Intimidasi Senjata Iblis Menyerang Kita. (Healing Part 7)
Seruput Kopi Cantik
Yenny Indra
Intimidasi Senjata Iblis Menyerang Kita. (Healing Part 7)
Berulang kali saya minta Rheva menulis kesaksiannya disembuhkan secara supernatural dari syaraf terjepit, tetapi tak kunjung muncul jua. Hingga setahun kemudian Rheva email. Ternyata terkuak penyebabnya.
“Sebenernya bu, ampunilah aku karena kemarin-kemarin aku masih suka ketakutan ga berani bersaksi, kalau kumat bagaimana?”, ujar Rheva,
“Aku ditodong Taufan teman sekelas di CJ3 bersaksi, aku sudah ga bisa menghindar. Begitu menyetujuinya, apa yang terjadi?
Rasa sakitnya muncul lagi 2 hari sebelum jadwal kesaksian! Aku ga berani buka mulut, cuma diam, dan aku bilang sama si jahat “Jangan permainkan aku, pergi deh, aku ga mau termakan tipuanmu!!!”
Pagi harinya aku bangun, the pain is gone, lenyap tak berbekas. Aku kesaksian bagaimana disembuhkan dari syaraf terjepit secara supernatural, tanpa rasa sakit sedikit pun…
Memang battlefield of the mind – peperangan dalam pikiran, selalu ada ya bu… tapi ya itu, otot rohani harus terus dilatih.
Ini aku ceritain ke kakak rohaniku…. unbelief – ketidakpercayaan, itu tetap bisa hadir, tapi aku menetapkan hati, ga mau naik turun kalau mempercayai kesembuhan…. karena karya Allah itu sempurna, ga setengah-setengah…. kalau sudah sembuh, akan selalu sehat. Aku pegang erat-erat kebenaran ini. “
Ketakutan yang sama saya alami saat saya ‘yakin’ disembuhkan dari Hipertiroid. Tetapi saya tidak berani cek laboratorium karena terselip ketakutan kalau ternyata hasilnya tidak sembuh bagaimana?
Darimana saya ‘tahu’ kalau saya sembuh?
» Malam hari jantung saya tidak berdebar-debar lagi, meski pun saya sudah lepas obat. Detak jantung sekitar di angka 100 ketika sedang parah-parahnya. Sekarang sekitar 60 – 70 an.
» Berat badan saya stabil tanpa obat. Sebelumnya, tanpa obat, berat badan langsung meluncur turun dengan cepatnya.
Menjelang vaksin Covid, saya test laboratorium, hasilnya normal.
Yeaaayyyy…. Betul-betul sembuh dan terbukti dengan hasil lab.
Lega.
Beberapa minggu lalu, saya mendapatkan tugas sharing.
Seminggu sebelum hari H, berkumpul dengan teman-teman bercengkerama seperti biasa.
Tiba-tiba saya ingat Yuliadi akan sharing bulan depan. Tanpa berpikir panjang saya berkomentar,
“Yul, mesti ada klimaksnya… Biar ada yang bisa ditindaklanjuti pendengar.”
Selama seminggu itu saya betul-betul diteror ‘musuh’.
“Koq bisa kasi saran Yuliadi? Yuliadi itu lebih berpengalaman..lebih jagoan dari saya… Belum lagi disampingnya P. Paulus, yang pengalamannya puluhan tahun dan sudah terkenal di seluruh negeri. Bagaimana dengan sharingmu minggu depan? Memangnya kamu bisa?”
Perasaan bersalah, takut, galau bercampur aduk.
Intimidasi demi intimidasi berputar-putar di kepala.
Padahal Yuliadi, P. Paulus mungkin sudah tidak ingat apa yang saya katakan.
Saya mengingatkan diri: it’s all about God, not me. Ini semua tentang Tuhan, bukan saya. Saya bergantung sepenuhnya kepada Tuhan.
Persis malam sebelum hari H, menjelang tidur tiba-tiba jantung saya berdebar-debar keras.
Terlintas pikiran seperti yang dialami Rheva, jangan – jangan Hipertiroid saya kambuh lagi.
Langsung saya sadar, ini bukan pikiran saya mau pun pikiran dari Tuhan. Tetapi pikiran yang diselipkan si ‘musuh’ yaitu iblis.
Segera saya usir dalam nama Allah!
Sharing keesokan harinya lancar dan berjalan dengan baik.
Begitu selesai, rasanya leegggaaa…
Janji Tuhan Ya dan Amin.
Dia tidak pernah meninggalkan mau pun membiarkan kita.
Yuliadi menulis di grup WA sekolah:
Guilt, fear, shame – rasa bersalah, ketakutan, rasa malu, adalah 3 senjata yang paling sering digunakan setan untuk merusak kesehatan tubuh seseorang. – Dr. Henry Wright.
Kadang-kadang perasaan bersalah bisa dipicu oleh hal-hal yang sedemikian sepele, terlambat menjemput anak di sekolah, meledak marah untuk hal-hal yang remeh lalu iblis menuduh kita bukan ibu atau istri yang baik….
Ada teman atau keluarga dekat yang berkomentar negatif, tanpa sadar kita menyetujuinya dan merasa ‘kita tidak cukup baik.’ Timbul perasaan tertolak, kepahitan dan malu.
Berhari-hari didera perasaan negatif, imun tubuh pun menurun.
Berpikir, oh… Kurang minum vitamin. Terlalu lelah.. Atau kurang istirahat.
Padahal penyebab utamanya justru intimidasi si musuh.
Saat ngobrol dengan Rheva, saya bercerita akan menulis bahwa intimidasi itu sesuatu yang wajar tetapi jangan diterima, karena itu pikiran yang diselipkan oleh musuh. Penting ini, banyak yang tidak paham.
“Betul Bu…. Ketakutan ini bisa muncul lagi setiap saat, karena symptomsnya memang real ya bu. Langsung kerasa,” sahut Rheva,
“Tapi aku selalu inget kesaksian alan n Debby Moore. Otaknya memang masih rusak tapi dia hidup mengalahkan hasil MRI- nya. Sekarang aku melatih imanku untuk bisa melihat bantalan tulangku digantikan yang baru oleh Tuhan. Baby steps untuk belajar mempercayai hal ini.”
Inilah kisah Alan & Debby Moore yang di mention Rheva:
Suatu hari Alan Moore yang tengah merawat kebunnya, terjatuh. Ternyata terkena stroke. Segera Debby, istrinya membawanya ke rumah sakit. Hasil rontgen menunjukkan 1/3 otak Alan memang mati. Tetapi baik Alan mau pun Debby percaya bahwa kesembuhan sudah ada di dalam roh mereka. Maka mereka bersepakat untuk memanifestasikannya, menolak intimidasi musuh bahwa stroke tidak bisa sembuh. Setelah beberapa hari dirawat di rumah sakit, para suster dan dokter terheran-heran karena Alan bisa berjalan sendiri ke toilet, padahal secara medis, seharusnya Alan lumpuh separuh tubuhnya.
Di rontgen ulang, hasilnya tetap sama. 1/3 otaknya tetap mati. Tetapi kenyataannya Alan bisa berjalan bahkan bekerja normal seperti sedia kala.
Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan.
Kesaksian ini yang menguatkan Rheva, tidak peduli kondisi bantalan tulangnya seperti apa, pokoknya Rheva yakin, dia normal dan sembuh.
Sesungguhnya kita sudah paham di kepala, taktik lama si iblis tetapi ternyata menyingkirkannya, tidak semudah teorinya.
Karena itu perlu untuk senantiasa memperkuat fondasi rohani kita: pemahaman akan kasih Allah yang tanpa syarat dan menerimanya, hingga menghidupinya dalam hati. Dan bergaullah dengan orang-orang yang percaya bahwa kesembuhan itu sudah ada di dalam kita, maka terjadilah menurut imanmu.
Praktik yuk….
Real faith has perfect peace and joy and a shout at any time. It always sees the victory – Smith Wigglesworth.
Iman sejati memiliki damai yang sempurna, sukacita dan bersorak kapan saja. Karena iman sejati selalu melihat kemenangan. – Smith Wigglesworth.
YennyIndra
TANGKI AIR ANTI VIRUS & PIPA PVC
MPOIN PLUS & PIPAKU
PRODUK TERBAIK
PEDULI KESEHATAN