Category : Relationship

Articles, Relationship

BASA BASI

Seorang sahabat menulis di Wall Facebooknya: Ketika menghadiri pesta pernikahan pertanyaan yang lazim ditujukan kepada saya, “Kapan nyusul? Jangan kelamaan sendiri, tak tunggu ya undangan-nya?”. Di kesempatan lain ketemu lagi dengan para “wanita pemerhati” ini adalah di pemakaman. Kepengin banget gua bilang: “Kapan nyusul? Jangan kelamaan yaa..” ( hahaha….makanya jangan sok perhatian dan basa-basi)

Sadarkah kita bahwa tanpa disadari banyak basa-basi umum yang biasa diungkapkan sekedar bicara tetapi membuat orang yang ditanya atau dikomentari tertekan? Setelah teman-teman tahu bahwa dua anak saya lulus sekolah, ada saja teman yang setiap kali bertemu bertanya, ”Kapan mantu?”. Tanya alamat atau nomor telpon teman lama, dikira mau mantu juga. Godaan, guyonan dan pertanyaan basa-basi semacam ini sungguh membuat orang tidak nyaman mendengarnya. Memberikan tekanan khusus. Baru saja anak-anak lulus, tugas kami masih harus mengajar dan membukakan jalan agar mereka bisa memiliki pekerjaan yang mapan karena apa yang dipelajari di sekolah dengan kehidupan nyata itu berbeda. Alkitab mengajarkan agar orang yang belum bisa membiayai hidupnya jangan menikah sehingga masa depan terjamin. “Selesaikanlah pekerjaanmu di luar, siapkanlah itu di ladang; baru kemudian dirikanlah rumahmu.” ( Amsal 24:27) Sesungguhnya masalah pernikahan adalah hak pribadi seseorang yang seyogyanya diputuskan sendiri oleh orang yang akan menjalaninya beserta keluarganya. Bukan orang lain!

Read More
Articles, Relationship

RESTORATION

.

Hidup adalah perjalanan panjang antara kesuksesan dan kegagalan, tindakan yang benar dan yang salah, pengalaman manis maupun yang pahit. Dalam perjalanan mengarungi kehidupan selalu ada saat-saat yang kita sesali:kerugian karena salah mengambil keputusan, kata-kata atau tindakan yang salah hingga melukai orang-orang yang kita cintai padahal sesungguhnya kita tidak bermaksud demikian.

.

Kerapkali hal-hal seperti ini membebani hati kita dan menimbulkan penyesalan yang berkepanjangan; yang jarang kita utarakan, tertutup rapat di dalam pikiran bawah sadar kita. Seandainya saja…saya memutuskan begini, tentu saya tidak sampai tertipu. Seandainya saja… saya tidak emosi, tentunya kata-kata kasar itu tidak terucap, demikian seringkali kita berpikir. Hal-hal semacam ini jika tidak dibereskan bisa menimbulkan penyakit. Masalahnya: bagaimana caranya?

Read More
Articles, Relationship

FACEBOOK, BLACK BERRY

Photobucket

Kali ini sayapun tertarik untuk ikut membahas topik-topik yang sudah beberapa kali muncul baik di warta jemaat maupun di surat kabar: pengaruh Facebook dan Blackberry. Dampak negatif Facebook (FB) yang menyebabkan rumah tangga di ambang kehancuran dimuat di jawapos tgl 1 juni 2010. Istri Albert kecanduan FB hingga setiap hari main selama 22 jam, anak merengek langsung dibentak dan suami tidak dipedulikan lagi. Albertpun tidak tahu apalagi yang harus dilakukan karena segala upaya telah dilakukan namun tidak membawa hasil. Bahkan ada kecurigaan istrinya intens berkomunikasi dengan seorang pria melalui alat komunikasi ini.

Pernahkah kita amati bahwa setiap periode kehidupan kasus-kasus seperti ini senantiasa berulang? Puluhan tahun yang lalu banyak orang kecanduan nge-break, menjadi anggota ORARI. Sedangkan sekarang, kecanduan Blackberry (BB) atau Facebook (FB). Sesungguhnya kalau kita mau berpikir jernih, bukan sarananya yang salah namun semua itu menguntungkan atau merugikan, tergantung pemakainya. Beberapa waktu yang lalu, Jawapos memuat berita seorang ibu yang bisa menjalankan bisnisnya dengan cara memasang foto baju-baju yang dijualnya di Wall BB lalu mengirimkannya kepada rekan-rekannya yang berjumlah ratusan. Kreatif bukan? Yang perlu kita teliti lebih lanjut bukan mengapa istri Albert kecanduan FB tapi kebutuhan pribadi apa yang terpenuhi melalui FB?

Read More
Articles, Relationship

BIG PICTURE

Dalam hidup seringkali kita terlalu memperhatikan dan meresahkan hal-hal kecil sehingga hidup kita menjadi super-sibuk dan tidak bahagia. Banyak orang bangga ketika menjadi sibuk. Semakin dia sibuk, semakin merasa bahwa dia orang yang penting. Padahal sesungguhnya kesuksesan diukur bukan oleh seberapa sibuk seseorang tetapi seberapa besar hasil yang diperoleh, seberapa efesien serta efektif dalam mengerjakannya.

Beberapa orang berpikir bahwa mengerjakan lebih banyak hal dengan lebih cepat adalah solusinya. Mengerjakan lebih banyak hal dengan lebih cepat bukan berarti mengerjakan hal-hal yang benar. Kita perlu menentukan tujuan yang benar dan berusaha mencapainya dengan cara yang efisien berdasarkan prinsip-prinsip yang merupakan kebenaran yang universal dan abadi. Kita harus belajar pula untuk mendelegasikan tugas kita kepada orang lain kemudian mengontrolnya dengan baik. Kemampuan kita seorang diri terbatas. Kita perlu bekerja berdasarkan prioritas sehingga kita bisa mengerjakan sebanyak mungkin hal-hal yang memang penting dan merupakan kebutuhan penting kita- termasuk rekreasi. Jangan berpikir bahwa bekerja berarti harus mengerjakan sesuatu atau menyibukkan diri menyelesaikan sesuatu – karena relax dan rekreasi merupakan salah satu kebutuhan vital agar kita bisa bekerja dengan optimal maka kitapun harus memenuhi kebutuhan itu. Kita membutuhkan pekerjaan yang lancar, rumah tangga yang harmonis, pengembangan diri, hubungan sosial yang baik pula. Kita perlu menyeimbangkan setiap aspek hidup kita dan mengerjakan sesuai dengan prioritas untuk mencapai tujuan hidup kita.

Tidak mengerjakan apa-apa lebih baik
daripada sibuk,
tetapi tidak menghasilkan apa-apa.
Lao Tzu

Read More
1 28 29 30