Articles, Relationship

BIG PICTURE

Dalam hidup seringkali kita terlalu memperhatikan dan meresahkan hal-hal kecil sehingga hidup kita menjadi super-sibuk dan tidak bahagia. Banyak orang bangga ketika menjadi sibuk. Semakin dia sibuk, semakin merasa bahwa dia orang yang penting. Padahal sesungguhnya kesuksesan diukur bukan oleh seberapa sibuk seseorang tetapi seberapa besar hasil yang diperoleh, seberapa efesien serta efektif dalam mengerjakannya.

Beberapa orang berpikir bahwa mengerjakan lebih banyak hal dengan lebih cepat adalah solusinya. Mengerjakan lebih banyak hal dengan lebih cepat bukan berarti mengerjakan hal-hal yang benar. Kita perlu menentukan tujuan yang benar dan berusaha mencapainya dengan cara yang efisien berdasarkan prinsip-prinsip yang merupakan kebenaran yang universal dan abadi. Kita harus belajar pula untuk mendelegasikan tugas kita kepada orang lain kemudian mengontrolnya dengan baik. Kemampuan kita seorang diri terbatas. Kita perlu bekerja berdasarkan prioritas sehingga kita bisa mengerjakan sebanyak mungkin hal-hal yang memang penting dan merupakan kebutuhan penting kita- termasuk rekreasi. Jangan berpikir bahwa bekerja berarti harus mengerjakan sesuatu atau menyibukkan diri menyelesaikan sesuatu – karena relax dan rekreasi merupakan salah satu kebutuhan vital agar kita bisa bekerja dengan optimal maka kitapun harus memenuhi kebutuhan itu. Kita membutuhkan pekerjaan yang lancar, rumah tangga yang harmonis, pengembangan diri, hubungan sosial yang baik pula. Kita perlu menyeimbangkan setiap aspek hidup kita dan mengerjakan sesuai dengan prioritas untuk mencapai tujuan hidup kita.

Tidak mengerjakan apa-apa lebih baik
daripada sibuk,
tetapi tidak menghasilkan apa-apa.
Lao Tzu

Banyak kesedihan dalam hidup ini muncul karena pandangan bahwa keberhasilan sebuah peran berarti mengorbankan peran yang lain, bahkan mungkin peran-peran yang lebih penting. Seorang ayah sibuk di kantor sampai mengabaikan kebutuhan keluarga untuk membangun hubungan, misalnya. Kita harus hidup secara seimbang artinya semua bagian hidup kita bekerja bersama-sama secara sinergis dalam keseluruhan yang saling terkait. Seperti dinyatakan oleh Gandhi, manusia tidak dapat melakukan sesuatu yang benar dalam satu bidang kehidupan sementara dia sibuk melakukan kesalahan di bidang yang lain. Kehidupan adalah keseluruhan yang tidak terbagi. Tuhan telah berjanji untuk memberkati kita secara utuh sehingga tidak kesedihan di dalamnya. Untuk itu kita harus hidup dengan melihat gambaran besarnya untuk menentukan tujuan, prioritas dan menentukan cara untuk mencapainya yang efisien serta efektif.

Demikian pula dalam membangun relationship baik dengan pasangan, keluarga maupun teman-teman, seringkali kita terlalu fokus dengan hal-hal yang kecil sehingga kita kehilangan gambaran besarnya. Sebagian besar pertengkaran disebabkan hal-hal kecil yang remeh-remeh saja tetapi lama kelamaan bertumpuk menjadi masalah yang kian besar sehingga menghancurkan hubungan kita. Banyak perdebatan terjadi karena kita ingin mengubah pandangan orang lain, agar setuju dengan pandangan kita. Kasus seperti ini paling sering dialami ketika anak-anak kita menginjak masa remaja. Kita perlu belajar bahwa kita tetap bisa hidup bersama dengan damai meskipun mungkin kita berbeda pendapat. Kita bisa menghargai pendapat orang lain yang berbeda dan mengijinkan waktu membuktikan kebenaran pendapat masing-masing. Serahkan kepada Tuhan pergumulan kita tanpa harus terlibat perang dingin dengan mereka.

Photobucket

Beberapa tahun lalu setiap pulang liburan sekolah, Elisa , putri saya selalu membawa buku novel yang dibacanya untuk mengisi waktu di pesawat. Saya menganjurkan dia untuk membaca saja buku rohani atau buku-buku lain yang lebih berguna daripada sekedar membaca novel. Elisa selalu bilang dia tidak tertarik membaca buku-buku seperti itu, apalagi sehabis ujian dia ingin membaca buku-buku yang ringan. Saya tidak berusaha untuk memaksanya. Saya hanya sharing betapa banyak nilai-nilai positif yang mengubah hidup, saya peroleh dengan membaca buku-buku yang bagus. Banyak juga buku-buku positif yang ringan-ringan seperti layaknya kita membaca novel. Saya doakan Elisa, saya percaya Tuhan akan membangun karakter dan masa depan yang baik baginya.

Ketika tiba musim liburan sekolah tahun berikutnya, saya cukup terkejut saat melihat Elisa membawa buku bagus dan isinya berbobot, “Blink” yang ditulis oleh Malcolm Gladwell. Elisapun mengakui, meskipun tidak berdampak langsung tetapi apa yang saya sharingkan ternyata mendorong dia mulai membaca buku-buku yang lebih berguna. Sekarang Elisa justru sering memberi saya buku-buku yang bagus dan bermutu.

Photobucket

Jika kita bisa melihat gambaran besarnya dan menyadari bahwa hidup adalah perjalanan panjang yang harus kita lalui, maka kita bisa bekerjasama dengan Tuhan untuk membangun masa depan kita seutuhnya. Seringkali kita membiarkan ketidakcocokan dalam masalah kecil menutupi kebaikan selama ini dan mengaburkan gambaran besar yang ingin kita capai. Sesungguhnya jika kita renungkan lagi, betapa banyaknya hal-hal positif dan saat-saat menyenangkan yang sudah kita alami dengan keluarga kita. Dengan mentoleransi hal-hal yang kecil maka kita akan membangun kehidupan yang jauh lebih bahagia. Renungkan kebaikan-kebaikan pasangan, mimpi-mimpi yang kita bangun saat memasuki pernikahan dan kebahagiaan yang sudah kita bangun dan kita capai selama ini, maka kita akan menyadari betapa banyak hal-hal baik yang sudah kita lalui-kitapun diingatkan kembali akan tujuan semula pernikahan kita.

Baca lebih jauh tentang pernikahan dan hubungan keluarga dalam buku terbaru saya Smart Marriage

Photobucket

Seandainya saja kita tidak fokus pada satu dua nilai buruk yang ada di rapor anak kita dan mensyukuri deretan nilai bagus yang dicapai anak kita, tentu respon kita menjadi berbeda. Kagumi mereka sebagai pribadi yang utuh bukan sekedar mau menerima kelebihannya dan menolak kekurangannya. Dengan cara ini kita bisa mengasihi dan menerima mereka apa adanya. Sangatlah penting untuk mendengarkan, belajar mengerti mereka, mengadakan penyesuaian dan menikmati keberadaan mereka apa adanya sebagai pribadi yang Tuhan karuniakan menjadi bagian dari kehidupan kita. Tentunya dengan sikap demikian hidup kita menjadi lebih berbahagia dan merekapun merasa nyaman hidup dengan kita. Mereka diijinkan menjadi diri mereka sendiri, diberi ruang untuk bertumbuh, dikasihi dan diterima apa adanya.

Hadiah terbesar yang bisa anda berikan kepada seseorang adalah
Kasih dan penerimaan tanpa syarat.
Brian Tracy

Hendaknya kita belajar untuk melihat tujuan relationship kita pada jangka panjang, bukan sekedar pada pandangan jangka pendek berupa kejadian-kejadian yang kita alami setiap hari. Kita bisa mempengaruhi mereka menjadi pribadi yang lebih baik ketika kita sendiri menjadi contoh dari perubahan itu. Saat mereka merasa aman dan nyaman dengan kita maka mereka lebih mudah menerima pendapat kita hingga secara bertahap dan tanpa mereka sadari, kita sudah membagikan nilai-nilai positif yang ingin kita tanamkan dalam kehidupan mereka. Keharmonisan sebuah hubungan lebih banyak ditentukan oleh apa yang kita berikan dibandingkan dengan apa yang bisa kita terima.

Kita perlu belajar untuk memiliki harapan yang realistis dan memberi mereka ruang agar mereka bisa mengembangkan diri dan membangun persahabatan dengan orang lain. Jangan memaksa mereka menjadi pribadi sesuai keinginan kita. Ijinkan mereka menjadi diri mereka sendiri. Tidak pernah ada pasangan yang sempurna meskipun kadang kita melihat suami atau istri orang lain yang nampak begitu sempurna. Tidak ada juga anak yang sempurna. Dalam setiap hubungan selalu ada gesekan, itu sesuatu yang wajar dan alami dalam kehidupan ini. Jangan pernah mengharapkan mereka untuk memenuhi kebutuhan kita atau menyembuhkan luka batin kita karena hanya Tuhan sendiri yang bisa memenuhi kebutuhan kita seutuhnya dan memulihkannya. Tuhan akan memakai orang-orang di sekeliling kita atau mengatur peristiwa khusus untuk membawa kita agar dipulihkan sehingga kebutuhan hati kita yang terdalam terpuaskan .

Jika kita melihat seluruh kehidupan dari gambaran besarnya, maka kita akan menyadari bahwa segala peristiwa dalam kehidupan kita baik yang manis maupun yang pahit, tidak ada yang terjadi secara kebetulan. Bahkan kesalahan kita atau kesalahan orang lain terhadap kita, dipakai Tuhan demi kebaikan kita. Ibarat telur, tepung, gula jika dimakan sendiri-sendiri tidak enak tetapi ketika diolah menjadi satu, dimasak dalam oven yang panas, terciptalah kue yang lezat- demikian pula gambaran hidup kita di tangan Tuhan: semua peristiwa pahit, manis, luka dll diproses untuk menjadikan kita sebagai anak Tuhan yang mempermuliakan namaNYa. Dengan pemahaman seperti ini maka kita akan lebih mudah mengampuni kesalahan orang lain, sebagai hasilnya, seluruh hidup kita menjadi indah di tangan Tuhan.

Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada padaKu
mengenai kamu, demikianlah firman Tuhan,
yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan,
untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.

Oleh: Yenny Indra
– First Things First – Steven R. Covey
– Love Your Life – Victoria Osteen

Yenny Indra Visit Website
Traveller, Family Growth Inspirator, Seruput Kopi Cantik YennyIndra, Co Founder of PIPAKU & MPOIN FB: Pipaku Mpoin www.mpoin.com FB: Yenny Indra www.yennyindra.com Email: yennyindra09@gmail.com
Related Posts
Apakah Ini Benih Atau Benalu? Kita Yang Menentukan lho!
Mengenali Kehendak Tuhan.
“Tuhan Bukanlah Variabelnya.”

Leave Your Comment