Monthly Archives: Aug 2020

Articles, Christianity

“Sebuah kesaksian tentang Anugerah: Arthur Meintjes.”

“Kesaksian tentang Anugerah: Arthur Meintjes.”

Instruktur Charis, Arthur Meintjes tidak hanya mengabarkan Firman tentang anugerah Tuhan — dia menghidupinya.

Bertahun-tahun yang lalu, ketika masih tinggal di Afrika Selatan bersama istrinya, Cathy, Arthur bertemu Tuhan secara pribadi dengan cara yang menakjubkan.

Setelah mengikuti pelatihan di Christ for the Nations di Dallas, Texas, Arthur dan Cathy kembali ke Afrika Selatan, memulai sebuah gereja. Selama sembilan tahun penggembalaan mereka, gereja tumbuh dan berkembang, tetapi Arthur secara pribadi, tidak.
“Saya tidak memahami anugerah Tuhan. Meski pun memberitakan Firman, tetapi saya terjebak dalam lingkaran setan legalisme. ”

Berusaha menyenangkan Allah melalui hidup kudus, membaca Alkitab, berdoa, dan semua “yang harus dikerjakan” dalam hidup kekristenan lainnya, Arthur menjadi putus asa.
“Bukan karena saya berkecil hati dengan pelayanan — kami melakukan semua hal yang benar dan mengalami kesuksesan — tetapi saya merasa lelah dengan kehidupan Kristen.
Saya tidak bisa melakukan semua yang saya pikir dituntut harus saya lakukan. Saya tidak bisa menjawab pertanyaan dalam diri saya sendiri: Bagaimana saya bisa membayar hutang saya bagi pengorbanan Yesus?
Sudahkah saya melakukan yang cukup baik untuk Tuhan?
Pada satu titik, saya diingatkan pada kewajiban membaca dua puluh lima pasal Alkitab setiap hari. Dan apa yang menurut kita wajib dilakukan, pada akhirnya justru membuat kita membencinya.”

Arthur berperang melawan perasaan tanpa harapan dan putus asa itu, hingga hampir membunuhnya.

“Meskipun Tuhan tidak pernah menuntut hal-hal itu dari saya, namun hati nurani saya melakukannya. Saya menjadi begitu putus asa dan tertekan sehingga saya pergi ke kantor, mengambil pistol saya yang terisi peluru, dan mengokangnya, siap untuk mengakhiri hidup. Pikiran bunuh diri tidak mengganggu saya; Saya sudah merasa seperti hidup di neraka karena perasaan bahwa saya tidak cukup baik seperti yang diinginkan Tuhan. Saya tidak bisa menyenangkan Tuhan.”

Dengan bersikukuh pada keputusannya, Arthur memutuskan sekali lagi melakukan “percakapan” terakhir dengan Tuhan.
“Aku sangat marah. Aku berteriak pada langit-langit. Mengutuk Tuhan. Berteriak lantang dan memuntahkan rasa kesal. Melemparkan Alkitab saya ke lantai. Menginjaknya. Mengambilnya lagi, lalu melemparkannya ke seberang ruangan. Saya sangat ingin Tuhan menanggapi kemarahan saya. Terbersit dalam pikiran, akan ada kilat menyambar dan menjatuhkan saya — setidaknya itu menunjukkan bahwa Tuhan mendengarkan saya.”

Ketika Arthur sampai pada akhir dirinya, – dalam keadaan benar-benar tak berdaya – dan emosinya mereda, Tuhan berbisik di dalam hatinya, Arthur, kamu perlu memasuki perhentian-Ku.

Sebagai pengkhotbah tentang Iman, Arthur tidak menghargai hikmat Allah. “Saya merasa direndahkan, terhina. Ingatan pada bagian dalam Kitab Ibrani yang mengatakan umat Allah tidak dapat masuk ke dalam perhentian-Nya karena ketidakpercayaan mereka (Ibrani 3:19), terus terbayang. Saya berpikir, Tuhan, bagaimana Engkau bisa mengatakan hal itu kepada saya? Saya pengkhotbah tentang Iman! Saya tahu semua isi Kitab Suci. Saya memiliki iman! ”

Tetapi Roh Tuhan menjelaskannya, “Ketidakpercayaan bukanlah ketidakmampuan untuk percaya; hal itu terjadi ketika apa yang Anda yakini adalah sesuatu yang Tidak (salah). ”

Arthur mengerti.

Sepanjang hidupnya, dia percaya kepada Tuhan, tapi malam itu, Arthur menyadari selama ini dia mempercayai hal-hal yang salah tentang Tuhan, sama seperti anak-anak Israel. Setelah Tuhan menyelamatkan orang-orang Israel dari tangan orang Mesir, kepercayaan mereka tersendat keraguan di padang gurun. Meski pun mereka melihat kuasa-Nya yang luar biasa diperlihatkan berulang kali, ketika tiba saatnya bagi orang Israel harus memasuki Tanah Perjanjian, yang benar-benar mereka percayai tentang Allah — Dia adalah seorang Tuan Pengerah yang memaksa mereka bekerja keras, selalu mencari alasan untuk menghukum mereka — sehingga terus menghalangi mereka memasuki tempat perhentian-Nya.

Kesalahpahaman Arthur tentang karakter Tuhan yang sesungguhnya, membuatnya tidak mengalami manfaat yang seharusnya diperolehnya dalam hubungannya dengan Tuhan.

“Pengalaman itu merupakan hal terbesar yang pernah saya alami. Akhirnya saya menyadari bahwa hubungannya dengan Tuhan – Kekristenan – bukanlah tentang seberapa banyak saya mengetahui tentang Tuhan; namun bagaimana saya mengalami Dia. Itulah yang akhirnya mengubah hidup saya. ”

Sekarang Arthur berkeliling dunia, memberitakan Injil kepada semua orang yang mau mendengarkan. Pesannya tidak menunjukkan apa yang salah dengan kita, tetapi mengajarkan orang-orang untuk melihat diri mereka sendiri dalam terang karya salib yang sudah selesai. “Injil itu tentang KEBENARAN yang ada di dalammu!”

Arthur sering berkata. “Anugerah tidak memberi kita ijin untuk berbuat dosa; sebaliknya memberdayakan kita untuk hidup saleh.”

[Repost ; “A testimony of Grace: Arthur Meintjes”, – Arthur Meintjes, https://www.charisbiblecollege.org/blogs/charis-blog/2015/4/8/a-testimony-of-grace-arthur-meintjes, diterjemahkan oleh Yenny Indra].

Read More
Self Motivation, Seruput Kopi Cantik

Berdoa Untuk Hal ‘Mustahil’. Berani Terima Tantangan???

Seruput Kopi Cantik
Yenny Indra

Berdoa Untuk Hal ‘Mustahil’. Berani Terima Tantangan???

Seorang teman sakit. Saya mengirimkan pengajaran tentang kesembuhan. Bagi saya pengajaran ini luar biasa, ternyata ada caranya untuk meraih kesembuhan supranatural. Dahsyat bo!

Biar pun duit ada, saya memilih sembuh supranatural. Operasi selalu ada resikonya.

“Yenny saya cocok, pengajaran ini bilang meski kita mendengar Tuhan, tetap tidak boleh terlalu rohani sampai tidak mau mendengarkan orang lain,” jawabnya.

Melongo..
Penasaran, saya dengarkan lagi pengajarannya hingga 2 kali, kebetulan dalam Bahasa Inggris. Kuatir saya salah ngerti. Ga ada tuh kalimat seperti itu.
Saya sadar, sebetulnya setiap orang mendengar dan belajar sesuai dengan frame yang sudah ditetapkan sebelumnya. Apa yang kita mau, itu yang kita dengar. Membuktikan kebenaran teori Neurosemantic-nya P. Prasetya M. Brata.

Mengapa sich orang takut berdoa dan mengharapkan kesembuhan supranatural?
Karena itu diluar akal dan pemikiran kita!

Manusia berdoa dan percaya, sesuai dengan kemungkinan dan sumber-sumber yang masuk akal serta bisa dijelaskan.
Kalau melebihi itu, dianggap pemimpi karena mustahil menurut akal. Takut tidak terjadi.

“Iya sich . . Kadang-kadang saya tahu, mujijat itu bisa terjadi,” lalu memberi alasan,
“Itu kan untuk orang yang imannya besar”.

Benarkah?
Padahal Tuhan sudah bilang, ukuran iman setiap orang sama.
Apa yang membedakannya?
Ketidakpercayaan!
Darimana ketidakpercayaan datang?
Dari info yang didengar dan diijinkan masuk ke dalam pikiran, akhirnya direnungkan.
Kalau info-info yang negatif serta menakutkan jauh lebih banyak yang masuk di kepala, dibandingkan firman Tuhan, ya sangat masuk akal kalau ketidakpercayaannya lebih tinggi dibandingkan imannya.

Banyak yang takut berdoa mengharapkan kesembuhan supranatural, kelimpahan, kemakmuran.
Apalagi mendoakan orang lain!
Bagaimana kalau tidak terjawab?
Bagaimana kalau kecewa?
Bagaimana kalau akhirnya orang itu marah dan menolak Tuhan?
Kuatir dianggap kita yang mendoakan tidak rohani, kurang diurapi dan dianggap kurang karib dengan Tuhan… Buktinya tidak terjadi apa-apa.
Nanti apa kata dunia???

Padahal kunci mujijat terjadi adalah karena percaya.
Tugas kita percaya dan melakukan dengan taat sesuai perintah Tuhan. Termasuk mendoakan orang sakit, mengusir setan, menyembuhkan orang yang sakit lepra.
Tentang hasil, serahkan Tuhan.
Jadi ketika terjawab secara instan, kita tidak mencuri kemuliaan Tuhan.
Itu Tuhan dan bukan kita.
Bukan doa kita yang dahsyat, Ingat itu dan catat!

Saat doa belum terjawab dan kesembuhan belum terlihat mata, kita tidak galau juga.
Itu Tuhan bukan kita.
Tidak semua jawaban doa instan. Saya butuh waktu hampir 2 tahun untuk sembuh dari Hipertiroid. Kesalahan bukan pada Tuhan tetapi saya yang belum siap menerima jawabannya.
Ketika pemahaman sampai, kesembuhan terjadi secara natural.

Tuhan sudah memerintahkan, _Apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu._

Kesembuhan, kemakmuran, kebahagiaan, kelimpahan, hikmat dan janji hidup kekal di surga, semuanya satu paket dengan keselamatan kita.

Kalau ada orang yang tidak percaya Tuhan mampu menyembuhkan secara supranatural, mampu memberikan kelimpahan, kemakmuran mau pun kebahagiaan, bagaimana dia bisa percaya akan masuk surga jika meninggal nanti?
Dia belum pernah melihat surga dan neraka juga.

Logikanya, jika kita percaya bahwa surga dan neraka memang ada, seharusnya kita percaya kesembuhan supranatural, kelimpahan dan janji-Nya juga:

Apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu *telah menerimanya*, maka hal itu akan diberikan kepadamu.

Ini Tuhan yang janji lho!
Kalau sampai gak percaya janjinya Tuhan, lha buat apa berdoa dan beribadah?
Gak cengli tho?

Apa saja yang kita minta?
Yang sesuai dengan kehendak Allah, tentunya.
Bukan mengingini istri atau mobil orang lain, contohnya. Itu melanggar kehendak Allah.

Kalau ingin sembuh, hidup berkelimpahan karena ingin menjadi berkat bagi orang lain, itu sesuai kehendak Tuhan.
Sehingga hidup kita menjadi kesaksian yang terbuka maka orang-orang di sekeliling kita bisa melihat hidup kita berbeda karena disertai Allah.
Akibatnya, mereka ingin mengenal Allah, itu sesuai rencana-Nya.

Make sense?

For every persistent one will get what he asks for. Every persistent seeker will discover what he longs for. And everyone who knocks persistently will one day find an open door.

Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan.

YennyIndra
TANGKI AIR *ANTI VIRUS* & PIPA PVC
MPOIN PLUS & PIPAKU
PRODUK TERBAIK
PEDULI KESEHATAN

#SeruputKopiCantik
#yennyindra
#InspirasiTuhan #MotivasiKebaikan
#mengenalTuhan #FirmanTuhan

Read More
Self Motivation, Seruput Kopi Cantik

Curahkan Segala Kekuatiranmu Kepada-Nya…

Seruput Kopi Cantik
Yenny Indra

Curahkan Segala Kekuatiranmu Kepada-Nya…

Casting all your care upon Him, for He cares for you.

Curahkan segala kekuatiran kita kepada-Nya, karena Dia yang memelihara (mempedulikan) kita.

Ini adalah pesan Tuhan kepada kita.
Tetapi apa yang sering kita lakukan?
Justru curhat ke seantero dunia! Gak salah klo masalahnya makin ruwet dan ga selesai-selesai!

Saya tahu kebenaran ini sudah lama sekali. Seolah-olah sudah mengerti. Sampai suatu ketika saya mendapatkan pemahaman baru.

Selama ini jika ada hal yang meresahkan, saya bercerita kepada siapa?
Sebagian besar pada P. Indra karena kami nyaris bersama-sama terus. Atau pada teman.
Bukankah seharusnya saya curhat kepada Tuhan?

Setelah menyadari kesalahan ini, saya mulai curhat kepada Tuhan dan menutup mulut terhadap siapa pun.
Saya menjelaskan apa yang saya resahkan dan minta Tuhan dengan jelas apa yang saya inginkan.

Dalam perjalanannya, ketika terjadi hal-hal yang berbeda dengan harapan, saya ‘bercengkerama’ dengan Tuhan dan pokoknya berkomunikasi dengan-Nya.

Apa bedanya?
Dengan cara demikian saya hanya fokus kepada Tuhan, tidak terpecah perhatian pada banyak orang.
Dan Tuhan itu mengatur dengan cara yang sangat baik.
Banyak hal-hal yang tak terduga terjadi.

Ada kalanya, saya butuh minta saran pada ahli di bidang tersebut. Atau teman yang pernah mengalami kasus serupa. Minta hikmat Tuhan, siapa orang yang Tuhan pilih untuk memberi saran. Hasil diskusi, bawa lagi kepada Tuhan. Dan didiskusikan dengan P. Indra atau orang-orang yang terlibat dalam masalah ini. Bedanya, dalam setiap proses, yang utama datang kepada Tuhan dulu, sebelum berbicara dan mengambil keputusan. Tidak membiarkan kekuatiran, kemungkinan-kemungkinan buruk diucapkan, didiskusikan, ditambah berbagai komentar sehingga membuat masalah makin berat. Sesungguhnya masih kemungkinan, diucapkan berulangkali seolah sudah pasti, dan yang diucapkan berbeda dengan yang kita minta dalam doa.

Bagaimana jika saya membiarkan pikiran yang bertentangan dengan Allah ada di kepala saya?
Awalnya bagaikan selembar benang yang disebut pertimbangan. Semakin dipikirkan, semakin melebar, dan menjadi jalinan yang kuat, yang pada akhirnya menjadi benteng yang menolak Allah.

Sesuatu yang kelihatannya ‘normal’, sedikit tidak taat kepada Tuhan gapapalah… Wajar… Manusiawi. Ketika dibiarkan, dinikmati, tanpa disadari hidup kita makin menjauh dari Tuhan.
Dan hidup pun kacau balau.

Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hati kita, jangan bersandar pada pengertian kita sendiri. Akui Tuhan dalam segala apa pun yang kita lakukan, maka Tuhan akan meluruskan jalan kita.

Karena saya sudah minta hal-hal baik, maka saya menjaga diri tidak mengucapkan kata-kata yang berlawanan dengan apa yang diminta. Sepakat dengan perkataan Tuhan. Fokus mengarahkan pikiran selaras dengan Allah dan firman-Nya.

Terjadilah sesuai imanmu…
Hal-hal baik pun terjadi dalam bentuk berbagai ‘mujijat’ kecil.
Dan itu menyenangkan!
Hidup jadi enteng…

Praktik yuk….

Don’t fret or worry. Instead of worrying, pray. Let petitions and praises shape your worries into prayers, letting God know your concerns. Before you know it, a sense of God’s wholeness, everything coming together for good, will come and settle you down. It’s wonderful what happens when God displaces worry at the center of your life.

Jangan cemas atau khawatir. Alih-alih khawatir, berdoalah. Biarkan permohonan dan pujian mengubah kekhawatiran kita menjadi doa, supaya Tuhan tahu keprihatinan kita. Sebelum kita menyadarinya, Allah sudah bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi kita. Sungguh luar biasa yang terjadi ketika Allah mengubahkan kekhawatiran di pusat kehidupan kita.

YennyIndra
TANGKI AIR *ANTI VIRUS* & PIPA PVC
MPOIN PLUS & PIPAKU
PRODUK TERBAIK
PEDULI KESEHATAN

#SeruputKopiCantik
#yennyindra
#InspirasiTuhan #MotivasiKebaikan
#mengenalTuhan #FirmanTuhan

Read More
Articles, Christianity

“Hati Nurani: Rencana B Allah untuk Manusia.”

“Hati Nurani: Rencana B Allah untuk Manusia.”

Dalam buku barunya, Who Told You That You Were Naked?
(Siapa Yang Mengatakan Kepadamu Bahwa Engkau Telanjang?),
Andrew mengungkapkan kebenaran yang sering disalahpahami:
Pada awalnya Tuhan tidak menciptakan kita dengan hati nurani.
Dia tidak menciptakan kita dengan kemampuan untuk menilai diri kita sendiri dan terus menerus mengevaluasi, apakah kita benar atau salah. Dia menciptakan kita tanpa memiliki rasa bersalah.

Hal ini menyadarkan saya, jika hati nurani adalah rencana B Allah bagi kita semua, maka penting untuk memahami peran yang dimainkannya dalam kehidupan kita.

Membaca buku Andrew membawa saya kembali ke tahun-tahun awal menjadi orang Kristen. Segera setelah lahir baru, saya merasa didorong oleh Roh Kudus untuk mengakui dosa-dosa saya.
Saya tidak yakin bagaimana melakukannya sendiri, dan menculik seorang pastor merupakan hal yang mustahil!

Dengan hati terbuka, saya menjangkau teman-teman dan keluarga yang bersedia membuka hati, mendengarkan saya.
Pada awalnya, proses tersebut membawa kesembuhan dalam hati dan saya mengalami kasih Tuhan melalui rahmat yang saya terima. Saya merasa lebih dekat dengan Tuhan, karena saya meninggalkan ‘daun ara’ (rasa malu, bersalah) saya. Tetapi setelah beberapa saat, upaya untuk menaati Tuhan menjadi beban. Ada suara kecil yang terus mengatakan kepada saya, bahwa upaya saya tidaklah cukup, atau saya tidak berbagi dengan orang yang tepat, atau caranya tidak benar. Tidak peduli seberapa banyak pun mencoba, saya tidak bisa menenangkan suara yang tanpa henti terus mengingatkan, bahwa saya gagal.

Pada suatu kesempatan dalam waktu doa, saat bergumul dengan perasaan-perasaan saya, Tuhan mengingatkan pada Matius 6:22-23. Dalam Alkitab Amplified ayat ini mengatakan,
“Mata adalah pelita tubuh; jadi jika matamu sehat [cara pandang rohani], seluruh tubuhmu akan terang [mendapat manfaat dari pengajaran Tuhan]. Tetapi jika matamu tidak sehat [buta secara rohani], seluruh tubuhmu akan penuh dengan kegelapan [tidak memiliki cara pandang Tuhan]. Jadi jika [sinar] cahaya di dalam dirimu [pribadi dalam batinmu, hatimu, hati nuranimu] berada dalam kegelapan, betapa pekat dan mengerikannya kegelapan itu! ”

Tuhan berkata kepada saya, “Saya bukanlah pribadi yang membuatmu merasa terkutuk; itu karena hati nuranimu.”
Kemudian saya menyadari sesuatu: mengakui kesalahan-kesalahan saya adalah hal yang baik, tetapi terus menerus mengakui dosa karena saya tidak memahami arti penebusan saya adalah sebuah kegelapan tak berujung.

Pernahkah kita bergumul karena memberikan yang terbaik kepada Tuhan tetapi merasa sepertinya yang terbaik pun tidaklah cukup?

Pengajaran Andrew akan membantu kita memahami, hati nurani muncul sebagai akibat dari Kejatuhan Manusia. Tujuan Allah supaya hati nurani membantu menyadarkan kebutuhan kita akan keselamatan; pada akhirnya justru menjadi kutukan bagi kita.

Sementara hati nurani merupakan hal yang baik, namun tidak seharusnya kita tinggal di tempat penghukuman itu.
Pada kenyataannya, kita seharusnya beranjak meninggalkan penghukuman, untuk mengembangkan hati nurani yang baik, hati nurani yang tanggap secara rohani dan dipenuhi terang.

Andrew menjelaskan bahwa salah satu hal yang perlu kita lakukan untuk menumbuhkan hati nurani yang sehat, dengan menghidupi Ibrani 10:22 (TB) dan percaya bahwa “kita telah dibersihkan {dengan darah-Nya} yang membebaskan kita dari hati nurani yang merasa bersalah” (Firman Tuhan).

Inilah sukacita karena keselamatan kita!
Iman dalam kuasa darah-Nya akan menghapus semua penghukuman, rasa malu, dan hati nurani kita akan dipenuhi dengan terang!

[Repost; “The Conscience: God’s Plan B for Mankind”, – Andrew Wommack, ditulis oleh Citalli Macy, https://www.awmi.net/blog/the-conscience-gods-plan-b-for-mankind/, diterjemahkan oleh Yenny Indra]

Read More
1 3 4 5