The End Of Yourself
Gospel Truth’s Cakes
Yenny Indra
The End Of Yourself
23 tahun lalu saya mengenal Siuling di Joga dan cocok. Kami bersahabat. Ternyata kami kuliah di Universitas yang sama, hanya beda jurusan.
Persahabatan panjang, meski dalam keseharian kami jarang berkomunikasi tetapi jika saya ke Jogja atau Siuling ke Surabaya, kami ketemuan.
Sama-sama haus dan lapar untuk mengenal Tuhan, kami mengejar pengenalan dengan cara masing-masing. Siuling belajar di Kingdom Business Community, sementara saya sekolah di Charis.
Saya ke Jogja, seperti biasa kami berjumpa. Berbagi cerita pengalaman masing-masing. Siuling sebagai cancer survivor, melayani di komunitas kanker. Memotivasi, menguatkan dan melayani para penderita kanker. Mendampingi mereka melalui saat-saat berat terutama setelah kemoterapi dan di akhir masa hidup mereka.
Salah satunya, Siuling melayani almarhumah Wiwik. Hingga kakak Wiwik, Yani berujar, Wiwik bisa bertahan hidup sekian lama karena ada Siuling yang setia mendampingi dan menguatkan hingga akhir hidupnya.
Awalnya Wiwik sangat pesimis, berkat pelayanan Siuling, Wiwik bersemangat bahkan bisa melayani para penderita kanker lainnya. Dia merasa hidupnya bermakna, pulang ke surga dengan siap dan tegar.
“Tuhan beri pelayanan ini buat kamu Ling. Aku gak bisa melayani seperti kamu. Tugas kita berbeda,” ujar saya,
“Terus maju dan tegar, fokus dengan tugas yang Tuhan berikan. Jangan sampai pandangan kita teralihkan oleh masalah-masalah kecil di sepanjang jalan… Itu siasat iblis yang mencoba melemahkan kamu. Pandang Tuhan dan lakukan pelayanan dengan bergantung sepenuh hati kepada-Nya. Menentukan batasan alias boundaries dalam hidup memang penting. Dr. Henry Cloud menegaskan, boundaries yang jelas membuat apa yang kita kerjakan terarah, fokus, jelas, dan tentunya, hasil lebih maksimal.”
Dari berbagai cerita dan pengalaman tokoh-tokoh yang kami kagumi, idolakan serta menjadi panutan di masa lalu, ternyata banyak diantaranya yang tidak seperti kami harapkan.
Ada yang menendang rekannya demi jabatan, menyingkirkan rekan yang sama-sama merintis di awal pelayanan dsb. Tidak ada bedanya dengan kongsi di perusahaan. Pecah kongsi.
Kerap orang yang rohani dan pengajarannya sedemikian memukau dan mempersona, ternyata tidak terlalu berbeda dengan orang-orang dunia.
Dalam keadaan terjepit, secara manusia, selama ini sudah memperlakukan, memuja serta melayani sang tokoh dengan sangat-sangat baik, tentu berharap sang tokoh akan menjadi kawan yang setia.
Ternyata tidak!
Kekecewaan demi kekecewaan terjadi, tidak sedikit teman-teman lalu menjauhi Tuhan.
Lho manusianya yang salah, gak setia, koq jadi Tuhan yang dimusuhi?
Masih banyak teman-teman yang belum bisa membedakan antara pelayan Tuhan dengan Tuhan. Orang yang melayani Tuhan itu manusia biasa sama seperti kita yang masih dalam proses belajar. Mereka juga masih mengalami jatuh bangun yang sama. Salah kita sendiri yang menganggap mereka seperti malaikat, memuja bahkan meletakkan harapan kepada mereka
Hahaha… Hingga kini masih banyak teman-teman yang menganggap jabatan Pendeta itu kastanya lebih tinggi daripada jemaat biasa.
Doanya dianggap lebih Jos, sampai dikejar habis-habisan. Klo belum didoakan oleh sang pendeta, belum mantap. Tidak heran, jika sang pendeta diperlakukan secara istimewa, bak pejabat tinggi. Bahkan masih ada yang mati-matian bersaing dengan temannya demi menjadi ‘orang terdekat’ sang pendeta. Dilayani sedemikian rupa, hingga saya kerap bercanda dengan teman-teman Charis, pendeta top itu beda tipis dengan artis top. Dikejar, dikagumi dan diperlakukan nyaris ga ada bedanya.
“Habis manis, sepah dibuang,” itu memang karakter manusia pada umumnya.
Banyak juga yang menyandang jabatan keren, bergengsi dan rohani, ternyata lahir baru pun belum. Mereka hanya berubah status saja. Dulu gak kenal Tuhan sekarang KTP Kristen. Tapi Tuhan hanya dijadikan stempel semata, bukan BOSS atas hidupnya.
Koq tahu?
Dari buah kehidupannya, kita menilai seseorang, BUKAN dari jabatannya yang keren.
Btw… Saya ngerti teorinya, tapi berulang kali terjerumus juga. Kerap terpesona dengan jabatan keren dari gereja top. Akhirnya, kecewa. Sadar… Mestinya sudah ngerti prinsipnya.
Padahal, Tuhan sudah mengingatkan, ”Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada Tuhan!
Mengandalkan orang lain mau pun mengandalkan diri sendiri, sama buruknya di hadapan Tuhan.
Di Charis, kami diajar membangun hubungan langsung dengan Tuhan. Tidak berharap kepada manusia. Pewahyuan Tuhan untuk tokoh – tokoh mendunia seperti Andrew Wommack, sama koq dengan pewahyuan untuk kita semua.
Karena Allah tidak memandang muka atau pilih kasih. Asalkan kita juga sungguh-sungguh menyediakan hati dan waktu untuk membangun hubungan yang benar dengan Tuhan melalui doa dan firman-Nya.
“Tapi jangan mundur karenanya Ling…. Justru kita yang mesti berbeda. Yuk beneran menghidupi kebenaran Tuhan agar bisa menjadi duta Allah di dunia ini. Kalau bukan kita, lalu siapa lagi? Itu yang harus kita pertanggungjawabkan saat berjumpa dengan Tuhan di surga kelak. Ini urusan kita pribadi dengan Tuhan. Bukan pandangan manusia.”
Kami pun sepakat mengikuti Tuhan dengan menjaga motivasi kami jujur, setia, dilandasi kasih yang timbul dari hati yang suci, dari hati nurani yang murni dan dari iman yang tulus ikhlas. Kami tidak mengejar jabatan. Kepemimpinan itu pengaruh, bukan status atau jabatan. Kami wajib menampilkan Allah melalui hidup kita.
Inilah nilai-nilai yang mesti kami kejar dan hidupi.
Jangan pernah memanfaatkan orang lain, apalagi mengambil keuntungan demi kepentingan diri sendiri. Berharap kepada Tuhan saja karena Tuhanlah Sumber Berkat kita yang sejati. Kami memperbaharui lagi komitmen dalam melayani Tuhan.
“Yen, masih sibuk beli Branded Bags?”
“Gak tuh. Aku gak peduli pakai apa, Pede karena ada Allah yang tinggal dalam rohku. Lebih penting itu. Fokusku terakhir ke situ. Aku kan menampilkan Allah. Klo beneran hubunganku dengan Tuhan sesuai jalurnya, seharusnya ada wibawa Allah yang terpancar. Aku termasuk yang percaya, bahwa penyertaan Allah itu kasat mata koq. Temanku, P. Dolfi, setiap butuh parkir, koq ya… Pas ada parkir premium yang kosong. Buahnya kelihatan nyata, orang di sekeliling bisa melihat dan merasakannya.
Klo tiba-tiba aku emosian, aku sadar, pasti hubunganku dengan Tuhan gak beres. Karena yang sabar, mulia, adil, manis, lembut, yang sedap didengar dan penuh pengendalian diri itu, Tuhan. Klo aku jadi wadah yang taat, membiarkan Tuhan sepenuhnya mengalir melalui aku, maka jadilah aku yang manis. Sebaliknya, klo akunya yang dominan, yo balik ke Yenny yang dulu… yang gak sabaran. Kuncinya di situ. It’s all about God, not me.”
“Klo kamu bisa nyaman tanpa embel-embel yang dari luar, artinya kamu sudah selesai dengan dirimu. Tiba pada End of Yourself. Fokus kita pada Tuhan dan menjadi duta Allah di dunia ini.”
Mak Jleb…..
“Wow…. Bener ya itu yang mesti kita hidupi. Aku gak pernah memikirkan soal the end of myself…. Wajib kita kejar kualitasnya. Tidak sibuk dengan asesoris yang diluar tetapi mengejar nilai-nilai yang kekal, yang hakiki, tidak lekang oleh waktu. Bukan sibuk pada diri sendiri, tetapi fokus pada Allah. Aku catat itu Ling.”
Pembicaraan selama 5 jam dengan sahabat yang satu visi, sehati, sama-sama mengejar Tuhan, meski dari jalur yang berbeda, dengan cara yang berbeda, – sungguh membangun. Kami saling menguatkan dan dikuatkan. Bersama-sama meluruskan tujuan, agar tiba di tujuan bersama pula.
Tidak banyak yang seberuntung saya, bisa sekolah, memiliki komunitas yang membangun serta positif, bahkan di berbagai kota pun memiliki teman-teman sevisi dan saling membangun…
Sungguh berkelimpahan hidup saya…
Praise The Lord!
Run your business in harmony with God’slaws. This will keep you on an ethical footing. Seek to please God in everything you do. – David Green.
Jalankan urusan Anda selaras dengan Hukum Tuhan. Ini membuat Anda tetap berdiri di atas pijakan yang etis. Berusahalah menyenangkan hati Tuhan dalam segala hal yang Anda lakukan. – David Green.
YennyIndra
TANGKI AIR ANTI VIRUS & PIPA PVC
MPOIN PLUS & PIPAKU
PRODUK TERBAIK
PEDULI KESEHATAN