Articles

Ini Milik Siapa? Ortu Or Anak?

Seruput Kopi Cantik
Yenny Indra

Ini Milik Siapa? Ortu Or Anak?

Ketika ada seseorang meminta ijin untuk memarkir mobil di halaman rumah milik keluarganya, Steven Dufresne segera menjawab,
“Oh, itu milik ibu saya.”
Ayahnya sudah meninggal.

Nancy Dufresne bercerita, sejak anak-anaknya masih kecil, dia sudah mengajar mereka bahwa rumah itu milik orangtua, baju yang mereka kenakan, makanan yang mereka santap juga milik ortunya. Orangtua yang bekerja dan membelinya. Semua itu milik ortu, jadi mereka diajar berterima kasih, tahu diri dan bersyukur.

Bahkan saat meminta anak-anak membersihkan kamar tidur mereka, Nancy berkata
“Steven, bersihkan kamar saya yang kamu pakai….”

Nancy menjelaskan, saat mereka menyadari itu bukan miliknya, mereka akan lebih hati-hati dalam menjaganya. Memperlakukan secara berbeda.

Tidak umum di telinga kita sebagai orang Asia bukan?

Kita terbiasa mendidik mereka, apa yang kita miliki ya… milik anak-anak.

Sampai ada ucapan yang kerap kita dengar: milik orangtua, itu milik anak-anak. Tetapi milik anak itu bukan milik orangtua.

Diiiieeeennnkkk…….

Tidak heran banyak anak-anak yang bersikap arogan, merasa anak orang kaya.
Nanti dulu, yang kaya itu ortumu. Mereka yang bekerja dan merintis sejak awal dengan susah payah.
Ortu sukses, tidak berarti anak itu sukses.

“Anak harus dididik untuk membuktikan kesuksesan mereka sendiri,” kata Nancy dengan tegas.

Nancy juga menegaskan, dalam hubungan dengan Tuhan pun, anak-anak harus membangun hubungannya secara pribadi. Tidak bisa menumpang pada iman orang tuanya.

Setuju!
Terlalu memanjakan anak tanpa melatih mereka menjadi pribadi yang ulet, mau bekerja keras dan berani menghadapi tantangan, itu justru menghancurkan mereka.

Setelah banyak belajar, saya baru sadar ternyata menjadi ortu itu menjadi pelatih – coach, bukan pelindung anak.

Tidak sedikit pula, anak yang merasa berhak untuk mendapatkan harta milik ortunya.
Apalagi jika dia anak laki-laki.

“Apa hakku sebagai anak laki-laki di keluarga ini?”

Wow…. nanti dulu…
Bukankah hak ini diterima setelah seseorang melakukan kewajibannya?

Senantiasa ada respon sebelum menerima sesuatu. Sadarkah kita?
Bahkan Anugerah Tuhan yang Gratis pun, harus Diresponi dengan Iman. Hanya orang yang beriman, yang bisa menerima keselamatan yang ditawarkan gratis oleh Tuhan.

Warren Buffett orang terkaya ke 3 di dunia, berjanji setelah beliau meninggal, kekayaannya akan kembali ke masyarakat.
Menurutnya, sungguh tidak adil jika anak-anaknya menikmati kekayaannya yang sangat banyak, tanpa bersusah payah.
Tentu anak-anaknya juga mendapat bagian, tetapi tidak semuanya.

Saat saya menonton interview dengan salah satu anak Buffett, dia menyatakan hal yang sama: tidak adil klo dia mendadak kaya hanya karena ‘kebetulan’ lahir sebagai putra Warren Buffett.

Sungguh berbeda dengan budaya Asia. Klo bisa kekayaan jangan sampai habis, meski dimakan 7 turunan. ?

Tidak hanya itu, dalam hubungan lainnya, posisi ortu dan anak kerap tidak jelas.
Tidak sedikit anak-anak yang pindah ke luar negeri, butuh baby sitter tapi tidak mampu bayar
Apa akal?
Mamanya diajak ke luar negeri dan dijadikan baby sitternya.
Ortu Asia terbiasa dididik mesti rela berkorban buat anak.

Lalu kapan sang ibu punya waktu untuk menikmati hidupnya sendiri?

Saat anak-anak kecil, sibuk merawat mereka. Membiayai, mendidik hingga mandiri dan berkeluarga. Saat anak butuh ‘pembantu’, mama lagi yang harus berkorban.
Kultur Asia, itu sesuatu yang seharusnya dilakukan untuk membuktikan cinta ortu pada anak. Jadi mereka menerimanya dengan pasrah. Sebagian memang bersukacita, sisanya sebetulnya keberatan tetapi tabu untuk mengungkapkannya.

Saya sendiri bilang ke anak-anak, jika sekedar bantu jagain tapi ada suster yang mengurus, mama bersedia. Tapi jika mama yang harus full merawat, tidak. Musim hidup saya sudah berbeda. Saya masih punya mimpi yang ingin saya realisasikan, karya yang ingin saya ciptakan dan kehidupan yang saya nikmati. Yang paling mendasar, ada tugas, misi dari Tuhan yang harus saya genapi. Itulah persembahan yang bisa saya bawa saat berjumpa dengan Tuhan di kekekalan.

Sebagai penutup, Nancy Dufresne bercerita, ada anak seorang pengusaha kaya di Amerika yang ditanya oleh wartawan, bagaimana dengan jet pribadi yang dibeli ayahnya? Apa kesan-kesannya?

“Oh, itu milik ayah saya dan bukan milik saya…”

Karena anak-anak pengusaha kaya itu tahu membedakan mana miliknya dan milik ayahnya, ke tiga anak pengusaha itu masing-masing memiliki bisnis sendiri dan sukses.

David Rockefeller Jr.:
“It’s a mistake to think that you can pass wealth along to your children or grandchildren, and that somehow it will be good for them. They have to make their own way.”

“Sungguh sebuah kesalahan ketika berpikir bahwa Anda dapat memberikan kekayaan kepada anak-anak atau cucu Anda, dan entah bagaimana itu bisa berakibat baik bagi mereka. Seharusnya, mereka meraih kesuksesan dengan cara mereka sendiri.”

Contoh yang menginspirasi bukan?

“The price of success is hard work, dedication to the job at hand, and the determination that whether we win or lose, we have applied the best of ourselves to the task at hand.” – Vince Lombardi.

Harga kesuksesan adalah kerja keras, berdedikasi terhadap pekerjaan yang ada, dan tekad entah menang atau kalah, tetapi kita telah mengerjakan yang terbaik yang kita bisa untuk mengerjakan tugas yang ada. – Vince Lombardi.

YennyIndra
TANGKI AIR *ANTI VIRUS* & PIPA PVC
*MPOIN PLUS & PIPAKU*
*THE REPUBLIC OF SVARGA*
*SWEET O’ TREAT*
*AESTICA INDONESIA – AESTICA ID*
PRODUK TERBAIK
PEDULI KESEHATAN

#seruputkopicantik
#yennyindra
#InspirasiTuhan #MotivasiKebaikan
#mengenalTuhan #FirmanTuhan

Yenny Indra Visit Website
Traveller, Family Growth Inspirator, Seruput Kopi Cantik YennyIndra, Co Founder of PIPAKU & MPOIN FB: Pipaku Mpoin www.mpoin.com FB: Yenny Indra www.yennyindra.com Email: yennyindra09@gmail.com
Related Posts
Apakah Allah Pilih Kasih?
Let Go Let God?
“Kepuasan atau Kepasrahan?”