Cerdik Seperti Ular, Tulus Seperti Merpati!
Seruput Kopi Cantik?
Yenny Indra
Cerdik Seperti Ular, Tulus Seperti Merpati!
“Bu Yenny, saya memilih gak usah beribadah tetapi jaga hidup yang baik saja. Jaman sekarang agama dijadikan sarana untuk ‘membujuk atau menipu’ orang lain,” ujar seorang teman.
Saya paham sekali dan mengalaminya juga. Investasi bodong, pemimpinnya memanfaatkan tokoh-tokoh agama dan bahkan dia sendiri menunjukkan bahwa dia seorang yang sangat ‘rohani’ tetapi berakhir dengan menilap uang ribuan orang.
Beberapa teman membujuk, “Itu lho rohaniwan besar itu saja ikut berinvestasi. Pasti dia sudah tanya Tuhan dulu. Kita ini jemaat, lihat saja dan mengikuti tokoh yang sudah top dan tinggi rohaninya.”
Akibat salah investasi, ketika rugi, kita cenderung ‘menyalahkan’ Tuhan. Menyamakan tokoh agama itu dengan Tuhan, lalu kecewa meninggalkan Dia.
Saya pun pernah begitu.
Padahal gak ada ayat yang bilang begitu. Tuhan TIDAK PERNAH memerintahkan kita membabi-buta meniru dan mengikuti tokoh ‘hebat’, meski pun dengan dalih surga & agama.
“Cari dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya akan ditambahkan kepadamu,” demikian perintah Tuhan.
Terlanjur kecewa. Koq Tuhan tidak melindungi sich?
Ketika saya menjauh dari-Nya, hati saya semakin galau. Hidup terlalu berat untuk dijalani sendirian.
Saya merenung.
Sejak awal menikah dan berbisnis, hidup saya tidak lepas dari pertolongan Tuhan yang satu, kepada pertolongan Tuhan yang lain. Begitu banyak hal-hal mustahil terjadi. Dan saya sadar, Tuhanlah yang mencurahkan berkat-Nya.
Hidup tidak lepas dari masalah. Badai kadang datang tanpa diundang dan tanpa permisi pula. Dulu kerap stres, ga bisa tidur, akibatnya _bad-mood_. Betapa beratnya hidup.
Tetapi semakin saya mengenal-Nya, badai tetap ada namun saya bisa tidur nyenyak karena Tuhan menopangku.
Apakah saya akan meninggalkan-Nya karena ‘tertipu’ berinvestasi pada sesuatu yang dikelola orang yang menyalahgunakan nama Tuhan?
“Tidak,” saya memutuskan dalam hati, “Saya tidak mampu menjalani hidup ini sendirian.”
Ketika saya merenungkan hal ini lebih dalam, saya mendapatkan pemahaman baru. Sebetulnya, kesalahan ada di pihak saya. Tuhan sudah beri rambu-rambu, sekaligus saya diberi kebebasan memilih. Free Choice. Kalau saya sengaja memilih melanggar rambu-rambunya, lalu menerima konsekuensinya, itu bukan salah Tuhan. 100% salah saya!
“Bu Yenny sering sekali membahas tentang benih ya? Saya sampai hafal,” ujar teman lain.
“Iya pak, di sekolah saya belajar bahwa prinsip benih itulah prinsip dasarnya kehidupan. Kalau kita paham prinsip itu, segalanya jadi mudah dipahami, kata guru saya.”
Saya beberapa kali berinvestasi dan rugi. Mengapa?
Karena kerapkali saya terpukau dengan keuntungan besar.
Benihnya ‘keserakahan dan ingin cepat kaya’.
Padahal Raja Salomo / Sulaiman berkata,
Berkat dalam hidup menyertai orang yang jujur ??dan setia, tapi hukuman menghujani orang yang tamak dan tidak jujur.
Dengan mulutnya orang fasik membinasakan sesama manusia, tetapi *orang benar diselamatkan oleh pengetahuan.*, tercatat di kitab amsal.
Salah memilih karena kurang pengetahuan.
Mengapa hal buruk menimpa orang baik?
‘Wrong Thinking’ – Salah Berpikir, Salah Persepsi.
Mengapa bisa Salah Berpikir?
Karena Kurang Pengetahuan.
UmatKu binasa karena kurang pengetahuan.
Akibatnya salah mengambil keputusan. Endingnya mengakibatkan kerugian!
******
Tidak hanya soal investasi, ternyata dalam berbagai sisi kehidupan diperlukan Wisdom & Spiritual Understanding. Kebijaksanaan dan pengertian rohani.
Bahkan membantu orang pun kita butuh bijak.
*Tidak semua orang Perlu Ditolong & Mau Ditolong!*
Masa iya????
Gubbbrrraaaakkkk…….
Ramai di sosmed kasus dr. Richard Lee & Farel Aditya.
Coach Tom McIfle mengulas di ig, ada orang-orang yang memang tidak mau ditolong. Orang itu nyaman dengan keluhan-keluhan dan hidupnya yang tragis, sehingga mendapatkan banyak perhatian. Itu comfort-zonenya.
******
Sejak dulu pelayanan saya di bidang menulis, jadi tidak banyak bergesekan dengan dunia nyata.
Setelah sekolah di Charis, mulailah saya belajar melayani di dunia yang nyata.
Dan banyak menemui fakta yang berbeda dengan nilai-nilai yang saya anut dan menghadapi aneka rupa kejadian yang seolah aneh tapi nyata.
Ani seorang single mom yang hidupnya sangat tragis. Ditinggal suami, menanggung anak sendiri, sejak kecil hidupnya sudah bak novel yang serba menyedihkan.
Dari ketidakberuntungan yang satu, kepada ketidakberuntungan lainnya…. Melas pokoknya!
Awalnya saya terhanyut dengan kisahnya. Tetapi makin lama, memang sulit sekali membantunya keluar dari situasinya. Beres satu, ada lagi celaka berikutnya….Semakin diperhatikan, semakin saya terjerat gulungan ombak tragedinya, justru saya yang burn out, stress dan speechless.
Hingga Tuhan menyadarkan saya, yang bisa membuatnya keluar dari tragedi hidupnya, hanyalah pengenalannya kepada Allah yang benar.
Saya bukan juruselamatnya!
Saya berikan berbagai resources yang baik, dan selebihnya, terserah Ani. Saya mundur menjaga jarak. Hanya Ani yang bisa menolong dirinya sendiri.
Hanya kebenaran sejati dari Allah yang bisa memerdekakan seseorang. Dan itu tidak bisa diwakilkan.
Butuh relationship pribadi Ani dengan Allah agar hidupnya merdeka.
******
Saya pun belajar ternyata tidak semua orang melayani demi kepentingan orang yang dilayani.
Seorang teman melayani kalangan marjinal, karena dengan pelayanan itu, menjadi kendaraan untuk masuk ke media bahkan diliput di TV, dan support bisnisnya pula.
Itulah sebabnya, dia tidak begitu peduli dengan hasil pelayanannya karena baginya, dia hanya butuh legalitasnya saja. Oh….
Itulah sebabnya pelayanan kami di Sekolah Charis menjangkau banyak orang. Karena kami diajarkan untuk menghidupi dulu apa yang dipelajari di sekolah.
Dari kelimpahan hidup kamilah, baru bisa melayani orang lain. Membagikan hidup.
Kami mengajar pemuridan free of charge, bahkan untuk transpor dll kami bayar sendiri.
Kami menginginkan hidup orang-orang yang kami layani berubah menjadi lebih baik. Terjadi Perubahan Pola Pikir sesuai Kehendak Allah. Titik. Tidak ada tujuan lain dibelakangnya. Kami sudah diberkati, ingin memberkati orang lain.
Yang dikejar adalah buahnya. Jika yang diajarkan benar-benar benih dari Tuhan, buahnya pasti nyata dan berdampak kekal. Orang lain bisa merasakan ketulusan dan kasihnya. Jika yang kita kerjakan itu proyeknya Tuhan, provisionnya selalu tersedia.
Membagikan hidup bukan sekedar formula… Ada transfer kasih, transfer spirit, transfer kehidupan, karena dengan siapa kita bergaul, kita akan menjadi seperti dia.
Ketika kita bergaul dengan Allah & firman-Nya, kasih-Nya pun transfer melalui kita….kita menjadi bejana yang mengalirkan Allah.
Kita membangun relationship melalui firman-Nya, agar menjadi pribadi yang cerdik seperti ular, namun tulus seperti merpati.
Dengan demikian, kita dipenuhi dengan pengetahuan tentang kehendak-Nya dalam segala hikmat dan pemahaman rohani; sehingga kita dapat berjalan serta hidup layak bagi Tuhan, menyenangkan Dia sepenuhnya, berbuah dalam setiap pekerjaan baik dan meningkat dalam pengetahuan tentang Tuhan;
Apa pun yang kita lakukan, hanya bisa dari Dia, oleh Dia dan untuk Dia….
It’s all about God not us!
God’s Way not My Way….
Setuju?
“Anything that God births is anointed…. If I’m doing my own thing and trying to get God to bless it, it’s not going to work. But if I’m simply doing what God has told me to do, it’s already anointed.” – Andrew Wommack
“Apa pun yang dilahirkan Allah, diurapi …. Jika saya melakukan ide saya sendiri dan berusaha agar Allah memberkatinya, itu tidak akan berhasil. Tetapi jika saya hanya melakukan apa yang Allah perintahkan untuk saya lakukan, itu sudah diurapi.” -Andrew Wommack
YennyIndra
TANGKI AIR *ANTI VIRUS* & PIPA PVC
MPOIN PLUS & PIPAKU
PRODUK TERBAIK
PEDULI KESEHATAN
#SeruputKopiCantik
#yennyindra
#InspirasiTuhan #MotivasiKebaikan
#mengenalTuhan #FirmanTuhan