Serupa…. Itu Tujuannya!
Seruput Kopi Cantik
Yenny Indra
Serupa…. Itu Tujuannya!
P. Indra dan Christian sama-sama bermain golf. Mereka tentu saja bermain dalam grup yang berbeda. Dulu mereka main di Jogja atau Solo karena kami memang tinggal di Solo. Chris masih junior.
“Iki mesti anak’e Indra (Ini pasti anaknya Indra),” ujar teman P. Indra saat melihat Christian.
Darimana dia tahu?
Wajahnya mirip.
Lalu yang lain bilang, saat menanti giliran memukul bola, gaya Chris dari belakang, persis gaya P. Indra saat berdiri dengan stick golfnya.
Bahkan suaranya, nyaris sama.
Karena Christian putra P. Indra, jadi mirip.
Make sense?
Nach dengan cara yang sama, kita manusia yang beriman.
Tujuan kita apa?
Menampilkan Allah .
Agar ketika orang yang tidak dikenal melihat kita, langsung berkata,
“Iki mesti putrane Gusti Allah (Ini pasti anaknya Tuhan), karena melihat cara kita bersikap, berbicara, meresponi sesuatu.
Wow…. Tantangan yang tidak mudah ya…
Tetapi memang itu satu-satunya cara bagi kita membuktikan kalau kita memang benar-benar beriman pada Allah.
Kalau ingin tahu isi hati seseorang, gampang sekali.
Dengarkan saja kata-katanya. Apa yang diucapkan seseorang, itu meluap dari hatinya. Cermin dari jiwanya.
Sikap kita juga menggambarkannya.
Kak Astri tepok jidat, ketika ada saja orang yang Reimburse pengeluaran parkir saat pelayanan. Padahal ‘cukup kaya’ menurut kacamata umum, koq ya uang dua puluh ribu saja minta tukar. Orang lain tentu bisa menilai, siapa Tuhan bagi orang ini.
Apakah tekanan hidup menciptakan sesuatu?
Ternyata tidak!
Tekanan hidup hanya menyingkapkan apa yang sudah ada di hati kita.
Kita bisa saja saat keadaan tenang dan baik, berkotbah panjang lebar tentang kesabaran, menjadi teladan dan bercerita tentang iman serta kebaikan berjilid-jilid.
Tetapi coba, saat ego kita disentuh, kepentingan kita terganggu, gengsi kita dikorek dan terasa sakit.
Apa yang keluar dari mulut kita?
Omelan, kemarahan, memaki-maki dan mengutuki orang lain…. Atau kita tetap percaya bahwa Tuhan pegang kendali, ada maksud baik di balik semua yang terjadi.
Perbendaharaan kata apa yang kita keluarkan, itulah diri kita yang sesungguhnya. Keyakinan kita dan pribadi kita yang sejati.
Firman Tuhan yang memisahkan jiwa dan roh kita. Saat tekanan datang, kita bisa membandingkan apa yang kita lakukan dan kata-kata yang diucapkan, dengan standar firman-Nya.
Sudahkah selaras?
Itulah kesempatan kita bercermin dan memperbaiki diri.
Apa yang salah dariku?
Apa yang perlu saya pelajari dan perbaiki?
Tidak mudah ya….?
Lebih gampang menyalahkan orang lain dan cari kambing hitam. Semua salah orang lain.
Sesungguhnya, dalam sebagian besar peristiwa, selalu ada andil salahnya kita.
Betul tidak?
Saat dalam tekanan, tindakan kita yang terbaik adalah diam, menantikan Allah.
Bukan melalukan sesuatu apa yang kita pikir baik, lalu meminta Tuhan memberkatinya.
Biarkan jiwa tunduk kepada roh dan kebenaran. Jalan Tuhan lebih tinggi daripada jalan kita.
Sungguh kebenaran yang menempelak ketika belajar tentang hal ini.
But it is true!
Mari kita sama-sama belajar semakin hari semakin serupa dengan Sang Junjungan kita, Gusti Allah yang Maha Pengasih.
The word of God is living and full of power, and is sharper than any two-edged sword, cutting through and making a division even of the soul and the spirit, the bones and the muscles, and quick to see the thoughts and purposes of the heart.
Firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua mana pun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita.
YennyIndra
TANGKI AIR & PIPA PVC
MPOIN PLUS & PIPAKU
PRODUK TERBAIK
PEDULI KESEHATAN