, jauh lebih murah dan bervariasi lauknya jika mereka beli makanan jadi.
Di luar negeri, makan luar tiap hari mahal sekali. Apalagi di Swiss. Tetapi teman di sana bilang, klo masak sendiri murah, masih terjangkau.

Belum lagi masih banyak fasilitas gosend, grabfood, sejasa dan berbagai apps lainnya, untuk bersih-bersih apa saja..dengan harga terjangkau pula.
Hhhmmm pokoknya Indonesia itu the best …. percayalah!
Teman-teman yang stay di luar negeri pun setuju… enak hidup di Indo… Yeaaayyyy….

Saya kerap bawain teman-teman Eropa, abon, serundeng dan makanan kering. Lucunya ada yang suka bikin ketan serundeng untuk acara persekutuan doa di Eropa.
Tinggal bikin ketannya, serundeng sudah ada.
Sederhana dan banyak tersedia di Indo, di Eropa jadi cemilan yang dikangeni…
Sampai difotoin saat mereka kumpul-kumpul plus ketan serundengnya…
Wuih …happy banget.

Kita bahagia saat bisa menjadi berkat bagi orang lain…
Itulah rahasia meraih kebahagiaan!
Percaya ga?
Yuk praktik. Buktikan sendiri….

Love is the only way to grasp another human being in the innermost core of his personality – Victor Frankl.

Kasih adalah satu-satunya cara untuk memahami manusia lain pada inti terdalam dari kepribadiannya – Viktor Frankl.

YennyIndra
TANGKI AIR *ANTI VIRUS* & PIPA PVC
MPOIN PLUS & PIPAKU
THE REPUBLIC OF SVARGA
SWEET O’ TREAT
AESTICA INDONESIA – AESTICA ID
PRODUK TERBAIK
PEDULI KESEHATAN

#seruputkopicantik
#yennyindra
#InspirasiTuhan #MotivasiKebaikan
#mengenalTuhan #FirmanTuhan

Yenny Indra Visit Website
Traveller, Family Growth Inspirator, Seruput Kopi Cantik YennyIndra, Co Founder of PIPAKU & MPOIN FB: Pipaku Mpoin www.mpoin.com FB: Yenny Indra www.yennyindra.com Email: yennyindra09@gmail.com
Related Posts
Makna Apa Yang Anda Sematkan?
“Injil Klise # 3 Tuhan mengizinkan kejahatan.”
Bukti Betapa Berkuasanya Doa… part 2.