Articles, Relationship, Self Motivation

Apakah Kita Melihat Seperti Tuhan Melihat Mereka?

 

Seruput Kopi Cantik
Yenny Indra

Apakah Kita Melihat Seperti Tuhan Melihat Mereka?

Berawal dari B. Silvy yang akan mengunjungi Siau Siang di Surabaya, lalu saya memutuskan pulang ke Surabaya juga, ada urusan. Kebetulan P. Dolfi ada urusan pekerjaan butuh ke Gresik, dipas-paskan jadilah acara Kopdar doa pagi BBL di Surabaya. Yang hadir bahkan dari Palu, Jakarta, Bandung dll.

Mengetahui rencana kami ke Surabaya, B. Monica & B. Liana segera mengundang kami mengunjungi Sekolah Gratis Pelita Permai dan Yayasan Pondok Hayat, yang menampung ibu-ibu hamil diluar nikah agar tidak menggugurkan kandungannya.

Seperti yang saya ceritakan di artikel sebelumnya, saya gak jadi ikut karena buru-buru harus kembali ke Jakarta, karena cucu tercinta: Cayla T Christian lahir.

Namun saya tetap menuliskan kisah kunjungan teman-teman BBL karena trenyuh dengan pengalaman yang diceritakan teman-teman.

Asal mula Sekolah Pelita Permai unik sekali. Awalnya B.Liana mengundang anak miskin yang ditemui saat dia jalan pagi dengan anak-anaknya. Dimasakkan nasi goreng, telor dan sosis, tetapi ga dimakan ternyata mau dibawa pulang untuk adiknya. Terharu.
“Makan saja, nanti untuk adikmu saya bungkuskan,” ujar B. Liana dalam Bahasa Jawa. Anak itu tidak bisa berbahasa Indonesia dan tidak sekolah.

Sejak itu dilanjut bagi-bagi makanan ke anak-anak, lalu merembet ke ortu jadi mereka kumpul-kumpul di sebelah sampah di daerah kumuh sampai mengumpulkan 600 org.

Anak yang ditemui tsb buta huruf jadi mulai diajari baca tulis, kemudian ortu mereka dirayu untuk melepas anak yang kecil sekolah gratis karena anak-anak itu mengemis di perempatan jalan.
Menjawab kebutuhan itulah, B. Liana dan B. Monica mendirikan Sekolah Gratis Pelita Permai.
Sejak ada Sekolah Pelita Permai, maka tidak ada lagi pengemis anak-anak di Surabaya Barat karena direkrut untuk sekolah di sana.

Teman-teman mengunjungi sekolah ini, yang sekarang sudah memiliki gedung sekolah milik sendiri. Tuhan baik. Sekolahnya bagus dan anak-anak tampil menunjukkan kemampuannya dengan presentasi yang memukau.

P. Dolfi mengamati, memang seperti umumnya di dunia ini, anak-anak ini tanpa sadar kerap dikotak-kotakan. Ini kaum marjinal, anak pemulung, anak buruh dll.
Seorang anak menangis keras-keras ketika dibully teman-temannya karena ayahnya seorang pemulung.

P. Dolfi mengajak semua orang melihat anak-anak ini dan sesama kita, seperti Tuhan melihatnya. Karena cara Tuhan memandang berbeda dengan kita.

“Kalian ini calon-calon pemimpin masa depan. Ada calon gubernur, konglomerat, insinyur, bahkan pemimpin yang akan mengubah dunia….” kata P. Dolfi,
“Selalu imajinasikan apa cita-citamu dan lihatlah diri kalian di sana: menjadi presiden, gubernur, konglomerat dan pemimpin dunia…”

Wow…. mereka pun begitu bersemangat. Tidak hanya cara mereka memandang teman-temannya berbeda, demikian pula guru-gurunya… sekarang mereka bersemangat mengajar calon pemimpin masa depan…

Inilah nilai-nilai yang kami pelajari di Sekolah Charis, memandang dan menghargai setiap orang seperti Tuhan mengasihi mereka semua…
Kasih mengalahkan segalanya.
Dan ketika kebenaran diberitakan dan diterima, orang jahat & tersesat pun bisa berubah karena kebenaran itu yang memerdekakannya.
Yeaaaayyy…..

*****
Lalu teman-teman berkunjung ke Pondok Hayat.
Dimotori oleh 3 ibu rumah tangga: B. Monica, B. Liana & B. Lanny, yang terbeban agar tidak terjadi aborsi, pengguguran kandungan. Sehingga mereka mendirikan Pondok Hayat, tempat bernaung ibu-ibu hamil itu hingga melahirkan. Mereka dirawat dan dilayani dengan penuh kasih. Setelah melahirkan, jika sang ibu ingin memelihara bayinya, dipersilahkan. Tetapi jika tidak mau, akan dirawat di Pondok Hayat.

Doni, Moses dan Jack adalah contoh 3 anak Pondok Hayat yang beberapa waktu lalu berangkat kuliah di Taiwan, yang pernah saya tulis di Seruput Kopi Cantik. Di Pondok Hayat mereka dibesarkan sebagai keluarga. “My kids,” demikian B. Monica menyebut mereka bak anak kandungnya sendiri.

Yang bikin trenyuh kebanyakan mereka, bukan hamil karena kemauan sendiri tetapi karena diperkosa, ada pula kasus incest dan seks bebas. Diantaranya, ada yang diberi minuman lalu diperkosa beramai-ramai. Sehingga tidak tahu siapa ayah anaknya. Tragis.
Pasien termuda berusia 12 tahun dan 14 tahun.

Di Pondok Hayat mereka dirawat, dilayani dan dikasihi dengan baik. Tetapi trauma yang mereka alami sangat mendalam. Mereka kerap sulit tidur. Merasa tidak punya harapan dan masa depan.

Yg pondok hayat jg bisa ditambah, adanya pelayanan masyarakat shg yg dulunya sekitar banyak org yg hidup serampangan, mabuk, mengalami transformasi.
Tuhan nyatakan utk menstranformasi maka hrs melakukan edukasi

“Kalian jangan merasa tertuduh dan membenci diri sendiri. Tuhan mengasihi kalian semua. Tuhan mengasihi dan menerima kalian. Jangan terpuruk, tetapi bangkit. Bangun masa depan yang dahsyat bersama Tuhan,” P. Dolfi menguatkan iman mereka, “Kejadian kalian itu dahsyat dan ajaib. Tuhan sudah menenun kalian sejak di dalam kandungan ibumu… Dan rancangan Tuhan bagi masa depanmu adalah rancangan damai sejahtera dan penuh harapan.
Tuhan akan memakai anak-anak di Pondok Hayat menjadi orang-orang besar yang mengubah dunia dan menjadi pemimpin masa depan.”

“Apa cita-citamu”, tanya P. Dolfi pada gadis 14 tahun yang masih SMP.
“Saya ingin sekolah, Om.”
“Ya, nanti kamu sekolah SMA bahkan kuliah… capai cita-citamu. Tuhan sudah menyiapkan masa depan yang hebat asalkan kamu mau melakukan bagianmu. Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan.”

Teman-teman pun segera melayani pasien di Pondok Hayat. Mendengarkan curhat mereka, mendoakan, memeluk dan menangis bersama. Terharu.
Kasih Tuhan mengalir melalui teman-teman kepada para pasien. Mereka merasa dikasihi dan diterima.
That’s Why Tuhan memakai setiap kita, karena Tuhan ingin kita menjadi bejana yang mengalirkan kasih-Nya.

Diantara teman-teman yang hadir, ada Bu Upie dari Jakarta, yang langsung bersemangat ingin ikut ke Surabaya karena beliau seorang bidan. Hatinya memang terbeban untuk anak-anak yang terbuang.
Bu Upie terpukau menyaksikan apa yang terjadi di Pondok Hayat.

“P. Dolfi, saya sampai speechless lho… ternyata di Pondok Hayat ada kulkas besar untuk menyimpan ASI (Air Susu Ibu) lengkap dengan tanggal dan jamnya. Rupanya orang-orang tidak hanya menyumbang uang dan makanan tetapi juga ASI. Betul sekali nubuatan P. Dolfi, mereka akan jadi anak-anak yang luar biasa karena tiap hari minumnya ASI…,” B. Upie melaporkan dengan ceria.
Wow….
Tuhan sungguh dahsyat!

Dengan adanya Pondok Hayat dan pelayanan masyarakatnya, dulu di sekitarnya banyak orang yang hidup serampangan, mabuk, sekarang mengalami transformasi.
Tuhan memberi visi, bahwa untuk menstranformasi maka harus melakukan edukasi.

*****
Tidak peduli apa penyebab seseorang hamil, begitu sel telur bertemu sperma di rahim seorang wanita, Tuhan sudah menetapkan tujuan bagi hidupnya. Malapetaka terjadi karena dunia sudah jatuh dalam dosa.
Tetapi anak itu lahir bukan kecelakaan. Setiap anak spesial di mata Tuhan, memiliki tujuan khusus yang tak tergantikan dan Tuhan mengasihi serta menerimanya tanpa syarat.

Ketika seseorang menyerahkan hidupnya, berbalik kepada Tuhan maka segala sesuatu yang nampak ‘buruk’, akan diubah menjadi kemuliaan bagi nama Tuhan.

Azie Taylor Morton, Menteri Keuangan Amerika Serikat pada zaman Presiden Jimmy Carter.
Dia lahir hasil dari perkosaan seorang pria terhadap ibunya yang bisu, tuli dan miskin sehingga dia tidak mengenal ayahnya.
Hidupnya sangat miskin hingga dalam umur yang masih sangat muda, Azie terpaksa bekerja untuk mencari nafkah untuk dia dan ibunya karena saat itu ibunya sakit stroke.
Dia bekerja sebagai buruh kasar di perkebunan kapas.
Azie benci keadaan saat itu.
Kecewa kepada TUHAN saat itu karena DIA tidak adil atas hidupnya. Di saat kebanyakan anak-anak menikmati hidup layak, dia harus bergumul dalam penderitaan. Diejek dengan julukan ‘anak haram’, dikucilkan dan Azie tidak melihat harapan bagi masa depannya.

Suatu hari, Azie bertemu dengan seorang pendeta.
Beliau berkata, “Azie..tahukah kamu bahwa hidup ini adalah anugerah, Nak? TUHAN memberikan kamu kebebasan memilih. Mau tetap mengeluh seperti ini atau bangkit dari kemiskinan, pilihan itu ada di tanganmu, Nak. Perlu kamu ketahui rencana TUHAN atasmu bukan rencana kecelakaan melainkan hari depan yang penuh harapan.
Selama bisa memilih, pilihlah yang terbaik.”

Singkat cerita, Azie mulai bekerja dengan giat untuk membiayai sekolah dan kehidupan ibunya.
Berkat doa sang ibu serta kerja keras yang ulet, akhirnya TUHAN memberkati Azie dengan melimpah, meraih kesuksesan. Azie menjabat sebagai Menteri Keuangan.
Tidak hanya itu, Azie satu-satunya wanita Afro-Amerika yang tandatangannya tertera dalam lembar mata uang US dollar.
Dahsyat bukan?
Janji Tuhan Ya dan Amin!

Siap belajar? Yuk….

We receive the measure we respond. If we want to receive more, we have to respond more – Nancy Dufresne

Kita menerima ukuran selaras dengan respon kita. Jika ingin menerima lebih banyak lagi, kita yang harus lebih banyak menanggapinya – Nancy Dufresne

YennyIndra
TANGKI AIR *ANTI VIRUS* & PIPA PVC
MPOIN PLUS & PIPAKU
PRODUK TERBAIK
PEDULI KESEHATAN

#SeruputKopiCantik
#yennyindra
#InspirasiTuhan #MotivasiKebaikan
#mengenalTuhan

 

Yenny Indra Visit Website
Traveller, Family Growth Inspirator, Seruput Kopi Cantik YennyIndra, Co Founder of PIPAKU & MPOIN FB: Pipaku Mpoin www.mpoin.com FB: Yenny Indra www.yennyindra.com Email: yennyindra09@gmail.com
Related Posts
IMPOSSIBLE
Dimanakah Imanmu?
Apakah Tuhan Juga Hadir Saat Liburan?