Rahasia Pamungkas Agar keluarga Diberkati.
Rahasia Pamungkas Agar keluarga Diberkati.
Ketika anak-anak masih kecil, mereka percaya apa pun yang dikatakan orangtuanya. Bahkan meja berwarna merah, ketika kita memberitahunya itu warna kuning, sebagian besar mereka percaya tanpa membantah.
Namun ketika beranjak remaja, justru ingin melakukan apa saja yang berbeda dari apa yang diajarkan orangtuanya. Kadang-kadang bahkan asal berbeda.
Mereka lebih percaya kepada teman daripada kepada orangtuanya.
Begitu sulitnya kita mempengaruhi mereka. Apalagi di jaman serba internet, nasihat orangtua kerap dianggap kuno dan tidak relevan.
Lalu apa yang harus kita lakukan sebagai orangtua?
Berita baiknya, ada rahasia pamungkas yang bisa lakukan, tanpa harus ‘memaksa’ anak-anak melakukan sesuatu.
Dalam Kejadian 39:5 (TB) diceritakan, “Sejak ia (Potifar) memberikan kuasa dalam rumahnya dan atas segala miliknya kepada Yusuf, *TUHAN memberkati rumah orang Mesir itu karena Yusuf*, sehingga berkat TUHAN ada atas segala miliknya, baik yang di rumah maupun yang di ladang.”_
Ayat ini membukakan rahasia kesuksesan Potifar, yaitu karena dia memiliki budak yang bernama Yusuf!
Dan Potifar menyadarinya.
Lalu apa rahasianya, sehingga Yusuf bisa membuat Potifar diberkati?
Terkuaklah rahasianya yang tercatat dalam Kejadian 39:2 (TB) “Tetapi *TUHAN menyertai Yusuf,* sehingga ia menjadi seorang yang selalu berhasil dalam pekerjaannya; maka tinggallah ia di rumah tuannya, orang Mesir itu.”
Rahasianya karena:
*Yusuf disertai Tuhan.*
Kesimpulannya, Potifar diberkati Tuhan karena memiliki budak yang bernama Yusuf.
Yusuf membuat Potifar diberkati karena dia disertai Tuhan.
Dengan cara yang sama, kalau ada budak yang disertai Tuhan saja, membuat bossnya diberkati. Terlebih lagi kalau ada ayah/ibu/orangtua yang disertai Tuhan, tentunya pasangan, anak-anak, keluarga dan lingkungannya akan diberkati Tuhan.
Make sense?
Nach sekarang rahasia ke dua yang harus kita gali, bagaimana caranya supaya hidup kita senantiasa disertai Tuhan?
Dalam 2 Tawarikh 20 diceritakan bahwa Bani Moab dan Bani Amon datang mengepung Raja Yosafat. Jumlah mereka sangat banyak. Yosafat dan tentaranya tidak akan mampu melawan mereka.
Masalah ini sangat serius.
Yosafat tidak mencari bantuan dari teman atau kerajaan lain untuk menolongnya, tetapi dia mencari Tuhan.
Dalam 2 Tawarikh 20:12 (TB) dicatat,
“Ya Allah kami, tidakkah Engkau akan menghukum mereka? Karena kami tidak mempunyai kekuatan untuk menghadapi laskar yang besar ini, yang datang menyerang kami. Kami tidak tahu apa yang harus kami lakukan, *tetapi mata kami tertuju kepada-Mu.”*
Yosafat fokus kepada Tuhan dan kemampuan-Nya. Dia beriman, percaya, meski pun apa yang terlihat di depan mata seolah mustahil, tetapi dia yakin, Tuhan mampu mengerjakan mengerjakan hal-hal yang tak terpikirkan untuk mengalahkan musuh-musuhnya.
Fokus adalah posisi kita!
Fokus adalah posisi orang yang disertai Tuhan!
Yang diinginkan musuh, agar mata kita tertuju kepada berbagai masalah. Dari berbagai penjuru serangan masalah datang bersamaan…. Strategi Tumpukan Masalah yang selalu membuat orang stres, takut dan kehilangan harapan.
2 Tawarikh 20:14-17 (TB)
Lalu Yahaziel bin Zakharia bin Benaya bin Matanya, seorang Lewi dari bani Asaf, dihinggapi Roh TUHAN di tengah-tengah jemaah, dan berseru: “Camkanlah, hai seluruh Yehuda dan penduduk Yerusalem dan tuanku raja Yosafat, beginilah firman TUHAN kepadamu: Janganlah kamu takut dan terkejut karena laskar yang besar ini, sebab bukan kamu yang akan berperang melainkan Allah.
Besok haruslah kamu turun menyerang mereka. Mereka akan mendaki pendakian Zis, dan kamu akan mendapati mereka di ujung lembah, di muka padang gurun Yeruel.
Dalam peperangan ini tidak usah kamu bertempur. Hai Yehuda dan Yerusalem, tinggallah berdiri di tempatmu, dan *lihatlah bagaimana TUHAN memberikan kemenangan kepadamu*. Janganlah kamu takut dan terkejut. Majulah besok menghadapi mereka, *TUHAN akan menyertai kamu*.”
Tetapi kunci kemenangan Yosafat justru Fokus Kepada Tuhan. Itu yang membuatnya disertai Tuhan dan justru Tuhan yang berperang baginya.
Keesokan harinya mereka bernyanyi memuji Tuhan dan mengambil banyak jarahan saja. Tuhan yang berperang bagi mereka. Inilah hasilnya jika seseorang disertai Tuhan. Tuhan yang mengatur semuanya, kita tinggal menikmatinya.
Istilah kerennya, Rest In The Lord.
Yusuf pun melakukan hal yang sama. Dia berpesan pada juru minuman yang diartikan mimpinya, supaya menyampaikan kasusnya kepada raja.
Tetapi apa yang terjadi?
Sang juru minuman lupa!
Yusuf tidak marah atau sakit hati. Dia tetap mengerjakan apa yang menjadi tugasnya dengan sangat baik, sehingga menjadi kepercayaan kepala penjara.
Yusuf Rest In The Lord.
Setelah Yakub meninggal, saudara-saudaranya takut, Yusuf akan membalas kejahatan mereka menjual Yusuf dulu.
Tetapi Yusuf menjawab:
“Janganlah takut, sebab aku inikah pengganti Allah?
Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi *Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan*, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar.
Jadi janganlah takut, aku akan menanggung makanmu dan makan anak-anakmu juga.”
Kejadian 50:19-21 (TB)
Ini merupakan cermin sikap pribadi yang sungguh-sungguh fokus kepada Allah dan rancangan-Nya. Meski seolah yang buruk terjadi, namun Yusuf tahu, Tuhan tetap pegang kendali. Rancangan-Nya senantiasa yang terbaik. Inilah sikap yang membuat dia senantiasa disertai Tuhan.
Dari pelajaran di atas, kita bisa mengambil kesimpulan:
1. Kunci agar hidup kita disertai Tuhan adalah Fokus kepada Tuhan dan Firman-Nya.
Karena Firman adalah Allah.
(Yohanes 1:1)
Menghidupi firman-Nya dan beriman sepenuh hati.
2. Ketika hidup kita senantiasa disertai Allah, maka dengan sendirinya pasangan, anak, keluarga dan lingkungan kita diberkati oleh karena kehadiran kita.
Menarik bukan?
Mari kita laksanakan!
Tuhan Yesus memberkati.
Penulis:
YennyIndra Seruput Kopi Cantik.