Articles

“Bagaimana Cara Mendengarkan Suara Tuhan?”

Gospel Truth’s Cakes
Yenny Indra

“Bagaimana Cara Mendengarkan Suara Tuhan?”

Salah satu manfaat terbesar dari keselamatan kita adalah kemampuan mendengar Tuhan berbicara kepada kita secara pribadi. Tidak ada hubungan yang intim dengan Bapa surgawi tanpa mendengarkan-Nya. Meski sesungguhnya, semudah kita berbicara kepada-Nya, rata-rata orang Kristen mengalami kesulitan mendengar suara-Nya. Hal ini berlawanan dengan keinginan Tuhan.

Belajar membedakan suara Tuhan dengan jelas, sangatlah berharga. Supaya kita tidak menjalani hidup secara membabi buta, sehingga kita bisa memiliki hikmat Tuhan yang membimbing dan melindungi kita. Tidak seorang pun yang mampu mendengarkan Tuhan dan menerima kebenaran, yang hidupnya tidak berubah secara radikal. Pernikahan yang paling buruk pun, dengan satu kata dari Tuhan, akan mengalami perubahan haluan secara total. Jika kita sedang menderita atau sakit, satu pewahyuan firman Tuhan yang dihidupkan akan langsung menyembuhkannya. Jika kita berada dalam krisis keuangan, Tuhan tahu persis bagaimana cara membalikkan keadaan kita. Semua hanya masalah bagaimana mendengarkan suara-Nya.

Tuhan terus-menerus berbicara kepada kita dan memberi kita arahan-Nya. Bukannya Tuhan tidak berbicara, tetapi kitalah yang tidak mendengar.
Yesus membuat beberapa pernyataan radikal tentang mendengarkan suara-Nya dalam Yohanes 10:3-5.
Dia berbicara tentang diri-Nya sebagai Gembala domba dan satu-satunya jalan untuk memasuki ke kandang domba.

Untuk dia penjaga membuka pintu dan domba-domba mendengarkan suaranya dan ia memanggil domba-dombanya masing-masing menurut namanya dan menuntunnya ke luar.
Jika semua dombanya telah dibawanya ke luar, ia berjalan di depan mereka dan domba-domba itu mengikuti dia, karena mereka mengenal suaranya.
Tetapi seorang asing pasti tidak mereka ikuti, malah mereka lari dari padanya, karena suara orang-orang asing tidak mereka kenal.”
Yohanes 10:3-5 (TB).

Perhatikan, Dia berkata dalam ayat 3, domba-domba-Nya mendengarkan suara-Nya. Dia tidak mengatakan domba-Nya DAPAT mendengar suara-Nya atau HARUS mendengar suara-Nya.
Dia membuat pernyataan tegas bahwa domba-Nya mendengarkan suara-Nya.

Kebanyakan orang Kristen akan mempertanyakan keakuratan pernyataan itu karena pengalaman mereka tidak sejalan. Bukannya apa yang Yesus katakan itu salah;
Semua orang percaya yang sejati tidak hanya bisa, tetapi selalu mendengar suara Tuhan; hanya saja, mereka tidak mengenali bahwa apa yang mereka dengar itu adalah suara Tuhan.

Stasiun radio dan televisi memancarkan siarannya dua puluh empat jam sehari, tujuh hari seminggu; tetapi kita hanya mendengarnya saat kita menghidupkan alat penerima dan menyetelnya.
Kegagalan mendengar dikarenakan masalah sinyal, bukan karena stasiun radio /tv tidak memancarkan siarannya. Demikian juga, Tuhan terus-menerus mengirimkan suara-Nya kepada domba-domba-Nya, tetapi sedikit yang menghidupkan alat pendengarannya dan menyetelnya. Kebanyakan orang Kristen sibuk memohon kepada Tuhan dalam doa untuk menyampaikan masalahnya, ketika mereka berada di depan alat penerima.

Hal pertama yang perlu kita lakukan adalah memperbaiki receiver atau alat penerima kita – percayalah bahwa Tuhan sudah berbicara dan mulailah mendengarkan Dia.
Tentu itu membutuhkan waktu, tenaga, dan kemauan untuk fokus.
Gaya hidup orang Kristen masa kini, rata-rata sangat sibuk, tidak kondusif untuk mendengarkan suara Tuhan.
Misalnya, apa jawaban khas kita untuk pertanyaan, “Apa kabar?”
Banyak diantara kita mungkin menjawab dengan kalimat yang menggambarkan betapa sibuknya kita.
Saya sering berkata, “Saya lebih sibuk daripada gantungan kertas satu tangan.”
Kita semua tampaknya lebih sibuk daripada sebelumnya, dan itulah salah satu alasan BESAR, mengapa kita tidak bisa mendengarkan suara Tuhan dengan lebih baik. Kita terlalu sibuk.

Mazmur 46:10 (TB) mengatakan,
“Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah!”

Dalam keheningan, bukannya kesibukan, telinga rohani kita disetel untuk mendengarkan suara Tuhan. Tuhan senantiasa berbicara kepada kita di dalam hati,
“TENANGLAH, ada suara kecil” (1 Raja-raja 19:12, penekanan dari saya), tetapi sering kali suara itu tenggelam di tengah semua kekacauan yang terjadi di dalam keseharian hidup kita.

Kedua, dan ini sangat penting. Yang paling sering terjadi, kita salah mengira suara Tuhan sebagai pikiran kita sendiri. Betul sekali.
Saya tegaskan, bahwa suara Tuhan datang kepada kita, memang di dalam pikiran kita sendiri.

Yohanes 4:24 (TB) mengatakan,
“Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran.”

Hal ini menegaskan bahwa komunikasi dengan Tuhan adalah komunikasi dari Roh kepada roh, bukan otak ke otak atau mulut ke telinga, seperti cara kita berkomunikasi di alam fisik.
Tuhan berbicara kepada roh kita, bukan dengan kata-kata, tetapi di dalam pikiran dan berupa kesan. Kemudian roh kita yang berbicara kepada kita dengan kata-kata seperti, “Saya pikir Tuhan ingin saya melakukan ini atau itu.”
Tuhan biasanya tidak mengatakan “Kamu lakukan ini atau itu,” tetapi Dia akan mengesankan roh kita untuk melakukan sesuatu, kemudian roh kita berkata, “Saya pikir saya harus melakukannya. . . “
Oleh karena itu, kita sering melewatkan pimpinan Tuhan, karena mengira itu adalah pikiran kita sendiri.”

Setiap kita pernah melakukan sesuatu yang bodoh dan kemudian berkata, “Saya tahu itu hal yang salah untuk dilakukan.” Kita merasa ada yang salah dengan keputusan yang akan diambil, tetapi kita mengikuti logika atau tekanan, pada akhirnya menyadari, ternyata kesan yang kita terima, sesungguhnya memang Tuhan yang berbicara kepada kita.

Saya mempelajari hal ini dengan cara yang sulit saat menggembalakan di Pritchet, Colorado.
Semua penatua gereja adalah pengusaha di bidang pertanian. Enam bulan dalam setahun, mereka pergi setelah panen gandum. Karenanya, mereka mendesak agar kami menahbiskan penatua lain yang akan selalu berada di sana. Mereka memilih seseorang menjadi penatua, saya tidak menentangnya. Tetapi ketika saya berdoa tentang pria ini dan istrinya, saya merasa tidak pas untuk menahbiskannya sebagai penatua. Namun, sebagai seorang pria, saya mengikuti logika, bukan hati saya.

Dalam dua minggu setelah penatua lain berangkat untuk panen gandum, penatua baru ini berubah menjadi ‘iblis’.
Dalam laporannya kepada para penatua, dia menuduh saya mencuri uang gereja, melakukan perzinahan, minum alkohol, merokok, dan segala sesuatu yang tidak dapat Anda bayangkan. Sungguh sebuah pengalaman yang mengerikan. Segera setelah pria ini menunjukkan warna aslinya, saya paham dalam hati, bahwa melalui perasaan dan pikiran yang saya terima sebelumnya, sesungguhnya Tuhan sedang berbicara kepada saya, namun saya menolaknya. Sejak saat itu, saya membuat keputusan bahwa saya tidak akan pernah mengabaikan suara di hati saya lagi.

Mazmur 37:4 (TB) mengatakan,
“dan bergembiralah karena TUHAN; maka Ia akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu”

Ayat ini sering diartikan bahwa Tuhan akan memberikan apapun yang Anda inginkan, lalu digunakan untuk membenarkan keegoisan, keserakahan, dan bahkan perzinahan. Tetapi arti ayat ini bukannya Tuhan akan memberikan apa pun yang kita inginkan; melainkan ketika kita mencari Tuhan, Dia akan memasukkan keinginan-Nya ke dalam keinginan hati Anda. Dia akan membuat keinginan-Nya menjadi keinginan Anda. Tuhan yang mengubah “keinginan” Anda.

Saya pernah merencanakan perjalanan ke Costa Rica, tempat yang pernah saya kunjungi sebelumnya, dan sangat antusias untuk kembali lagi ke sana. Namun, saat saya mendoakannya, saya kehilangan keinginan untuk pergi. Sebaliknya, justru muncul rasa takut untuk pergi. Hal pertama yang saya lakukan ketika itu terjadi adalah memastikan saya benar-benar mencari Tuhan dengan sepenuh hati. Saat dalam sebuah perjalanan, saya menghabiskan tujuh belas jam berdoa dalam bahasa roh, dan semakin saya memusatkan pikiran pada Tuhan, semakin saya tidak ingin kembali ke Costa Rica. Karena alasan itu, saya membatalkan perjalanan.

Ketika orang-orang Costa Rica bertanya mengapa, yang bisa saya jawab hanyalah saya tidak ingin pergi. Sulit dilakukan, dan saya tidak yakin mereka mengerti. Pesawat yang saya pesan untuk penerbangan ke Costa Rica, jatuh saat lepas landas dari Mexico City, menewaskan semua 169 orang di dalamnya. Tuhan memperingatkan saya tentang hal itu dan menyelamatkan hidup saya, bukan dengan mengatakan, “Jangan pergi ke Costa Rica,” tetapi, dengan mengkomunikasikan kepada roh saya dan menghilangkan keinginan saya untuk pergi. Itu cara dominan Tuhan berbicara kepada kita, dan kita sering melewatkan komunikasi semacam itu.

Salah satu keputusan terpenting dalam hidup saya terjadi pada tahun 1968. Saya masih di perguruan tinggi ketika Tuhan secara radikal menyentuh hidup saya, dan semua keinginan saya berubah. Saya tidak ingin kuliah lagi, dengan mengikuti keinginan baru itu, lalu saya membuat keputusan untuk berhenti sekolah. Kemudian semua terjadi. Ibu saya tidak mengerti, dan dia mendiamkan saya untuk beberapa waktu. Para pemimpin di gereja memperingatkan, bahwa saya telah mendengar suara iblis. Saya akan kehilangan uang $ 350/bulan, dukungan pemerintah dari jaminan sosial ayah saya, dan saya akan kehilangan beasiswa akibat penundaan ini. Tanpa penundaan, saya memiliki masa depan yang bagus, daripada hidup berakhir di Vietnam.

Karena berbagai reaksi negatif atas keputusan saya ini, maka saya mundur untuk sementara waktu dan benar-benar menderita. Hal ini terus berlanjut selama dua bulan, hingga saya tidak tahan lagi, dan suatu malam Tuhan akhirnya berbicara kepada saya melalui Roma 14:23 (TB), yang mengatakan,

“Dan segala sesuatu yang tidak berdasarkan iman, adalah dosa.”

Saya menyadari saya telah berdosa karena dipenuhi keraguan. Saya memutuskan untuk membuat keputusan iman malam itu dan mematuhinya. Saat saya berdoa dan mempelajari Firman untuk mencari bimbingan, saya menemukan Kolose 3:15 (TB), yang mengatakan,

“Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu.”

Tuhan berbicara, saya harus menuju ke arah yang paling memberi damai sejahtera. Sejujurnya, saya tidak memiliki kedamaian total ke segala arah, tetapi sebagaimana wasit harus membuat keputusan dan mematuhinya, saya perlu menelepon. Saya merasa paling damai dengan berhenti sekolah, jadi saya menelepon dan melangkah keluar dari keraguan menuju keyakinan, sejauh yang saya pahami. Dalam dua puluh empat jam Tuhan memberi saya peneguhan dan kegembiraan sehingga saya tidak pernah meragukan kebijaksanaan keputusan yang saya ambil, sejak saat itu. Keputusan yang satu itu, mungkin lebih dari yang lain, mengarahkan hidup saya pada jalur yang membawa saya ke tempat di mana saya berada sekarang ini.

Saya yakin, Bapa surgawi yang murah hati, terus menerus berbicara kepada setiap anak-Nya, memberi kita semua informasi dan bimbingan yang kita butuhkan untuk menjadi pemenang sejati.
Tidak ada masalah dengan pemancar-Nya; penerima kitalah yang membutuhkan pertolongan.

Kebanyakan orang memohon kepada Tuhan untuk berbicara, padahal pendengaran kitalah yang perlu disesuaikan. Meyakini dengan iman bahwa Tuhan sedang berbicara, kemudian belajar untuk mendengarkan serta mentaatinya akan mengubah hubungan kita dengan Tuhan.
Hal itu bisa menyelamatkan hidup Anda seperti yang saya alami.

What you have learned and received and heard and seen in me, practice these things and the God of peace will be with you. – Bob Yandian

Apa yang telah Anda pelajari dan terima dan dengar dan lihat dalam diri saya, praktikkan hal-hal ini dan Tuhan damai sejahtera akan menyertai Anda. – Bob Yandian

“How to: Hear God’s Voice”, – Andrew Wommack.

YennyIndra
TANGKI AIR ANTI VIRUS & PIPA PVC
MPOIN PLUS & PIPAKU
PRODUK TERBAIK
PEDULI KESEHATAN

gospeltruth’scakes

yennyindra

InspirasiTuhan #MotivasiKebaikan

mengenalTuhan #FirmanTuhan

Yenny Indra Visit Website
Traveller, Family Growth Inspirator, Seruput Kopi Cantik YennyIndra, Co Founder of PIPAKU & MPOIN FB: Pipaku Mpoin www.mpoin.com FB: Yenny Indra www.yennyindra.com Email: yennyindra09@gmail.com
Related Posts
Mengapa, Kapan, dan Di Mana Memberi.”
BE YOURSELF
Apa Hubungan Orang Percaya dengan Pemerintahan Sipil?”